One » So Sorry

1.6K 207 0
                                    

Di malam yang dingin dan sunyi ini, aku membuka jendela kamarku perlahan. Membiarkan cahaya dari rembulan masuk ke dalam celah-celah kamarku.

Aku berdiri, menatap langit malam yang kini tampak gundah. Sayup-sayup, aku mulai mendengar suara-suara yang tak seharusnya ada. Suara yang selama ini menyiksaku. Suara yang tak pernah puas bernyanyi di gendang telingaku. Memekakkan nyaris membuatku mati berulang kali.

Satu hal, aku tidak pernah tuli.

Suara itu. Hinaan, cacian, makian dari orang-orang yang pernah merendahkanku. Sampai sekarang masih ada dan ini takkan pernah bisa memudar. Bahkan ketika aku mulai berpikir positif, ketika aku berusaha melupakan hal buruk yang mereka perbuat.

Mengapa suara-suara dari masa lalu terus bermunculan?

Mengapa Tuhan tidak menulikanku saja?

Agar aku tak lagi mendengar suara menyakitkan itu lagi?

   "Arrghh" aku mengaduh seraya menutup kedua telingaku saat aku mulai mendengar suara-suara menyakitkan itu.

'Haha, orang bodoh sepertimu. Apa yang bisa diharapkan?'

'Kau tahu, kau itu tak berguna. Seperti sampah, kau pantas dibuang!'

'Lihatlah, pria bodoh seperti dia ingin bergabung dengan pria berkelas seperti kita? Apa yang si bangsat itu pikirkan? Cih, bodoh sekali'

   "Cukup!"

'Tidak berguna! Pergi kau dari hadapan kami! Jika kau disini, kau malah akan menyebarkan virus sialanmu itu! Pergilah!'

   "Tolong, berhenti" mohonku.

'Hei bodoh, apa itu yang kau maksud menolong seseorang? Kau tahu, dia bahkan hampir mati gara-gara kau! Kurang ajar! Sekarang, jangan pernah tunjukkan wajah busukmu dihadapan kami! Pergi kau, dasar pecundang!'

Aku meringkuk, duduk di sebelah kasur dengan tanganku yang masih setia menutup kedua telingaku.

   "AKU BILANG CUKUP!" Teriakku mengakhiri suara-suara itu.

TOK...TOK..TOK..
Suara ketukan pintu menyadarkanku dari semua udara menyedihkan ini.

   "Taehyung, ada apa nak? Tolong buka pintunya" ujar ibuku khawatir dari balik pintu masuk kamarku.

Aku masih terdiam sambil beberapa kali mencoba menguatkan diri. Mencoba tuli akan semua suara-suara yang kini telah menelusuk di tiap inci bagian diriku.

Ibuku kembali mengetuk pintu untuk yang kedua kalinya, "Taehyung, buka pintunya nak. Apa yang terjadi???"

Tanpa sadar, bulir air mataku telah berjatuhan keluar dari indra penglihatan ini.

Aku mengusapnya kasar, "Mengapa aku harus menangis? Mengapa aku harus selemah ini?".

Semakin aku mengusap air mataku, semakin banyak bulir air mata yang kembali berjatuhan.

   "Aku tidak boleh menangis. Aku bukan pria bodoh, aku juga bukan pecundang. Aku bukan orang lemah" ucapku sambil terus mengusap kasar air mataku.

Untuk yang ketiga kalinya, ibu kembali mengetuk pintu. "Taehyung..."

Aku menarik napas dalam-dalam lalu memaksakan diri untuk mengulas senyum walau itu terlalu tipis. "Aku baik-baik saja. Jangan khawatirkan aku, bu"

   "Kalau begitu buka pintunya, ibu ingin memastikan keadaanmu, nak"

   "Pergilah bu, ini sudah malam. Aku ingin tidur jadi tolong jangan menggangguku"

Ibu menghela napas. "Baiklah nak. Tapi jika ada apa-apa, tolong katakan pada ibu. Ibu sangat khawatir terhadapmu, nak"

   "Sesuai keinginanmu, bu" ujarku mengakhiri percakapan kami.

Aku berlari mendekat ke arah pintu kamarku, membuka pintu kamar perlahan, memastikan bahwa ibu telah pergi.

Sepersekian detik kemudian, aku menghembuskan napas lega mengetahui bahwa ibu sudah benar-benar pergi dari depan kamarku, lalu aku duduk di sisi pinggir kasurku. Membuka nakas secara spontan lalu mengambil bungkusan-bungkusan yang selama ini kusimpan secara sembunyi-sembunyi.

Aku bergumam pada diriku sendiri, "Hidupku dimulai dengan ketidakadilan dan itu menjadikanku seorang pecundang di dunia besar ini. Apapun yang kulakukan, entah benar atau salah. Mereka selalu melempariku banyak pandangan negatif. Menghujaniku dengan kata-kata keji yang kini telah mampu mematahkan diriku".

Aku mengusap air mata kasar yang mengalir membasahi pipiku. "Maafkan aku. Aku terpaksa melakukan ini. Kukira ini akan mengubah diriku. Maaf".

Dengan cepat aku membuka bungkusan itu, lalu ku telan cepat-cepat.

   "Malam sunyi yang tampak gundah hari ini, telah menjadi saksi. Bahwa mulai sekarang aku seorang......... pecandu".

   "Itu terlalu jahat tetapi terlalu manis" kataku dengan senyum menyeringai kesukaanku.

To be a continue..
Vote and coment juseyoo..
Kamsahamnida, chingu😂

Hakuna Matata » Kth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang