8. Titik Terang

220 41 12
                                    

"Tuan Sai!" teriak Sasuke. Ia tidak melihat Sai saat kembali dari mengambil lampu cadangan.

"Tuan Sai!" Sasuke kembali berteriak dan mencari-cari keberadaan Sai. Ia melongok ke gudang yang dijadikan kamar itu dan keadaannya masih tetap sama, gelap. Namun, sorot senter dari gawai menerangi wajah orang yang sedang dicarinya. "Tuan Sai, Anda kenapa?" Pengacara muda itu segera menghampiri dan memeriksa keadaan sang tamu lalu berdiri dan buru-buru mengganti lampu yang telah padam. Ketika menyalakan sakelar ....

"Kami-Sama!" Pria tampan itu tercekat. Sasuke melihat Sai tertelungkup di lantai, pingsan dengan sebuah pigura ada di sampingnya. Apa yang terjadi dengannya?

***

Makan malam terasa begitu ramai dan tumben mereka kumpul bersama. Ada dua tuan rumah dalam satu rumah--Sasuke dan Naruto. Ino masih di kamar karena ia enggan turun untuk makan bersama mereka.

"Ayo, silakan-silakan," cakap Naruto mewakili diri sendiri tentunya sebagai tuan rumah sedangkan Sasuke tak begitu peduli.

Mereka menyantap hidangan dalam keheningan, hanya terdengar dentingan sendok, garpu, dan piring. Tiba-tiba dari arah dapur hal mengejutkan terjadi.

Kelontang!

Suara benda berat seperti besi jatuh. Sontak semuanya terkesiap, menghentikan kunyahan, dan saling berpandangan.

"Bibi, suara apa itu?!" teriak Naruto melongok ke arah dapur.

"Kurang tahu, Tuan? Saya tengok dahulu," jawab Ayame yang muncul dari kamar istirahat khusus untuk pelayan, tidak jauh dari ruang makan.

"Lho ... aku pikir Bibi ada di dapur," ucap Naruto kebingungan lalu ia berdiri. "Ayo kutemani, Bi."

Ayame diikuti oleh Naruto mencari sumber suara benda yang jatuh tadi. Mereka terkejut begitu mengetahui asal bunyi tersebut.

"Kotak perhiasan? Bukankah ini milik Sakura, kenapa ada di dapur?" Naruto terheran-heran sambil memungut peti besi kecil lalu mengamatinya. "Iya, tidak salah. Ini milik Sakura,"--menoleh ke Ayame--"mengapa bi-bisa ada di sini, Bi?"

Ayame juga terkejut, mendelik dan gemetar ketakutan. "K-kurang tahu, Tuan. Me-mengapa benda itu bi-bisa jatuh sendiri?"

Melihat ukuran dan berat memang sangat aneh jika peti perhiasan itu bisa lompat ataupun terbang padahal semua furnitur di sana rata dan lemari tertutup rapat bahkan dikunci. Sedangkan benda itu di duga jatuh dari lemari yang terkunci yang sekarang terbuka lebar tanpa ada kerusakan serta anak kunci masih menggantung.

"Ke-kenapa bi-bisa ada di sini?" Ayame terbelalak seraya mengulang pertanyaan Naruto sebelumnya dan itu membuat si tuan menoleh sembari mengernyitkan alis.

"Apakah Bibi mengetahui sesuatu?" Selidik pria berambut pirang itu. Ayame menunduk, melirik takut-takut lalu menggeleng.

Hmm ... pasti dia menyembunyikan sesuatu, batin Naruto, melerok ke pelayannya sambil tersenyum tipis.

***

Sementara itu di kamar atas, Ino yang masih lemah sedang tertidur pulas. Ia tak menyadari ketika tiba-tiba ada sesosok bayangan putih muncul, berdiri di sisi tempat tidur menatap dengan pandangan kosong serta dingin ke arahnya.

Inooo ....

Inooo ....

Mendengar ada yang membisikkan namanya, Ino menggeliat lalu sedikit membuka mata. Samar-samar ia melihat kain putih transparan lalu memejamkan mata kembali.

Inooo ....

Inooo ....

Suara desahan itu terdengar kembali, Ino memicingkan matanya, dan ....

Dinding Menangis (Revisi)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang