5. New Home

107 13 1
                                    

Burung-burung bersuara dengan bahagia. Berlarian saling menyusul dari satu pohon ke pohon lain. Menatap ceria setiap langkah yang ditempuh Jaehyuk melewati lebatnya hutan. Senyum sesejuk angin sore itu tidak pernah luluh dari bibirnya. Betapa cantiknya petang itu.

Tapi ada satu pemandangan yang sedikit mengganggu Jaehyuk. Apakah itu manusia? Dari tampangnya sudah tidak meyakinkan. Dia mengenakan dress putih lusuh dan duduk memeluk lututnya. Rambut panjangnya menutup sebagian wajahnya. Meskipun agak menyeramkan, Jaehyuk mendekatinya sedikit demi sedikit.

Ia terkejut. Bukan karena wajah pucat dan mata hijau gadis itu. Namun, akar-akar pohon yang melilit dan mengangkatnya ke udara. Gadis itu kini menatapnya dengan tatapan tajam. Tapi setelah itu, mereka sama-sama dikejutkan dengan benang merah yang saling menaut.

Keduanya diam saling menatap tidak percaya. "Choi... Songh-" Belum selesai Jaehyuk berbicara, akar yang melilit tubuhnya melempar Jaehyuk ke salah satu pohon. Dengan cepat, Jaehyuk merubah diri menjadi angin. Akar-akar yang tadinya melilit tubuh Jaehyuk mulai masuk ke dalam tanah lagi.

Gadis itu kembali membenamkan wajahnya ke dalam tekuk lututnya. Sebenarnya Jaehyuk tidak benar-benar pergi. Ia mengambang di awang-awang mengamati gadis yang sebelumnya menyerang dirinya. Hatinya tersentuh. Jaehyuk lalu mendekatinya dan membisikkan sesuatu. "Aku ada di sini. Jangan pernah merasa kesepian..."

"SIAPA KAMU?!" jerit gadis itu tiba-tiba.

"Yoon Jaehyuk..."

Lalu angin semilir menerbangkan beberapa helai rambut gadis itu seakan ingin melihat wajahnnya. Gadis itu mencoba membenarkan rambutnya agar kembali menutup wajahnya. Yang baru saja Jaehyuk sadari adalah betapa manis paras gadis itu. Wajahnya menunjukkan kecantikan gadis Korea asli. Kelopak matanya yang berlipat menambah kecantikan alaminya.

"BERHENTI!!"

Satu teriakan yang membuat Jaehyuk benar-benar ketakutan. Pohon-pohon di hutan itu bergerak-gerak seakan mau menakutinya. Baiklah, Jaehyuk menyerah untuk sekarang.

"Aku menyerah untuk sekarang. Tapi aku akan kembali lagi besok..."

Jaehyuk benar-benar pergi untuk sekarang meninggalkan gadis itu sendirian di gelapnya hutan.

• • •

Jaehyuk menghempas tubuhnya ke sofa ruang tengah. Treasure-nya lumayan menantang juga. Ia jadi teringat kata Madam.

Dia akan menjadi gadis yang sulit untukmu. Kau, hanya kau yang bisa menembus lebatnya hutan dengan anginmu. Hanya kau yang bisa menyentuhnya. Hanya kau yang bisa menundukkannya.

Jaehyuk lalu bangkit dan berjalan menuju dapur, tepatnya kulkas. Ia mengeluarkan sekaleng minuman yang ternyata merupakan modifikasi tempat kemasan darah. Jaehyuk membuka segel dan meneguk 'minumannya'. Ia membayangkan wajah gadis itu lagi. Memang manis, tapi dengan penampilannya yang sekarang, gadis itu masih dalam kategori menyeramkan.

"Hhh.. Choi Songhwa..."

Jaehyuk membuang kaleng kosong itu ke tempat sampah yang sudah disediakan khusus.

Pikirannya masih penuh dengan Songhwa. Gadis itu memberi kesan berbeda ketika Jaehyuk menatap mata hijaunya. Dadanya menghangat saat mengingat Songhwa.

"Dia memang gadis yang spesial," gumam Jaehyuk dengan senyum manis terpatri di wajahnya. Ia lalu berjalan ke arah ruang tengah untuk menonton televisi.

• • •

Semenjak hari itu, Jaehyuk jadi sering bermain ke hutan itu. Songhwa masih tetap sama saja. Menyeramkan. Namun sedikit demi sedikit sudah mulai biasa dengan kehadiran Jaehyuk. Seperti malam ini.

"Songhwa..."

"Apa?"

"Kamu tahu--"

"Tidak."

Jaehyuk tertawa kecil. "Aku belum mengatakannya... Jangan langsung memotong pembicaraanku," ucap Jaehyuk. Songhwa hanya diam dan menatap rumput yang samar-samar tertimpa cahaya bulan.

"Kalau aku sedang sedih atau merasa tidak enak, aku selalu menangis sambil memeluk ibuku sampai tertidur." Songhwa masih diam. Jaehyuk memandang gadis di sebelahnya dengan senyuman hangat.

"Kalau kamu sedih dan merasa tidak enak, kamu bisa memanggilku. Angin akan membawa suaramu kepadaku," ucapnya tulus. /bukan ngalus/

Songhwa menundukkan kepalanya. Entah mengapa mendengar ucapan Jaehyuk barusan Songhwa jadi ingat keluarganya. Tidak. Dia tidak boleh menangis di hadapan Jaehyuk.

"Songhwa?"

"Sudah malam. Lebih baik kamu pulang dan tidur," ucap Songhwa tiba-tiba. Jaehyuk mengerti dan bangkit.

"Baiklah, aku pulang sekarang. Selamat malam, Songhwa." Jaehyuk berjalan meninggalkan Songhwa. Jaehyuk mengerti kalau apa yang dikatakan Songhwa harus diturti, kalau ia tidak mau dilempar ke jurang.

Songhwa menatap punggung Jaehyuk yang lama-lama hilang ditelan hitamnya malam dengan air mata menetes.

"...jangan tinggalkan aku..." gumam Songhwa tanpa suara sambil menenggelamkan wajahnya ke dalam tekuk lututnya.

"Aku ada di sini. Jangan pernah merasa kesepian..."

"Jaehyuk..."

"Ya?"

Songhwa mendongak karena mendengar suara Jaehyuk yang sekarang ada di hadapannya. Tidak ada senyum yang biasanya terpampang jelas di wajahnya. Ia lalu berjongkok di hadapan Songhwa.

"K-kamu belum--"

"Aku sudah bilang, kalau kamu menyebut namaku, aku akan datang," jawab Jaehyuk sambil tersenyum kecil. "Kamu menangis."

Songhwa menyadari air matanya yang belum dihapus buru-buru menghapusnya.

"Tidak apa-apa kalau kamu mau menangis, atau mau bercerita. Aku akan mendengarkan." Songhwa tidak langsung membalas. Ia tengah berpikir, haruskan ia bercerita pada Jaehyuk?

Di satu sisi ia baru mengenal Jaehyuk dan belum terlalu percaya padanya. Tapi di sisi lain, Songhwa ingin membagi semua masalahnya pada Jaehyuk, apalagi ia adalah treasure Jaehyuk. Songhwa merasakan bahwa Jaehyuk adalah...

...rumah barunya.







•° New Home finished °

TREASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang