Bab 16
Scars
Davin menyusul Renee yang sejak pulang dari pemakaman sore tadi masih mengurung diri di ruang kerja kakeknya. Ketika Davin masuk ke ruangan itu, Renee menatap foto berpigura di meja kakeknya dengan mata berkaca-kaca. Davin menghampiri Renee dan berdiri di sebelahnya.
Di foto yang dilihat Renee itu, tampak foto kakek Renee bersama Renee dan Erlan yang masih kecil. Sepertinya, usia mereka saat itu sekitar dua belas atau tiga belas tahun.
"Ini foto pertama yang kami ambil bareng. Waktu Erlan baru datang ke rumah ini," cerita Renee. "Waktu itu, umurku dua belas tahun, Erlan tiga belas. Sebulan habis foto ini diambil, aku dikirim ke luar negeri. Sendirian. Ibuku kecelakaan nggak lama setelah Erlan datang. Dan papaku ... aku nggak pernah tahu siapa dia."
Davin mengernyit. Di usia semuda itu, Renee harus mengalami hal seperti itu. Ia baru kehilangan ibunya dan dikirim ke tempat asing, jauh dari keluarganya.
"Aku nggak pernah tahu gimana rasanya kehilangan kayak kamu. Karena sejak awal, aku nggak punya orang tua dan besar di panti asuhan. Jadi, aku nggak tahu gimana caranya ngehibur kamu di saat kayak gini," aku Davin.
Renee akhirnya menatap Davin, mendengus pelan. "Trus, kamu ngapain di sini?"
"Karena aku nggak bisa ngehibur kamu, jadi aku ngelakuin apa yang aku bisa. Ayo makan," ajak Davin. "Dari kemarin kamu belum makan, kan?"
"Kamu yang masak?" tanya Renee kaget.
"Nggak, lah. Aku nggak bisa masak. Kecuali mi instan." Davin mengedik.
Renee kembali mendengus. "Aku nggak lapar," katanya.
Davin mengernyit. "Kamu harus makan. Kalau sampai kamu sakit juga, saham perusahaanmu bisa makin anjlok."
"Cih. Sekarang kamu bahkan tahu kelemahanku," sinis Renee.
"Makanya, ayo makan." Davin sudah akan pergi ketika Renee menahan lengannya.
"Aku akan makan kalau kamu masakin makanan kesukaanku," tantang Renee.
Jelas, wanita itu tak berniat makan. Namun, Davin juga tak berniat menyerah.
***
Renee mendengar ketukan di pintu ruangan sebelum pintu itu terbuka. Davin kembali masuk ke ruang kerja kakeknya setelah ... Renee mengecek jam bandul klasik di ruangan itu, tiga jam.
"Apa? Kamu udah masak makanan kesukaanku?" ledek Renee.
Namun, jawaban Davin mengejutkannya. "Ya."
Renee terpaku. "Ap-apa?"
"Aku udah masak makanan kesukaanmu," ucap Davin. "Jadi, ayo makan."
Renee mengerjap. "Kamu bikin spaghetti atau makaroni?"
Davin tak menjawab dan keluar lebih dulu. Renee menghela napas, terpaksa keluar dan menyusul Davin ke ruang makan. Ia sudah bersiap menolak spaghetti atau makaroni buatan Davin, tapi ia tidak melihat dua makanan itu di meja makan. Malah, ia melihat telur gulung yang tertata rapi di piring-piring yang ada di meja.
"Ini ..."
"Tadinya aku mau bikin spaghetti sama makaroni, tapi trus aku tanya ke Erlan. Sepupumu itu bilang, dulu waktu dia datang ke sini, kamu masih sedih karena kepergian ibumu. Kamu nggak mau makan dan dimarahin kakaekmu, bahkan sampai dikurung di kamar dan nggak boleh ada yang ngasih makan kamu. Erlan bilang, dia masakin telur gulung buat kamu tengah malam dan akhirnya kamu mau makan," urai Davin.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Proposal From Mr. Stranger (End)
RomanceRenee hampir dipermalukan karena orang yang ia bayar menjadi kekasihnya tak bisa datang. Namun, lamaran dadakan dari pria asing itu menyelamatkannya. Berita buruknya, Renee dan pria asing itu harus menikah. Davin tak ingin malu di depan wanita yang...