06. PACAR DAN KECUPAN

30 11 0
                                    

06. PACAR DAN KECUPAN

Jangan terlalu benci sama gue, nanti tiba-tiba lo nggak mau kehilangan gue.”—Railo Areytama

“Ngomong lo! Jangan kayak orang nggak punya mulut!”

Teriakan demi teriakan berhasil keluar dari bibir Railo.

Wajahnya memerah menahan amarahnya yang sedang mengeluap. Ia sudah mencoba menahan amarahnya yang tak terbendung lagi.

Ia maju ke arah cowok yang terlihat menunduk takut. Railo menarik kerah baju cowok itu agar menghadap ke arahnya.

“Tadi lo bilang apa? Coba ulangi lagi! Gue mau denger sekali lagi!” Railo bersiap untuk menonjok muka cowok itu. “ULANGIN ANJING!”

Cowok itu menatap Railo yang sudah kalap takut-takut. Ia ingin meminta maaf. Tapi ia gengsi untuk meminta maaf.

“Gu-gue nggak ngomong apa-apa,” ujar cowok itu pelan tak berani melihat Railo yang sudah di ujung emosinya.

“Cih! Gue denger jelas tadi lo ngomong apa! Jangan coba lo ngehina keluarga gue lagi! Kalau sampai gue tau lo ngehina keluarga gue lagi. Gue nggak segan-segan bunuh lo saat itu juga,” ujar Railo tepat di samping telinga cowok itu dengan nada menyeramkan.

“I-iya... gue janji, gue nggak akan hina keluarga lo lagi, Rai.”

Railo menyentak kerah baju cowok itu dengan kasar sehingga cowok itu tersungkur di pinggir lapangan.

Ia berjalan meninggalkan lapangan yang sudah di penuhi puluhan murid yang menyaksikan.

Sebagain besar murid berbisik-bisik dengan apa yang dilihatnya. Semua yang melihat bergidik takut melihat Railo yang sudah emosi.

Retta yang melihat itu terkekeh sinis, “Sok jagoan padahal aslinya cupu.”

Railo mendengar itu karena posisinya saat ini lumayan dekat dengan posisi Retta yang berdiri di sebelah Ana yang sedang memperhatikan Railo.

Railo mengehentikan langkahnya dan berbalik menatap Retta.

“Gue nggak butuh komentar lo!” ucap Railo sinis.

“Cowok kayak lo itu, cuma bisa ngancem doang. Sok jagoan, sok merasa paling ditakuti. Padahal aslinya? Lembek!” ujar Retta yang memancing emosi Railo sekarang.

“Jaga omongan lo!”

Sekarang mereka berdua sudah menjadi pusat perhatian. Ana yang di sebelah Retta berusaha membujuk Retta agar tidak memancing emosi Railo. Tapi itu semua gagal. Karena Retta semakin memancing emosi Railo.

Broken home. Haha.. Cuma karena hal itu lo kayak gini? Nggak mutu banget hidup lo!” Retta menatap mata  Railo tajam dan Railo juga menatap mata Retta tak kalah tajam.

Railo mendekat ke arah Retta dan berdiri di hadapannya. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Retta sehingga deru nafasnya mengenai wajah Retta. Hal itu membuat Retta terkejut setengah mati.

Ia semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Retta yang terkejut karena hal yang dilakukannya. Ujung hidung mereka bersentuhan. Dan itu membuat gelayar aneh bagi Retta.

RAILOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang