Prolog

2.4K 241 0
                                    

Matahari terbit, namun enggan melihat ke arahku. Seluruh cahaya dunia turun, tapi tak satupun yang bersinar padaku.

Aku menutup telingaku rapat-rapat, mencoba tuli akan semua hinaan yang terus melingkupi hidupku.

Tubuhku selalu bergetar, lidahku kelu. Aku benar-benar tak sanggup akan semua ini. Aku membungkam.

Ketika aku berjalan di hadapan umum, entah mengapa banyak orang yang menatapku aneh dan rendah. Mereka memperhatikan lalu menertawakanku. Lalu beberapa siswa laki-laki bahkan selalu memperbudak diriku. Menyuruhku membelikan ini dan itu, dan jika aku menolaknya maka mereka akan menghajarku.

Sekolah merupakan relasi seimbang antar murid, tapi bagiku sekolah adalah relasi vertikal dimana siswa yang pendiam cenderung direndahkan. Maka tak jarang beberapa orang rela menutupi sifat aslinya hanya agar tidak direndahkan. Beberapa dari mereka telah memakai topeng kepalsuan yang terkadang membuat mereka lupa akan jati dirinya yang asli.

Miris.

Hidupku dimulai dari ketidakadilan. Dan itu menjadikanku pecundang di dunia besar ini. Tapi, lalu kau datang dan bersinar terang tepat di depan mataku. Kau mengubahku dan membuatku hanya berfokus pada masa depan, bukan masa lalu yang begitu menyakitkan.

Hakuna matata.

Bolehkah aku mengharapkan kebahagiaan kelak?

Tersenyum tulus nan air mata yang berjatuhan membahasi pipiku hingga dagu.

Tapi, bolehkah aku mencintaimu?

Bolehkah jika aku hanya ingin melihatmu disampingku saja?

Bolehkah aku memintamu untuk jangan pergi?

Walau cahaya kian memudar. Walau dengan masa depan yang kembali tak menentu. Ini semakin dekat. Semakin aku mendekat, semakin jauh kau pergi. Aku dalam ketakutan, aku akan menunggu. Akan kuingat kau dalam kenangan.

©finkarice, April 2019.

Hakuna Matata » Kth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang