Four » Closer

1K 193 8
                                    

   "I'm done" ucapku sambil mematikan kran. Lalu mengelap wajahku yang basah.

Ya, hari-hari selanjutnya yang kulalui disekolah ini memang sedikit mainstream. Menjadi siswa yang selalu pulang paling akhir adalah sebuah kesenangan tersendiri untukku. Setelah aku memastikan segalanya telah usai, maka dengan cekatan aku memasukkan beberapa butir pil ke dalam mulutku, sambil mengunci diri sendirian dalam kamar mandi tentunya. Haha.

   "Pil itu sungguh nikmat. Sebuah pilihan yang tepat bagiku kala itu. Ternyata, ada baiknya juga mereka memberiku barang itu." Ucapku sembari tertawa di kamar mandi yang sepi.

***

Aku berjalan dengan amarah dan kekecewaan yang telah menjadi satu dalam diriku.

   'Aku... sangat membenci diriku!'

   "Mengapa semua orang begitu membenciku? Apa aku terlalu hina, untuk terlahir sebagai seorang manusia?" Lirihku pelan sembari terus berjalan menyusuri tanah lapang di sudut desa yang tampak sepi.

   "Lari, cepat lari!! Den, cepat sebentar. Polisi mengejar kita!!!" Teriak salahsatu orang yang berlari ke arahku.

BRAKKKK....

Tubuhku dan tubuh pria dewasa itu terhempas karena jatuh bertabrakan.

Temannya yang lain kian membantunya berdiri. Sedangkan aku masih mengerang kesakitan.

   "Din, ayo cepat berdiri! Polisi sudah hampir dekat!!! Kita harus kabur!"

   "Ayo, Den!"

Aku segera berdiri sembari membersihkan tangan dan kakiku yang kotor. Lalu aku melihat kantong plastik pria itu yang terjatuh, aku memungutnya lalu berniat memberikan padanya.

   "Permisi pak, ini milik An—"

   "Din, kita tidak punya banyak waktu! Cepat larii!!!"

Bapak yang dipanggil 'Din' itupun memegang bahuku. "Untukmu! Konsumsi itu saat kau merasa frustasi. Barang itu pasti suatu saat berguna untukmu. Sembunyikan itu dan jangan beritahu siapapun. Konsumsi itu seorang diri! Aku pergi."

   "E-eh tapi"

   "Heii, mau lari kemana kalian!!!" Teriak polisi-polisi yang mengejar bapak-bapak itu.

***

Aku mengemasi barang-barangku lalu bergegas pulang. Aku hampir melewati pagar sekolah, jika saja seseorang tak mengagetkanku secara tiba-tiba.

   "Untukmu" ucap seseorang sambil menyodorkan permen tepat di depan wajahku.

Aku masih membeku ditempat. Itu terlalu tiba-tiba untukku. Karena kupikir, seharusnya sudah tidak ada siswa di jam sekarang ini.

Gadis itu tersenyum sambil terus menyodorkan permen yang dibawanya. "Aku bilang, ini untukmu, Taehyung Kim."

   "A-ah iya! Terimakasih, Jennie" ucapku gugup sambil mengambil permen yang diberinya.

Ia tersenyum, memperlihatkan gigi kelincinya. Lagi-lagi, aku meleleh. "Mari pulang bersama"

   "Mari"

   'Oh Tuhan, mimpi apa aku semalam? Hingga bisa makin dekat dengan gadis yang menarik perhatianku ini?'

Kami pun berjalan dengan rasa canggung, terutama diriku. Ah, terlalu berat untuk menyembunyikan rasa senang ini, Tuhan.

   "Hmm... rumah kita, searah?" Tanyaku memecah keheningan.

Jennie mengangguk. "Iya! Benar sekali".

Aku ber-oh ria, lalu kembali memecah keheningan. Karena kurasa, mungkin di waktu seperti ini aku bisa semakin dekat dengan Jennie.

   "Mengapa tadi kau masih di sekolah?" Tanyaku.

   "Ah itu, tadi aku ada urusan di perpustakaan".

   "Lalu, apa kau menungguku, Jennie?" Tanyaku lagi. Kemudian sebelum dia menjawab, aku kembali melanjutkan perkataanku. "Ah, aku bahkan tidak tahu apa aku boleh bicara seperti itu". Lirihku yang masih bisa di dengar olehnya.

   "Aku memang menunggumu"

   'Oh, i'm melting, dear!'

Aku termangu selama beberapa detik. Lalu kembali menatapnya. "Apa kau ingin mengatakan sesuatu padaku? Ah, maksudku, mungkin kau menungguku karena ingin berbicara sesuatu denganku" ujarku sambil menggaruk tengkuk, tanda gugup.

Jennie tertawa melihatku tampak seperti orang yang salah tingkah. "Kau ini sangat lucu ya. Santai saja, aku bukan monster yang akan memakanmu. Jadi tenanglah"

Aku meringis malu.

   "Aku hanya ingin menemuimu, Taehyung" kata Jennie.

Lalu ia menatap wajahku. Membuat kami kompak menghentikan langkah. "Mulai saat ini, aku akan selalu memberimu permen! Jadi aku mohon, jangan pernah menolak permenku. Hanya dariku! Boleh?"

Aku tersenyum. Gadis ini benar-benar menggemaskan. Ia kini lebih seperti seorang anak kucing yang meringik  karena tak ingin tuannya lebih peduli pada orang lain.

   "Iya, tentu saja" ujarku senang.

Jennie teriak girang, "Yeayyy!!"

   "Lelaki gila!"

   "Zaman sekarang ini, orang tak waras semakin merajalela ya? Kasihan sekali"

   "Orang aneh!"

   "Gila!"

   "Dasar sampah masyarakat. Orang seperti dia seharusnya dibuang saja dari kota ini"

'Apakah aku benar-benar tergores perasaan menyakitkan itu lagi?'
— Taehyung Kim.

To be a continue...
Vote and coment..
Thank youuuu.

Hakuna Matata » Kth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang