Hari itu, di keheningan malam yang dingin, Arjuna dan Drupadi bergegas pulang menuju Rimba Kamyaka tempat para Pandawa berkumpul sebab mereka telah pergi lebih dari tiga hari.
Perjalanan benar-benar penuh rintangan. Apalagi, bulan tidak sampai separuhnya mengembang di langit yang sepi. Sesekali kaki Drupadi tersandung akar-akar pohon kecil, tetapi ia tak mau menghentikan perjalanan sebab hutan yang ia lalui sekarang terasa menyeramkan untuk ditinggali.
Dengan tertatih-tatih dibantu Arjuna, mereka akhirnya memutuskan untuk beristirahat di dekat sungai untuk mengambil air minum. Sungai yang besar itu airnya begitu jernih sehingga batu kali yang ada di dalamnya terlihat jelas, tampak bahwa sungai itu tidak dalam dari riaknya yang lumayan keras.
Drupadi memijat kakinya yang mulai memar di sana-sini. Bagian mata kakinya pun terasa sakit sebab terkilir. Walaupun sekarang rasanya masih kebas, tetapi linu itu sedikit banyak menggerogoti kakinya yang lemah.
"Minumlah, supaya kita bisa melanjutkan perjalanan," ujar Arjuna pada Drupadi seraya memberikan selongsong bambu yang telah dibersihkan.
Dalam hatinya, Drupadi merasa sedikit jijik dengan air mentah ini. Siapa pula yang menjamin tidak ada E. Coli di dalam air sungai yang terlihat jernih ini? Namun, kerongkongan Drupadi benar-benar kehausan. Rasanya ia tak mampu lagi menahan kekeringan tubuh yang lemah itu.
Menurut Arjuna, perjalanan menuju Rimba Kamyaka masih akan memakan waktu sehari jika tanpa isirahat dan sehari semalam jika mereka beristirahat. Itu adalah jarak yang lumayan dekat jika ditempuh dengan mobil. Mungkin hanya akan memakan waktu satu jam.
"Sebaiknya kita segera menuju Rimba Kamyaka, Arjuna. Berada bersama semua orang akan jauh lebih aman dibandingkan hanya kita berdua," ujar Drupadi setelah meminum beberapa teguk air sungai yang terasa manis menyegarkan.
"Baiklah kalau begitu. Kau naik saja ke punggungku, Panchali."
Lelaki bertubuh kekar itu segera merendahkan punggungnya supaya Drupadi dapat naik. Namun, Drupadi tidak tega menambah beban Arjuna selama sehari penuh. Artinya, jika sekarang sudah pukul dua pagi maka ia baru akan tiba di Rimba Kamyaka pada pukul dua siang ini. Terlalu menyakiti Arjuna jika ia mesti digendong.
"Tidak apa-apa. Aku masih cukup kuat untuk menggendong empat orang Dewi Drupadi di tubuhku. Kakimu sudah terkilir, akan lebih berbahaya jika kau berjalan."
Mendengar perintah Arjuna sekali lagi, Drupadi akhirnya naik di atas punggung Arjuna. Perempuan itu melingkarkan lengannya pada leher Arjuna. Hangat itu terasa menjalar di seluruh tubuhnya. Bau mewah manis dari tubuh Arjuna menenangkan syaraf-syarafnya hingga Drupadi tertidur karena kelelahan di atas punggung Arjuna.
Hari semakin berangkat pagi. Di tengah keheningan yang menusuk telinga, burung-burung mulai bersiulan. Ayam hutan mulai berkokok pertanda datangnya pagi. Suara gaduh itu membangunkan Drupadi yang tak sadar telah terlelap sepanjang perjalanan. Setelah mengerjap beberapa kali, ia menyadari bahwa Arjuna mulai tertatih menuruni pegunungan yang terjal. Di sisi kanan adalah jurang tak berdasar yang diselimuti kabut tebal, di sisi kiri dipenuhi batuan tajam berukuran besar yang terlihat rentan bergerak. Jalanan ini bisa dibilang sempit. Namun, hanya ada rute ini menuju Rimba Kamyaka. Keringat di dahi lelaki itu mengalir deras membasahi kulit lembut yang tak berpori. Drupadi mengusapnya perlahan dengan kain pakaiannya.
"Kau sudah bangun?" tanya Arjuna masih sambil berjalan pelan.
Kentara sekali bahwa tenaganya mulai habis di pertengahan jalan.
"Turunkan aku, Arjuna!" pinta Drupadi.
Akhirnya mereka duduk di atas rumput pendek yang merambat di atas tanah. Arjuna membuka selongsong bambu berisi air sungai yang ia bawa semalam. Bibir pucatnya terlihat kering mengkhawatirkan. Ia meneguk air itu dengan tenang. Sepintas, Drupadi merasa bersalah telah membuat Arjuna demikian lelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Tale Of True Love (Selesai)
Tarihi KurguTerbangun dari tidurnya. Drupadi menyadari ada sosok lain di balik selimut putih yang ia kenakan. Tubuhnya terasa hangat oleh pelukan tubuh lain. Oh tidak! Siapa gerangan yang berani melakukan hal tidak senonoh kepada Drupadi yang terhormat. Merasa...