03. KELAS BARU
“Hujan saja memberi kabar lewat mendungnya. Lalu, bagaimana denganmu rindu? Apakah ada kabar untukku?” —Kinaretta Arsyafika
Kelas baru yang Retta idamkan malah berbanding terbalik dengan kemauan Retta. Kelas barunya rata-rata dihuni oleh sebagian besar siswa-siswi kutu buku atau gemar membaca dan hampir semua murid di kelas ini termasuk murid yang pintar. Kecuali satu, Dino.
Cowok itu yang memang sedikit asik menurut Retta. Karena Dino senang bergurau. Seperti tadi, saat Retta baru masuk ke kelas ini.
Saat ia masuk di kelas ini. Baru saja ia akan masuk ke kelas barunya. Di depan papan tulis tepatnya di samping guru yang sedang memandang penuh amarah kepada seorang cowok berpenampilan urakan.
Guru yang awalnya sedang memarahi cowok tersebut menoleh ke arah Retta yang berada di ambang pintu kelas. “Kamu anak baru itu?”
“Eh, iya, Bu. Saya anak baru,” ujar Retta kaget.
“Sini masuk!” suruh guru tersebut.
Retta masuk ke kelas itu. Ia memandang ke segala arah. Rata-rata murid di kelas XII IPA 1, tampangnya memang pintar-pintar. Tapi tidak tahu dengan otaknya. Jika menurut Retta, ia yakin semua murid di kelas ini pintar-pintar, kecuali satu, cowok yang tadi sedang dimarahi guru.
Retta berdiri disamping cowok tersebut. Jadi posisinya sekarang begini guru–cowok itu–Retta.
“Dino! Duduk di tempat kamu. Ibu enggak mau kamu sampai bolos lagi, hari ini kamu ibu maafkan. Sekarang duduk!” perintah guru itu kepada cowok yang di panggil Dino itu.
Guru yang diketahui namanya adalah Bu Sina itu mendekat ke arah Retta. “Sekarang kamu perkenalkan nama kamu.”
Retta mengangguk sekali dan mulai memperkenalkan dirinya. “Hai! Nama gue Kinaretta Arsyafika Widino. Kalian bisa panggil gue, Retta. Salam kenal!” ucap Retta dengan senyum yang menghiasi bibirnya.
“Aduh! Senyumanmu mengalihkan duniaku, neng Retta!” celetuk Dino tiba-tiba. “Kenalin, nama abang, Dino! Orang paling ganteng sedunia. Mau jadi pacar abang enggak, neng?”
Retta hanya memandang Dino dengan tatapan jijik, “enggak usah sok kenal, Dinosaurus!” balas Retta tajam.
Dino terkejut dengan perkataan Retta. Sebelumnya, tidak ada yang berani menolak pesonanya. Tetapi berbeda kali ini. Seorang Dino ditolak mentah-mentah oleh seorang murid baru di sekolahnya. “Jahat banget kamu, neng, sama abang. Abang murka!” ucap Dino mendramatisir.
Retta mengangkat sebelah alisnya, “ya, terus?”
Dino mendengus sebal, “Bu! Ajarin sopan-santun tuh, Bu, anak muridnya. Enggak sopan, tuh, Bu, sama calon suami sendiri!”
“Dino diam! Mau kamu ibu keluarkan dari kelas saya?!” ujar Bu Sina garang.
“Ibu kalau lihat saya bawaannya pengen meledak aja ya, Bu, emosinya? Kayak gunung Sinabung!”
“DINO KELUAR DARI KELAS SAYA!!!”
Dino hanya cengengesan tidak jelas. Ia berdiri dari kursinya dan berjalan mendekat ke arah Bu Sina yang sudah habis kesabarannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAILO
Fiksi RemajaDi atas langit, masih ada langit. Dari yang terbaik, masih ada yang paling terbaik. Bulan tak pernah mengumumkan bahwa dirinya indah. Matahari tak pernah pelit untuk memberikan sinarnya. Dan bintang, ia tak pernah lelah untuk selalu berada disisi bu...