7. Book Store

102 12 0
                                    

Sore itu, Jihoon sedang mengunjungi sebuah toko buku yang memiliki sedikit pengunjung. Tujuan sebenarnya ia pergi ke sana adalah mencari buku kuno peninggalan ayahnya dulu dan beberapa buku kiat-kiat menjadi pemimpin.

Setelah menyapa pemilik toko, Jihoon mulai menjelajahi satu per satu rak buku yang berjajar rapi di sana, meneliti buku-buku yang menyambutnya.

Toko itu lumayan luas dan koleksi bukunya lengkap. Tapi orang yang berkunjung bisa dihitung dengan jari. Tempatnya juga nyaman dengan suasana klasik. Jihoon langsung merasa cocok pada tempat itu.

Jihoon sudah membawa beberapa buku yang dia butuhkan. Saat Jihoon mulai menelusuri bagian belakang, ia melihat seorang gadis sedang berdiri dan membaca sebuah buku kuno. Tapi, tunggu,

δικαιοσύνη...

Itu adalah buku ayahnya yang hilang. Ekspresi Jihoon sudah tidak bisa dijabarkan lagi. 

Bagaimana bisa?

Setahunya, tidak sembarang orang yang bisa menyentuh buku tua itu. Atau jangan-jangan...

Entah mungkin merasa diperhatikan, gadis itu menoleh kepada Jihoon. Saat keduanya itu bertumbukan, seperti ada yang berusaha memasuki Jihoon lewat matanya. Tapi ia sadar sepenuhnya.

"A-apa?" Jihoon mengerjapkan matanya beberapa kali. Perih. Namun hanya sekejap dan langsung hilang.

"Kamu Park Jihoon?" Rupanya gadis yang sedari tadi diperhatikan Jihoon sudah berada di depannya. "Siapa kamu? K-kenapa kamu tahu namaku?"

Tanpa menjawab, gadis itu mengangkat jarinya. Jihoon terkejut saat melihat benang merah melilit jari gadis itu. Ia beralih pada jarinya yang sekarang juga terlilit benang merah.

"Sudah ingat siapa aku?" Jihoon tersadar dari lamunannya.

"Byun Joonhie?" Gadis itu tersenyum cerah.

"Hamba, Pangeran."


• • •


Tak terasa sudah sore dan toko itu sudah mau tutup saja. Jihoon dan Joonhie memutuskan untuk mengakhiri pertemuan tidak disengaja itu.

"Besok pukul sepuluh?" tanya Jihoon sebelum benar-benar pergi.

"Ya, tentu saja," jawab Joonhie dengan senyum merekah.

"Temanmu sudah ingin pulang, sepertinya," ucap Jihoon.

Joonhie memandang teman tak terlihatnya yang sedang menatap takut Jihoon. Laki-laki pucat di sebelahnya itu seakan masih belum nyaman dengan Jihoon.

"Ah, dia menang begitu. Kurang mudah akrab pada seseorang," kata Joonhie sambil tersenyum. Teman Joonhie, yang tidak lain adalah hantu itu, memang memiliki sifat seperti anak kecil.

"Joonhie, ayo pulang..." Gumamnya. Ia beringsut ke belakang tubuh Joonhie, seakan bersembunyi.

"Hm? Kenapa?" Tanya Joonhie yang merasa agak aneh. Hantu laki-laki ini seperti ketakutan dan dari tadi menatap ke belakang tubuh Jihoon.

Ternyata sesosok manusia berkepala banteng ada di situ. Jihoon hanya tertawa kecil. Ternyata itu...

"Maaf, dia memang sering datang tiba-tiba. Tapi meskipun menyeramkan, dia baik," jelas Jihoon.

"Fee ingin pulang..." Rengek hantu laki-laki itu kepada Joonhie.

"Pulang?"

"Ya, Fee ingin pulang sekarang, Joonhie."

TREASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang