[3]

28 5 0
                                    

Cassie menatap Daniel datar. "Dan..."

"Iya, Cassie?"

"Udah, jangan bercanda mulu. Nanti kalau beneran suka gimana? Mau tanggungjawab?"

"Mau. Cita-cita aku 'kan nikahin Cassie."

Cassie melempar Daniel dengan tatapan jijiknya.

"Becanda, elah! Serius amat," balas Daniel. "Yuk masuk kelas. Butuh bantuan gak, nih?"

Cassie menggeleng. "Gak, udah sembuh."

"Serius?" tanya Daniel memastikan.

"Iya." Cassie bangun dari duduknya. "Liat nih aku lari."

Gadis itu berlari pelan di koridor dan membuat Daniel yang melihat itupun percaya kalau kakinya sudah baik-baik saja.

"O, iya. Haha."

:
:

"Selamat pagi, anak-anak," sapa wanita yang berprofesi sebagai seorang guru bidang studi Matematika itu pada murid-muridnya yang sudah menunggu kedatangannya sejak tadi di kelas.

"Pagi, Buk."

"Hari ini kita ulangan, ya!" ujar wanita tersebut.

"Inget aja, Buk. Padahal udah berdoa semalaman semoga ibuk lupa sama rencana ulangan hari ini."

Sontak saja sebagian penghuni kelas tertawa mendengar celetuk Daniel.

"Xena, tolong kamu bagiin soalnya ini ke temen-temen kamu," pinta wanita paruh baya tersebut.

Xena tersenyum, lalu mengangguk. Gadis itu bangun dari duduknya dan menghampiri guru matematikanya itu untuk mengambil lembaran soal yang disodorkan ke arahnya. Ia mulai berjalan menuju satu per satu meja teman sekelasnya dan saat berhenti di meja milik Cassie, ia tersenyum miring.

"Liat aja, kali ini gue bakal ngalahin lo Cassie," batin Xena licik.

:
:

[Cassie Jung POV]

Satu jam. Dua jam. Tiga jam. Dan akhirnya waktu istirahat pun tiba. Perutku sudah lelah menelponku sejak tadi, namun jangankan mengangkat panggilannya, sms darinya pun hanya ku baca. Kini tiba saatnya aku membelikannya pulsa agar ia bisa menelponku lagi.

"Cassie!"

Aku menoleh dan mendapati Yoora yang memanggilku. "Iya, Yoora. Kenapa?"

"Aku nemu buku keren dong di perpus! mau liat gak?" tanya Yoora sembari merangkul pundakku.

"Ha? Buku keren gimana maksudnya? Pengen liat, tapi mau makan dulu," balasku.

Yoora menghela napas. "Lima menit aja. Pokoknya kamu harus liat! Aku takut ke sana sendirian, soalnya agak nyeremin gimana gitu."

"Oh! Jangan bilang kamu nemu buku itu di ruangan sudut perpus yang dilarang untuk masuk itu?" terka-ku yang langsung dibalas cengiran oleh Yoora.

"Hehe, jangan bilang siapa-siapa ya kalau aku masuk situ tadi."

Aku hanya memutar bola mataku malas.

"Ya udah, ayo ke sana! Kamu harus liat bukunya," ajak Yoora sekali lagi.

"Gak ah, mau makan!" tolakku cepat.

"Ntar aku traktir!" balas Yoora yang membuat raut wajahku langsung berubah.

"Ayo! Buruan!" Dan kali ini berbalik menjadi aku yang mengajak dan bersemangat untuk pergi menuju perpustakaan.

:
:

Talk With ShadowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang