Bel menandakan saatnya pulang sekolah. Rista sangat bosan karena dari tadi ia harus mendengar seluruh cerita dari guru sejarah. Rista langsung membereskan semua buku yang ada di atas meja. Ketua kelas IPS 1 berdiri untuk memimpin doa sebelum pulang ke rumah. Setelah doa mereka semua keluar dari kelas.
“Rista! Ingat nanti malam kau harus datang ke pesta ulang tahunku!” teriak Leury dari jauh.
Rista hanya tersenyum dan mengacungkan ibu jarinya ke arah Leury. Ia lanjut berjalan ke arah pintu gerbang yang jauh itu. Ketika Rista sedang menelepon ibunya, ia tidak sadar ada motor yang hampir saja menabraknya.
Ketika motor itu sudah hampir mengenainya, ia menutup mata. Saat membuka matanya, Rista melihat motor di depannya yang hanya berjarak beberapa centi saja. Otomatis kaki Rista lemas dan ia pun terduduk di aspal.
Seseorang yang hampir menabraknya meninggalkan motornya dan menghampirinya.
“Aku minta maaf. Kau tidak apa-apa?”
Rista hanya menganggukkan kepala. Kemudian ia mengangkat wajahnya dan melihat orang yang hampir menabraknya itu.
“Jey?”
“Sky?”
“Ya Tuhan, Jey. Aku sungguh minta maaf. Aku tidak menyadari kau sedang berjalan di sini. Kau sungguh tidak apa-apa?”
Sejenak Rista terdiam dan melihat muka Cogorsky.
“Kau terluka?” tanya Cogorsky.
“Tidak. Aku tidak apa-apa. Aku pulang dengan ibuku.”
“Kalau kau tidak keberatan aku bisa mengantarmu pulang ke rumah,” ucap Cogorsky sambil memperhatikan Rista yang sedang berdiri dari aspal.
“Aku tidak apa-apa. Dan ibuku pasti sedang menungguku di depan. Terima kasih atas tawarannya. Sampai jumpa lagi.”
Tanpa menunggu jawabannya, Rista langsung berjalan sedikit cepat ke arah luar sekolah. Ia sungguh malu karena tidak memperhatikan jalan tadi. Tiba-tiba ia mendengar suara Cogorsky.
“Hati-hati, Jey!”
Rista tersenyum dengan wajah memerah sambil terus berjalan. Ketika melihat ibunya duduk di atas motor ia langsung menghampirinya.
“Kenapa kau lama sekali, sayang? Kau tidak apa-apa”
Ibu Rista melihatnya dengan wajah khawatir. Ia hanya menjawab dengan menggelengkan kepala. Ibunya langsung menghidupkan motor dan menyuruh Rista naik.
Saat sampai di rumah, Rista turun dari motor dan membuka pagar agar ibunya dapat memasukkan motornya. Setelah itu, Rista menutupnya lagi. Ia langsung masuk ke dalam rumah dan naik ke atas, ke kamarnya.
Hati-hati, Jey.
Rista langsung menggelengkan kepalanya dan masuk ke dalam kamar mandi.~~~
Setelah mandi, Rista kembali ke kamar dan melihat jam menunjukkan pukul 4 sore, sedangkan acara ulang tahun Leury mulai pukul 6 sore. Artinya ia masih punya waktu untuk bersantai-santai sejenak. Waktu santai itu ia gunakan untuk mencari pakaian yang akan ia pakai nanti sore.
Setelah beberapa menit, Rista tidak menemukan satu pun baju yang cocok untuk ke acara ulang tahun Leury. Akhirnya ia keluar dari kamar dan menuju ke ruang tamu untuk mencari ibunya.
“Ma?”
Ibu Rista langsung menghadap ke belakang dan menyuruh Rista duduk di sebelahnya.
“Ada apa, sayang?”
“Aku akan pergi ke acara ulang tahun Leury nanti sore. Tapi aku tidak punya baju yang cocok untuk pesta.”
Ibu Rista menyuruhnya menunggu sebentar. Ia ke kamar dan saat keluar dari kamar, ia melihat ibunya membawakan dress berwarna merah muda. Ibu Rista memberikan dress itu padanya dan menyuruh Rista untuk mencobanya di dalam. Setelah mencoba, ia melihat pantulan dirinya di cermin.
“Pakai itu saja. Cocok sekali di badanmu yang ramping, nak.”
“Terima kasih, ma.”
“Sama-sama. Sekarang kau harus beres-beres karena sudah hampir jam 5.”
Ibu Rista keluar dari kamar dan membiarkan ia berberes-beres. Rista hanya menata rambutnya dan tidak memakai make up sedikit pun. Rista tidak terlalu tertarik dengan make up.
Setelah beres-beres, ia keluar dan pergi bersama ibunya. Ibu Rista mengeluarkan mobil dan mengantarkan dia ke rumah Leury.
“Hati-hati, nak.”
Beberapa detik Rista terdiam dan kemudian mengangguk. Ia langsung masuk ke dalam.
Kenapa aku menjadi sangat sensitif dengan kalimat hati-hati.May 2nd, 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Some Memories
RomansMenceritakan seorang perempuan sederhana dengan kehidupan yang tidak sederhana. Sebagian cerita merupakan kisah nyata seorang penulis.