12

2.7K 187 25
                                    

Empat hari berlalu sejak pertengkaran Samantha dan Wikaryo-ayah Drupadi, keduanya masih tak saling bicara. Meski tak menunjukkan sikap saling bermusuhan di depan kedua putrinya, dua orang itu terlihat tak berniat untuk memperbaiki hubungan. Belakangan semenjak Drupadi dirawat di rumah sakit, Wikaryo tidak pergi dari sisi putrinya. Ia tak mau kehilangaan orang-orang yang ia cintai ketika ia tak berada di sisinya.

Drupadi yang hari ini memiliki janji untuk bertemu dengan Prana di sebuah tempat minum kopi pun sedang sibuk menyiapkan pakaiannya dibantu oleh Citra. Meskipun tidak mengenakan make up yang glamor, Drupadi perlu memastikan dirinya terlihat berkelas tanpa dipaksakan.

Perempuan itu memakai kemeja berlengan tiga perempat warna putih dipadukan dengan rok selutut berwarna hijau paris. Rambut sebahunya dibiarkan tergerai elegan dipadukan dengan jepit rambut warna putih berbentuk bunga yang tak terlalu besar. Sedikit bb cream, sedikit satin lipstik berwarna seperti bunga persik yang anggun, ditambah sedikit bingkai alis untuk mempertegas matanya. Sisanya, wajah Drupadi telah mewarisi kecantikan perempuan Jawa. Mata bulatnya, bulu mata lentiknya, hidung yang pas dengan wajahnya, dagu lancipnya, dan kulit yang selembut sutra.

Hanya sekitar lima belas menit dari rumahnya, ia telah tiba di depan sebuah bangunan yang didominasi oleh kaca bening bergambar seorang wanita dengan beberapa ukiran berwarna hijau. Tempat minum ini sedikit mahal harganya jika dibandingkan dengan tempat sejenis lainnya. Mobil yang ia kendarai segera dibawa oleh Citra ke pusat perbelanjaan, meninggalkan Drupadi yang masih bergeming di depan bangunan yang tak terlalu besar itu.

Jantungnya sedikit berdebar. Drupadi merasakan bahwa telapak tangannya mulai basah. Ia berjalan memasuki ruangan sambil memikirkan, seperti apa wajah Prana yang akan ia temui. Berdasarkan suaranya di telepon, Prana terdengar dewasa dan elegan. Namun, suara masih dapat membohongi penampilan seseorang.

Perempuan itu duduk di salah satu meja yang telah dipesan sebelumnya. Meja nomor 23, ini bukan nomor keberuntungannya. Drupadi menggigit bibir bagian dalamnya dengan pelan. Sesekali mengepal keras.

Bau mewah manis tercium di indra tajam milik Drupadi. Suara langkah pelan pun mendominasi telinganya. Perempuan itu mengangkat kepala, ia melihat sosok itu lagi. Kali ini kedua pasang mata itu berserobok.

"Hai!" sapa lelaki itu akhirnya.

Alis tebal membingkai mata bulat besar yang cantik, hidung bangir yang agak besar, kedua belah bibir indah dengan bagian atas mendominasi ukuran bibir bawah yang menonjol, sedikit kumis dan janggut di bawah bibir, juga kulit bersih membalut tulang-tulang yang kekar.

"Prana," kata lelaki itu sambil mengulurkan tangan dan tersenyum menatap Drupadi.

Sejenak hening seolah-olah tempat yang ramai ini menjadi tak berpenghuni. Wajah itu.

Semua kilasan yang tak jelas berependaran di kepala Drupadi. Ya, dia akhirnya ingat. Bentuk wajah ini yang ada dalam mimpinya selama koma. Senyum yang begitu hidup terpancar dari bibir Prana yang penuh. Meski senyumnya terlihat agak aneh, gaya ini tetap sama dengan gaya Arjuna.

Lelaki itu adalah Arjuna. Seseorang yang berjanji untuk bertemu kembali dengannya di kehidupan lain. Kini berdiri di depannya sebagai Prana yang terlihat sangat hangat dan menyenangkan. Matanya menyorotkan kegembiraan, senyumnya membawa kepercayaan diri yang tinggi.

Perasaan yang sempat kosong dalam hatinya kini memenuhi ruang itu lagi. Seperti pernah ada yang hilang ternyata isinya begitu padat. Drupadi hampir saja melompat untuk memeluk sosok itu ketika perlahan ingatan dan perasaannya kembali menghangati samudera hatinya. Ia menggigiti bibir, tak menyangka akan ada hari seperti itu dalam hidupnya

"Hei!" Prana melambaikan tangannya di depan wajah perempuan itu.

Ia maju selangkah lebih dekat dan memandangi wajah itu lamat-lamat lalu bertanya, "Kita pernah bertemu?"

Lelaki itu tersenyum manis seraya maju pula selangah lebih dkat dan menjawab, "Mungkin pernah dan akan selalu bertemu. Mari mulai cerita baru."

***

Uwuuu ceritanya selesai di sini ya, Gengs. Tadinya mau aku lanjoot ke dunia nyata, but abis ideku. Sampai ketemu di "Jentera", ya. I hope you enjoy my story.

A Tale Of True Love (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang