4. Kunjungan Sahabat (rate M)

368 43 10
                                    

Duk!

Terdengar suara pintu dibuka paksa.

"Ino! Keluar, kau!" teriak seorang pria tampak begitu marah setelah berhasil mendobrak sebuah pintu di sebuah rumah kontrakan.

"Hei, tidak sopan! Kau merusak pintu rumahku!" bentak seorang wanita yang muncul dari kamar sambil berkacak pinggang dengan wajah merah padam melihat pintu rumah rusak akibat ulah pria yang datang-datang langsung emosi.

"Ke sini kau, Jalang! Kemarin aku melihatmu bersama si Kuning itu keluar dari hotel, hah!" Pria tampan berwajah pucat mencengkeram kerah leher si penghuni rumah.

"Sai, lepaskan!" teriak wanita bertubuh seksi, rambut pirang, serta mata secerah pirus, sangat geram. "Tenangkan dulu dirimu, biar kujelaskan!" Ia menarik tangan si pria dari cengkeraman di leher serta mengentakkannya kemudian berjalan ke sofa dan mengempaskan bokong di sana.

"Ya ampun, Sai. Kau pikir aku benar-benar menyukainya? Hahaha ... ck-ck-ck ...." Wanita itu menyilangkan kedua kaki dan kedua tangan bertaut di lutut. "Tidakkah kau mengerti, Sai?" ejeknya seraya menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum.

"Kau bilang sudah putus dengannya, hah! Tapi apa? Dengan mata kepalaku sendiri, aku melihatmu bergelayut manja padanya, keluar dari hotel!" bentak laki-laki bernama Sai terbakar emosi mengingat suatu kejadian yang berhubungan dengan sang kekasih teramat menyakitkan hati.

"Tenang, Sayang. Tidak seperti yang kau pikirkan, hm ...." Wanita itu berdiri kembali lalu menghampiri si pria, membelai serta menggoda dengan membusungkan dada, menunjukkan belahannya yang terbuka.

"Hei ... apa maksudmu? Jelas-jelas kau masih bersama pria bodoh itu dan aku yakin kalian pasti melakukan ikeh-ikeh!" seru pria itu lalu termenung sejenak seraya menelan saliva. "Heh! Aku pikir kau sudah berubah semenjak kepergian istri si kuning yang juga sahabatmu itu, tapi ternyata ... semua itu justru membuatmu lebih getol mendekatinya!" Sai membeberkan yang ia pikirkan.

"Oke, Sayang. Aku ... aku mau mengatakan sesuatu, tolong dengarkan aku." Ino membimbing sang kekasih untuk duduk di sofa lalu ia beranjak pergi ke dapur untuk mengambilkan minuman.

Sementara, Sai duduk membungkuk sambil memegang kepalanya. Ia menggemeretakkan gigi, geram dan frustrasi.

"Ini, minumlah!" Ino membawa dua kaleng minuman soda lalu menyerahkan kepada sang kekasih. Ia mencari posisi duduk yang nyaman di dekat pria itu kemudian berbicara, "Sai, kau kan tahu, Naruto itu sangat kaya raya dan juga bodoh. Aku dan Sakura dulu bersaing untuk mendapatkan dia. Tidak ... bukan karena cinta, tapi kami tertarik akan hartanya, hehe. Memang terlihat kejam karena niat kami jika sudah mendapatkan dia, lalu menikmati hartanya kemudian bercerai dan kami akan menikah dengan pria yang kami cintai, hahaha. Ternyata ... yah ... Sakura lebih beruntung waktu itu karena dia yang dipilihnya." Ino mengedikkan bahu sambil menatap kekasihnya, menunggu reaksi maupun komentar dari Sai.

"Lalu kau masuk ke kehidupan mereka dan ingin merebut Naruto dari Sakura, begitu, kah?" tanya Sai menyelidik dengan mata mendelik serta napas naik-turun.

"Hmm ... bisa dikatakan demikian." Ino membuka minuman kaleng sambil mencebik. "Akan tetapi, apakah itu salah, toh Sakura tidak pernah mencintai suaminya itu, kan?" jawabnya santai sambil meneguk minuman.

"Dari mana kau tahu kalau Sakura tidak mencintai suaminya, hah! Dan tentu saja kau salah. Salah besar, Ino! Shit! Kenapa kau baru menceritakannya sekarang?" Sai semakin frustrasi.

Dinding Menangis (Revisi)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang