9. Broken Promise (2nd Third)

108 11 0
                                    

Seorang pria membuka pintu depan dengan kasar. Membuat suara benturan yang memekakkan telinga. Jihoon hanya menatap pria itu dengan tatapan terkejut. Sementara Joonhie terlihat was-was dan bernapas dengan tidak tenang.

Pria itu berjalan dengan tidak santai memasuki rumah dan mengabaikan dua orang yang tengah duduk di sofa ruang tamu itu. Mereka berdua semakin terkejut ketika mendengar teriakan dan suara orang yang sedang beradu mulut. "Ibu..." dengan cepat Joonhie berdiri dan pergi ke dalam sambil berlari kecil—meninggalkan Jihoon dengan ketidakmengertiannya. Jihoon hendak menyusul Joonhie, namun dia merasa kalau itu sama sekali bukan urusannya.

Ayolah Jihoon, saat kau jadi raja nantinya kau akan lebih banyak ikut campur urusan orang lain, batinnya. Namun di satu sisi lainnya Jihoon masih ragu untuk ikut campur.

Tapi setelah itu Jihoon mendengar suara pecahan barang dari dalam dan itu yang membuatnya bangkit. Entah karena penasaran atau karena khawatir.

Setelah sampai di tempat yang—sepertinya—ruang keluarga itu, Jihoon menangkap adegan yang membuat dirinya tertegun. Terlihat Jeongwoo dengan tangan terluka yang mengepal—sepertinya habis menggoreskan satu seni di pipi pria itu. Joonhie yang tengah memeluk ibunya dan menatap pria itu sengit. Dan satu yang membuat Jihoon lebih terkejut adalah Joonhie yang kini sudah memperlihatkan taringnya. Sebegitu marahnya Joonhie hingga membuat dirinya memperlihatkan wujud setengah vampirnya.

"DASAR PRIA BRENGSEK! BERANI-BERANINYA KAU MENAMPAR IBUKU!!" teriak Jeongwoo dengan marah. Bisa dilihat wajahnya yang merah padam menandakan emosinya yang sudah ada di puncak. Dia terlihat seperti bukan Jeongwoo yang dengan sopan menyapanya tadi.

"Pangeran..." lirih sebuah suara kecil dari belakang Jihoon. Ia menoleh ke belakang dan menemukan sosok Fee yang kini tengah memandangnya takut. "Tidak apa-apa, Fee. Jangan takut," ucap Jihoon yang berusaha menenangkan bocah 15 tahun itu.

"Cih, bocah sepertimu ini mengerti apa, hah?!" bentak pria itu tepat di hadapan Jeongwoo. Dengan wajahnya yang terlihat menantang itu, Jeongwoo semakin terbakar emosi.

"Jaga ucapanmu! Aku bahkan dua puluh tahun lebih tua darimu!" balas Jeongwoo juga dengan bentakan yang tidak kalah. Tua sekali Jeongwoo, batin Jihoon yang terkejut mendengar ucapan Jeongwoo barusan.

Mendadak pria itu tertawa-tawa dengan sangat keras membuat orang-orang yang di situ menatapnya dengan aneh. "Ironis sekali, kau yang lebih tua dariku tapi malah aku yang jadi ayahmu. Sangat ironis! HAHAHAHA!" sekali lagi pria itu tertawa terbahak dan tiba-tiba berhenti. "Ibumu itu kasihan sekali. Tidak ada sebangsanya yang mau menikahi wanita kotor sepertinya. Sampai-sampai harus berlari ke manusia. Sangat kasihan..."

Mendengar ibunya dilecehkan seperti itu, sekarang giliran Joonhie yang hendak mengamuk. Namun sebelum tangannya berhasil mematahkan tulang wajah pria itu, Jihoon dengan cepat menahannya dari belakang sehingga membuat Joonhie meronta.

"Joonhie! Tenanglah!" seru Jihoon.

"KAU! PRIA BEJAT, TAK TAHU APA-APA TENTANG BANGSA KAMI! KAU HANYA TAHU UANG DAN JALANG!" teriaknya dengan amarah yang meluap. Sejenak Jihoon mengingat dan membandingkan kemarahan Joonhie dengan Yedam. Serupa tapi tidak sama.

"Hei, diam kau gadis bodoh! Tahumu juga hanya membaca dan membaca! Setidaknya carilah uang!" balas pria itu dengan nada yang tidak mengenakkan. Joonhie masih meronta-ronta meminta Jihoon melepaskannya. Kesabarannya sudah menguap dengan cepat.

"LEPASKAN AKU, JIHOON! AKU HARUS MEMBERI LAKI-LAKI BRENGSEK INI PELAJARAN!" teriak Joonhie masih dengan rontaannya, namun kini makin brutal. Jihoon sempat hampir kewalahan dengan kekuatan Joonhie yang meningkat dua kali lipat saat ia marah.

"Oh, siapa kau? Kau temannya? Atau jangan-jangan kau adalah sang 'Pangeran'? HAHAHAHA, bagus kalau begitu, kau bisa mengikat gadis tidak berguna itu. Pastikan dia tidak akan lepas, hm? HAHAHAHA," pria itu tertawa terbahak-bahak dengan tidak tahu dirinya. Sementara itu, Jihoon hanya memandangnya dengan tatapan tidak suka.

"Hei! Jaga ucapanmu pada seorang Pangeran!" bentak Jeongwoo yang hendak memberi hadiah kepada pria itu sekali lagi. Namun sebelum itu terjadi, ia jatuh terduduk sambil memegangi kepalanya yang sakit.

"Haha! Mau apa kau padaku? Mau memukulku lagi? Pikir lagi Jeongwoo!" Pria itu menyambar tas milik ibu Joonhie dan melengang keluar dengan santai seperti tidak ada yang terjadi. Melihat itu, pegangan Jihoon agak longgar sehingga Joonhie bisa terlepas dan hendak mengejar si Pria. Namun dengan cekatan, Jihoon menarik tangan kiri Joonhie dan menguncinya ke dalam satu pelukan.

"Jangan kejar dia, itu sia-sia saja!" ucap Jihoon sambil menatap ke dalam mata gadisnya.

"Aku harus membunuhnya! Dia telah berkali-kali menyakiti ibu!" balas Joonhie masih dengan wujudnya yang lumayan membuat takut orang.

"Tidak! Kamu tidak boleh mengejarnya! Ini perintah!" Mendengar kata 'perintah', Joonhie manjadi semakin lemas dan lama-lama mulai menangis sesegukan di dalam pelukan Jihoon. Keduanya jatuh terduduk. Jihoon mengelus lembut surai coklat itu dan sesekali mencium pucuknya.

Kedua adik kembar Joonhie berlari ke arah sang Ibu dengan tangisan. Wajah Fee terlihat lebih mendung dan ada ketakutan juga rasa bersalah yang tersirat. Aura sekitar menjadi berubah drastis. Hampa dan menyakitkan. Penuh dengan keputus-asaan. Dan banyak makhluk yang mendekat.






°• Broken Promise (2nd Third) finished °

TREASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang