6. Penjaga Baru

239 40 8
                                    

Gugurkan bayi itu!

Tidak!

Kau ingin hubungan kita terbongkar?

Aku tidak tahu, hiks. Aku bingung ... hiks.

"Haaah!" Hinata terbangun dari tidur dan langsung duduk dengan napas ngos-ngosan karena habis mimpi buruk. Keringat dingin membasah peluh, detak jantung berdegup kencang. Sementara, saat melirik ke samping kanan, sang suami masih terlelap. Ia mengingat-ingat kejadian sebelumnya, ketika berlari ke ruang kerja suami lalu Sasuke membimbing kembali ke kamar, menenangkan hingga tertidur.

Suara di mimpi itu ... seperti suara suamiku. Lalu ... siapa wanita hamil itu? batin Hinata. Jantungnya semakin berdebar-debar ketika membayangkan hal yang tidak diinginkan.

"Eeengh ... Honey, kau tidak tidur?" tanya Sasuke melirik Hinata dengan satu mata tertutup karena kantuk.

Hinata terkejut, ia menggeser sedikit menjauh. "I-iya, a-aku a-kan ti-tidur lagi," jawabnya lalu merebahkan tubuh kembali di sisi sang suami sambil menarik selimut sambil melirik jam di atas nakas. Setengah tiga, sebentar lagi pagi. Ia berusaha memejamkan mata dan melanjutkan sisa waktu untuk tidur sebelum hari menjadi terang.

***

Pagi itu cuaca mendung. Namun, pasangan suami istri sudah merapikan diri terutama Sasuke yang bersiap untuk berangkat ke kantor. Mereka duduk di meja makan sambil menikmati sarapan.

"Maaf, Honey. Aku belum mendapatkan seseorang untuk menjagamu," ucap Sasuke di sela-sela sarapannya.

Bertepatan itu, Ino datang dan tak sengaja mendengar perkataan Sasuke. Iris mata seindah batu pirus menjelajah ruangan dan menemukan sebuah lemari kaca dekat dinding pembatas antara ruang tengah dan ruang makan. Ia berjingkat, bersembunyi di balik lemari itu serta semakin menajamkan pendengaran.

"Aku tak perlu penjaga. Ada Paman Kakashi dan Bibi Ayame sudah cukup bagiku," jawab Hinata agak canggung menghadapi suaminya.

"Bagiku itu sangat penting, Honey. Aku sangat khawatir saat meninggalkanmu cukup lama di sini." Alis Sasuke menyatu saat menatap lekat wajah istrinya. Ia menyadari perubahan sikap Hinata yang berbeda dari biasanya. Aku akan meminta bantuan Lee, batinnya.

Heh, apa yang dikhawatirkan si tampan ini? Sepertinya dia takut istrinya dimakan Naruto. Ino berprasangka buruk serta tersenyum miring dari balik persembunyiannya.

"Fiuuuh ... sudah siang, aku berangkat dulu ya, Yang," pamit Sasuke yang hanya mendapat balasan anggukan saja dari sang istri. Sasuke terperangah melihat reaksi Hinata yang tidak beranjak untuk mengantarkan bahkan tak menoleh padanya sedikit pun. Semarah itukah dia, atau .... "Honey, apakah kau sakit?"

"Ti-tidak ... a ... hoooeeeek ...." Hinata segera berlari ke kamar mandi terdekat. Sasuke mengikutinya dengan perasaan cemas.

.
.
.

"Kau istirahatlah dan jangan melakukan apa pun, hm," ucapnya saat membimbing sang istri untuk rebahan di kamar. Hinata mengangguk lemah tanpa melihat ke sang suami.

"Aku berangkat dulu, Honey. Jaga dirimu baik-baik juga anak kita." Sekali lagi Sasuke berpamitan lalu mencium kening sang istri tercinta. Ia melangkah keluar, tetapi sesuatu membuatnya terlonjak hingga mendelik. Seorang wanita cantik bagai boneka barbie sedang tersenyum malu-malu karena ketahuan menguping di balik dinding kamar.

Dinding Menangis (Revisi)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang