6

2K 165 14
                                    

Meskipun tak menampakkan kekesalan yang tak berkesudahan di wajahnya, hingga sore ini Drupadi masih tak ingin menerima tamu di kediamannya. Orang-orang kiriman Subadra yang membawa hadiah untuk Drupadi sebagai permintaan maaf sejak dua hari lalu telah hilir mudik di depan paviliun, tetapi mereka selalu Drupadi tolak dengan alasan tak butuh hadiah karena tidak sedang ulang tahun.

Termasuk Arjuna yang sejak sore kemarin meminta untuk bertemu muka dengan Drupadi. Meski sudah tak marah, ia masih tetap merasa tersinggung dengan sikap Arjuna yang tak bisa menelaah sesuatu lebih dulu sehingga ia menempatkan salah satu istrinya di posisi sulit. Ia terlalu berat sebelah dan Drupadi merasa terdiskriminasi walaupun ia tak tahu apa haknya untuk menuntut diperlakukan adil?

Perempuan itu malah asyik bermain di taman dengan pangeran kecil putra Dewi Drupadi dan Yudhistira. Pratiwinda yang duduk di pangkuannya meracau ketika melihat Arjuna telah berdiri di dekat kursi taman.

Angin berembus menerbangkan dedaunan yang gugur ke tanah. Sesekali rambut panjang Drupadi yang hari ini tak disanggul tertiup indah menghalangi pandangannya. Aroma khas Arjuna menguar dari tubuhnya meninggalkan bekas di hidung bangir Drupadi.

"Daima! Antarkan Pratiwinda kembali ke rumahnya!" perintah Drupadi.

Ia menegakkan posisi duduknya. Hening. Arjuna tetap diam di posisinya, memperhatikan Drupadi yang juga terdiam di bibir kolam.

"Siapa yang mengizinkanmu masuk sore ini, Arjuna?"

Mendengar namanya disebut, lelaki itu melangkah pelan tanpa suara. Kakinya seolah-olah tak menapak di batuan yang tersusun rapi di atas rerumputan hijau. Ia memandang pada kolam kecil yang airnya jernih serupa air mata. Dilihatnya ikan-ikan kecil kemerahan yang bergoyang ke sana kemari. Merasa Arjuna tak bersuara, Drupadi menghentakkan kakinya ke tanah dan berdiri cepat.

"Berkunjung ke kediaman Dewi Subadra yang sedang sakit aku rasa akan lebih bermanfaat daripada hanya melamun di kediamanku, Arjuna," kata Drupadi sambil mengambil langkah menuju teras rumahnya.

Tanpa merasa perlu menoleh, Drupadi masuk ke dalam. Ia memerintahkan Daima untuk menyiapkan air hangat untuknya, ia ingin mandi karena hari hampir berangkat senja. Setelah masuk ke dalam bak mandi yang terbuat dari kayu besar itu, ia menjadi terlena oleh kenyamanan. Meskipun sekarang ia berada di negeri antah berantah, tetapi posisinya adalah Permaisuri Indraprasta, juga merupakan Putri Panchala. Ia sangat terhormat dengan dua kedudukan itu sekaligus.

Namun, apa yang selanjutnya ia pikirkan lagi-lagi tentang bagaimana caranya kembali ke dunia sekuler? Apakah dengan cara menjelajahi lubang hitam yang ia dengar baru saja ditemukan gambarnya? Lantas, bagaimana cara meraih lubang hitam itu? Di tempat ini, jangankan sebuah roket, kereta angin pun masih belum ada.

"Gusti, hari sudah berangkat malam. Air pun semakin mendingin. Sebaiknya Gusti segera beranjak dari air sebelum masuk angin," ujar Daima yang memegangi pakaian tidur untuk Drupadi.

Mendengar hal itu ia segera beranjak dari air. Daima benar, ia terlalu lama terlena dengan pikirannya sendiri.

Seusai berpakaian, ia mengenakan pelembab di wajah dan bibirnya. Memang pada dasarnya tubuh ini telah cantik, sehingga hanya diberi sentuhan sedikit saja pun telah membuatnya terlihat menawan. Bahkan, Drupadi yang merupakan seorang perempuan dari dunia modern pun terkagum-kagum dengan cara perawatan tubuh di era ini.

Drupadi melangkahkan kakinya dari kamar mandi menuju kamarnya. Harum wewangian yang ia kenal mengudara dengan lembutnya. Perempuan itu menoleh pada Daima. "Kamu menyalakan dupa, Daima?"

Pelayan pribadinya menggeleng. "Tidak, Gusti."

Perempuan berkulit eksotis itu melangkah menuju tempat tidurnya. Namun, ia terperanjat ketika mendapati Arjuna telah duduk di ranjangnya. Rambut legam yang dibiarkan terurai menggantung tampak berkilauan di bawah cahaya lampu minyak yang ditempel di dinding-dinding kayu itu. Hidung bangirnya berpadu dengan kedua mata bulat yang indah menambah kesempurnaan wajahnya di bawah temaramnya cahaya api. Ia menoleh pada Drupadi lalu tersenyum, senyuman yang menyilaukan.

A Tale Of True Love (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang