GENGS - 28

357 18 34
                                    

Happy reading all
(Don't forget vomment)
.
.
.

Hari sebentar lagi akan gelap. Mobil Bram berhenti tepat didepan rumah Neelam tapi Neelam sama sekali tidak berkutik dari duduknya. Ia sibuk menonton drama yang ditampilkan pada ponsel fullscreen nya. Bram menghembuskan nafasnya pelan seraya menggaruk tengkuk yang memang terasa gatal. Bram menyampingkan duduknya agar  berhadapan dengan Neelam yang memang berada disebelahnya. Neelam bergerak, tapi ia hanya menyenderkan badannya pada jok kursi yang berada dibelakangnya. Bram mencondongkan tubuhnya ke arah Neelam, dekat.

"Mau apa lu?!" Seru Neelam yang mulai sadar karena merasakan tubuh Bram sangat dekat dengan posisinya. God for sake, kini otaknya tidak merespon untuk bertindak apapun. Ia terlalu shock, bodoamat dengan durasi drama yang tetap berjalan.

Bram semakin mendekatkan wajahnya kepada Neelam, bahkan hidung mancung mereka akan bersentuhan. Neelam menajamkan matanya tapi seketika itu ia memejamkan matanya karena mata Bram lebih tajam menatap dirinya. Neelam menahan nafas, takut akan apa yang akan dilakukan Bram.

Klik

Neelam langsung membuka matanya dan menoleh pada kaitan seatbelt yang sudah terlepas. Didepannya wajah Bram terpampang yang sudah menaikan satu alisnya dengan posisi yang sama tanpa bergeser sedikit pun.

"Kenapa?" Tanya Bram

"Kenapa apanya?!" Sarkas Neelam

"Muka lu merah. Kenapa?"Tanya Bram yang berusaha tidak tertawa didepan Neelam. Sedetik kemudian, Neelam mendorong tubuh Bram dari hadapannya.

"Terimakasih atas tumpangannya, Tuan Bram Bisara yang terhormat" Ucap Neelam lalu membuka pintu mobil dan keluar.

*****

Neelam melangkahkan kaki dengan perasaan kesal dan sedikit menghentak-hentakkannya. Tanpa sadar tadi ia membanting pintu mobil Bram, dan Neelam yakin orang yang berada didalamnya, merasa terkejut. Bodo amat.

Baru saja Neelam ingin membuka pintu rumahnya, pintu tersebut sudah terbuka dengan menampilkan wajah konyol ketiga sahabatnya.

"Ngapain lu kesini? Rumah lu kebanjiran?" Ujar acuh Neelam

"Enak aja!"

"Emang ga boleh kalau kita kesini?"

"Galak amat sih bu, Bram ngapain lu?"

Neelam memutarkan bolamatanya  seraya menerobos jalan karena sahabatnya tadi berjejer. Lalu ia melemparkan tas gendong ke sofa yang berada diruang tamu.

"Rumah gue kok sepi banget? Lu lu pada masuk darimana? Jangan bilang, lu mau maling rumah gue yak!" Ucap Neelam seraya menaikan kakinya pada soffa

"Aelah, ada niatan maling juga bakal udah pergi kita dari sini. Dan mungkin lu udah nangis-nangis bombay" Ucap Lia seraya mengambil kacang yang berada didepannya

"Terus?"

"Yaa pen main aja. Ga boleh?"

"Serah sih. Ohiya, jawab pertanyaan gue tadi"

GENGS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang