4

432 94 12
                                    

"I adore you."

***

Bab 4 : Bertemu

Hai juga Sadewa.

Sadewa hampir saja melempar ponselnya saking senangnya. Semalam dia mengirimkan pesan berupa pujian pada Senja sekaligus mengajak gadis itu bertemu di sekolah, dan pagi ini mendapat sebuah balasan.

Pagi ini kita ketemu depan parkiran aja. Gue penasaran sama penawaran lo.

Sadewa melangkah cepat, meninggalkan Sena yang menunggu Sheril merapikan rambut. Cowok itu menggenggam ponselnya erat sembari menunggu di depan parkiran.

"Sumpah," Sena memperhatikannya seraya menggeleng. "Berasa liat abege mau ketemuan sama gebetannya."

Sheril mencibir. "Kayak mau ketemu Ariana Grande aja."

Tadinya Sheril ingin ikut menunggu Senja, penasaran bagaimana reaksi Sadewa saat bertemu Senja, dan bagaimana mereka ketika bertemu. Akankah lebih klop dari Sheril dan Sadewa? Tetapi Sena malah menyeretnya pergi ke perpustakaan, minta ditemani mencari sebuah buku.

Sadewa menarik kabel earphone di saku celananya, berencana mendengarkan musik agar tidak terlalu gugup. Cowok itu bersandar pada dinding sembari mencari-cari lagu yang pas dengan suasana hatinya pagi ini.

"Semoga beruntung!" Sena melewatinya sembari mengepalkan tangan, diikuti dengan Sheril yang tampak cemberut. Sadewa kontan membalasnya dengan acungan jempol.

Enam menit berlalu, dan lagu Garis Terdepan milik Fiersa Besari mendekati akhir, Sadewa mengangkat kepalanya, pandangannya bertemu dengan gadis berkucir kuda dengan poni. Cowok itu refleks menunduk, tersenyum kecil menemukan kaus kaki pelangi yang dikenakan si gadis.

Gadis itu menghentikan langkahnya tepat di depan Sadewa, tersenyum malu.

"Sadewa, ya?"

Sadewa kontan saja melepas earphone-nya dan mengangguk semangat. Mengulurkan tangan kanannya. "Hai, Senja."

Senja melebarkan senyumnya, menyambut uluran tangan Sadewa. "Hai, Dewa!"

Sadewa salah tingkah. Senja ini manis banget, menurutnya.

"Anak-anak kelas gue sering ngomongin lo, katanya lo main gitarnya keren," cerita Senja ketika keduanya beriringan menuju gedung sekolah. "Followers gue juga banyak yang ngerekomendasiin gue buat bikin cover sama lo."

"Oh ya?" Sadewa meringis malu sembari mengusap tengkuknya. "Terus kenapa nggak ngajakin gue?"

"Gue malu ngajaknya," aku Senja. Semburat merah muncul di kedua pipinya, dan ketika kedua matanya berserobok dengan milik Sadewa, gadis itu tertawa malu.

"Gue juga tau lo dari kembaran gue."

"Sena?"

Sadewa menoleh. "Lo tau Sena?"

ForestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang