Siapa yang menyangka dan menduga, persahabatan yang terjalin sekian tahun, tergores hanya dalam sekejap. Sasuke merenung, wajahnya ditekuk ke bawah, kedua tangan memijit pelipis, tampak gusar serta murung. Ia duduk di meja kerjanya di ruangan lain yang sudah berubah menjadi kantor rumah, masih terletak di lantai satu. Sedangkan sang istri memohon supaya ditinggalkan seorang diri di kamar dengan alasan butuh ketenangan berpikir karena masalah pelik.
Tok! Tok!
"Tuan, kami mohon diri hendak pulang. Semua pintu dan jendela sudah kami kunci," pamit Kakashi beserta istrinya dari balik daun pintu ruang kerja tuannya yang masih tertutup.
Sasuke berdiri lalu berjalan gontai untuk membuka pintu. Ia melihat pasangan suami istri di depannya dengan tatapan sayu kemudian mengangguk serta berkata, "Terima kasih, Paman, Bibi. Mari saya antar." Suami Hinata menyertai kedua pelayannya hingga pintu belakang bagian samping.
Angin berembus kencang, udara sangat dingin menusuk tulang. Sasuke melindungi mata dari terpaan daun yang beterbangan dengan lengan. Sudut matanya melirik ke atas, menatap langit gelap dengan kilatan petir dan guntur menggelegar. Rintik hujan mulai turun, meliuk ditiup angin. Tiba-tiba refleks seperti melihat bayangan, ia mengalihkan pandangan ke sisi kanan pada sebuah pohon besar. Di sana, dalam remang lampu taman, ada sosok perempuan berpakaian putih serta memakai kerudung warna yang sama sedang menghadap ke arahnya seperti melihat dengan tatapan kosong.
"Siapa?!" tanya Sasuke sambil berteriak ke perempuan yang dilihatnya seraya mengucek mata. Sekonyong-konyong penampakan itu memudar lalu menghilang. Seketika, bulu kuduk Sasuke berdiri dan ia buru-buru menutup pintu lalu menguncinya.
Sambil mengatur napas, Sasuke berjalan ke dapur hendak mengambil air minum di lemari pendingin. Saat menoleh ke meja makan, dilihatnya seseorang duduk di sana sambil menunduk. Ah ... istriku tak bisa tidur rupanya, batinnya seraya membuka kulkas, menuang air segar ke gelas lalu meneguk dengan cepat sambil menoleh kembali ke meja makan.
"Uhuk-uhuk-uhuk ...." Sasuke tersedak hingga terbatuk serta mendadak jantung berdebar-debar. Seseorang yang tadi dilihatnya sudah tidak ada lagi di sana. "Secepat itukah pergerakan istriku?" Ia bergumam sambil mendelik. Gelas bekas minum setengah dibanting di meja, laki-laki tampan itu berjalan dengan cepat lalu setengah berlari menuju kamar untuk mengejar sosok yang dipikir Hinata. Namun, ia terkejut saat melihat sang istri ternyata sudah tertidur pulas di pembaringan.
"Huuuh ... apa itu tadi?" gumamnya sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Ia berjalan pelan menghampiri Hinata lalu menaiki tempat tidur dan merebahkan diri di sampingnya dengan hati-hati karena takut sang istri akan terbangun. Tangan kanan membelai rambut panjang sang nyonya Uchiha yang tidur membelakanginya, penuh rasa sayang dan penyesalan.
Hinata menggeliat sejenak sembari melenguh kecil lalu napasnya kembali teratur, ciri khas pulas tertidur.
"Maafkan aku yang membuatmu seperti ini, Sayang," bisik Sasuke dengan lembut di telinga istrinya lalu mencium bagian belakang kepala Hinata sambil menitikkan air mata. Tak berapa lama kemudian, ia pun tertidur sambil mendekap wanita yang dicintainya itu.
***
Pagi itu sangat cerah. Tanah masih basah karena hujan semalam yang lumayan lebat. Matahari mengintip malu-malu dari balik kisi daun pohon cengkeh. Sinar lembut menembus jendela yang sudah terbuka lebar hingga menimpa wajah tampan rupawan. Di kamar yang cukup luas dan tampak asri, Sasuke menggeliat terlentang dengan mata terpejam hingga merasakan silau lalu mengusap mata dengan tangan kanan sementara tangan satunya meraba ke samping, menggapai tempat yang sudah kosong. Ia tak merasakan tubuh istri cantik di sisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinding Menangis (Revisi)✔
HorreurA SasuHina Fanfiction Complete✔ Naruto disclaimer Masashi Kishimoto Dewasa! Deskripsi: Sepasang pengantin baru telah membeli rumah dari sahabat di sebuah pegunungan. Namun, mereka mengalami hal-hal yang mistik berhubungan dengan hilangnya mantan ist...