fiveteen

741 68 14
                                    

Vote komen yuk...






***
Pagi -pagi sekali Jaewon sudah duduk manis di ruang tamu rumah Irene, sambil meminum teh bersama Tn. Bae Jin Young papah Irene.

"Rasanya udah lama ya om Jaewon ga main kesini" Kata Jaewon. Ya memang terkahir kali dirinya main ke rumah Irene saat sebelum Irene pergi study ke luar negeri.

Jinyoung mengangguk "Iya, aku bahkan sudah lupa wajah Hanbin, June dan Bobby" sahutnya

Jaewon dan Jinyoung tertawa bersama.

"Bagaimana? Ada kemajuan hubungan kalian?" Tanya Jinyoung

Jaewon tersenyum miris sambil menatap gelas berisi teh yang dipegangnya "Entahlah om. Apa ini bisa dibilang kemajuan dengan posisi Hanbin yang sudah memiliki kekasih. Aku juga tidak tahu"

Jinyoung merasa kasihan pada Jaewon, dia tahu perasaan Jaewon terhadap anaknya Irena. Sejak beberapa tahun yang lalu.

"Tapi kau tidak berniat untuk tidak menjaga Irene lagi bukan?"

Jaewon terkekeh sambil menampilkan deretan gigi putihnya.

"Tentu saja tidak, aku bahkan rela menjadi bodyguard saat Irene berkencan dengan pria lain" Jawabnya dengan hati yang bahkan tidak rela jika Irene bersama pria lain.

"Bersabarlah, akan ada dimana Irene melihat dan membalas perasaanmu.."

"Dia sudah membalasnya. Malam itu, bahkan sebelum aku menyatakan perasaanku, dia sudah menolakku" Jelasnya sambil tertawa miris

Tanpa mereka ketahui, ada Irene yang sedari tadi menguping pembicaraan mereka.

"Maaf.. Jae"

"Yaudah om, Jaewon pulang dulu. Lagian Irene nya juga belum bangun" Kata Jaewon sambil beranjak dari sofa.

"Gak nunggu sebentar lagi? Biar mama nya yang bangunin"

"Eh gak usah om, kasian Irene. Kelasnya kan sore, jadi mungkin bangunnya siang"

"Tapi kamu udah disini, gapapa gak ketemu Irene?" Tanya Jinyoung merasa bersalah.

Ini kebiasaan anak perawannya yang bikin malu.

"Santai aja om, Jaewon gakpapa"

Jinyoung hanya mengangguk menurti kemauan Jaewon.

"Temui Jaewon, sebentar saja" bisik Yoona disebelah Irene

"Tapi mah.."

"Udah mau pulang?" Tanya Yoona pada Jaewon

"Iya tante, udah mulai siang. Jaewon takut ganggu aktivitas kalian"

"Maafin tante ya Jae, Irene susah dibangunin" Kata Yoona, walau dalam hati semoga anaknya nyamperin Jaewon.

Jaewon tersenyum simpul "Iya tante ga papa. Jaewon pamit ya Om, Tante" pamitnya

"Hati-Hati ya" Kata Jinyoung dan Yoona

Jaewon keluar rumah dengan langkah berat, dia ingin melihat Irene pagi ini, tapi GAGAL.

Salahkan dirinya yang pelupa, kalau Irene tidak pernah bangun pagi!

Saat sebelum Jaewon jauh dari pintu rumah, Irene memanggilnya.

"Kenapa buru-buru?"

Jaewon berbalik dengan menampilkan senyum manis, Irene menghampiri Jaewon dengan piama maroon dan rambut yang diikat asal.

"Walau seperti singa, tapi kamu tetap cantik" Katanya sambil mengacak rambut Irene

"Ih apaan sih, klise banget" Sahut Irene mencoba senetral mungkin, meski hatinya sudah berdebar cepat untuk beberapa detik.

"Ngapain kesini?"

"Pengen liat lo aja, emang gaboleh?"

"Cuma itu? Jauh-jauh datang kesini cuma pengen liat gue doang?" Ucapnya dingin, walau sedikit senang mendengarnya.

Jaewon hanya nyengir "Hehe, yaudah ya gue pulang dulu. Udah sana masuk, jangan lupa sarapan" Sambil mengacak rambut Irene gemas.

Irene dibuat gugup olehnya "I-iya.."

Ia tersenyum melihat tingkah imut Irene "Mandi, jigongnya dimana-mana" bisiknya sebelum masuk kedalam mobil

"Ih apaansih Jaewon, tau ah gue marah sama lo!!!!" Teriaknya kesal.

***

"Halo? Mah? Mamah? Halo??"

"Kenapa? Nyokap lo pasti marah banget ya?" Tanya Jennie.

Jennie dan Lisa berada disebuah Caffe dekat dengan kosan Lisa.

Kenapa Lisa tidak bekerja? Padahal kuliahnya hari ini libur?

Lisa memutuskan untuk berhenti bekerja, dia lebih memilih membantu saudaranya yang membuka toko bunga di dekat kosannya.

Lisa menjatuhkan kepalanya dimeja dan menyembunyikannya dengan kedua tangan.

"Mungkin nyokap lo butuh waktu Lis.." Kata Jennie mencoba menenangkan Lisa.

"Tapi udah beberapa hari ini dia gak mau ngomong sama gue, dia reject telpon gue, gue pulang kerumah dia gaada. Gue khawatir sama kesehatan mamah, gue juga gamau Hanbin makin terlibat masalah keluarga gue" Jelasnya sambil menatap Jennie

Jennie mengangguk mengiyakan perkataan Lisa. Bagaimanapun, Hanbin mungkin tidak tahu bagaimana keadaan keluarga Lisa, bagaimana situasinya.

"Iya, gue juga ngerti, gua paham maksud lo. Tapi, posisi nyokap lo juga mungkin lebih syok Lis, kita gatau inti masalahnya. Tapi, setidaknya sekarang lo tahu kenyataan bahwa nyokap lo benci sama keluarga Hanbin"

Deg! Itu yang ia lupa. Kenyataan itu yang Lisa lupakan. Bagaimana dirinya meyakinkan Ibu dan Ayahnya ketika posisi Ibunya saja sudah membenci keluarga laki-laki yang ia cintai.

"Gue bingung Jen, gue gatau harus ngapain" ucapnya sendu

Jennie mengepal erat kedua tangan Lisa "Lo harus bisa milih. Antara mempertahankan hubungan lo sama Hanbin, atau tinggalin dia dan jaga perasaan keluarga lo."

"Itu--"

"Untuk sekarang, gue mau kalian tetap bersama. Seperti seorang kekasih yang sedang di mabuk cinta. Seperti tidak sedang terjadi apa-apa"

Lisa hanya mengangguk pasarh mendengarkan nasehat Jennie.

"Tapi, jangan juga lupa kenyataan bahwa orangtua Hanbin belum tahu keluarga lo siapa. Diliat dari nyokap lo aja gue udah yakin, keluarga Hanbin sama marahnya kayak keluarga lo"

Lisa semakin dibuat resah dan bingung mendengar perkataan Jennie. Gadis itu benar, cepat atau lambat, keluarga Hanbin harus tahu siapa keluarga Lisa sebenarnya.




alamahoy. miss you.

Flower Boy & Girl [hanlice]Where stories live. Discover now