Gue sih seneng jadi sorotan banyak orang. Lumayan, numpang tenar.
-Avell feriez helfega-"Hoy! Mata lo semua pengen gue congkel,iya? Ngapain ngeliatin gue kayak gitu.", Daza yang sudah tak tahan pun mengeluarkan jurus mautnya dan tatapan tajamnya.
"Dalam hitungan mundur, kalo lo pada ga pergi, gue tonjok lo! Satu....", belum apa-apa mereka semua lari terbirit-birit. Avell hanya mendengus sebal. Niatnya yang ingin tenar, malah hangus.
"Daz, apaan, sih, lo. Kan, gajadi tenar deh kita.", gerutu Avell.
"Lo mau mata lo gue congkel juga?"
"Eh,eng...enggak Daz. Ya.. Yaudah, gue duluan ke kelas gue dulu. Bhayy......", Avell yang takut dengan Daza langsung turun dan lari terbirit-birit menuju kelasnya. Karena ia dikelas XI IPA-2. Dan Daza dikelas IPA-5.
"Dasar aneh.", gumam Daza.
👋👋👋
Seharusnya, Daza sekarang berada dikelasnya mengikuti pelajaran Ekonomi yang menurutnya pelajaran membosankan. Namun, karena ulahnya Bu Erna—guru Ekonomi yang terkenal ssngat disiplin ini, mengeluarkan Daza dari kelas. Bagaimana tidak, Daza memakai headset saat Bu Erna menerangkan, sambil tiduran dan tidak mengerjakan tugas untuk kesekian kalinya. Alasannya cukup simple, nggak paham. Baginya, keluar dari kelas itu, surga sekolah. Ia bisa berjalan-jalan disekitar sekolahnya yang lumayan luas.
Daza pun mengeluarkan makanan kesukaannya, yaitu permen karet. Ia sangat terobsesi dengan permen karet. Menurutnya, permen karet adalah makanan sekaligus mainan yang menyenangkan.
Sambil memakai headset dan mengungah permen karet, Daza melangkahkan kakinya menuju rooftop sekolah. Sebelum ke rooftop, Daza pergi kekantin dan memesan ice rasa vanilla. Setelah itu, ia menuju ke rooftop.
👋👋👋
PINTU ROOFTOP
Sialnya, pintu rooftop itu terkunci dari dalam. Namun, siapa yang pergi ke rooftop disaat jam pelajaran masih berlangsung? Daza pun menggedor pintu rooftop tersebut.
"WOYYYYY!!! LO YANG DIDALEM BUKAIN PINTU ROOFTOPNYA!"
"WOYYY!! JANGAN PURA-PURA BUDEG LO!!"
"WOYYY!!! PUNYA KUPING NGGAK SIH?"
"WOYYY!!!! BANGS*T BUKAIN PINTUNYA!!!"
"CEPETANN ELAHHH!!!"
"TULIIII!!!! WOEEEE!!!!
Setelah itu, pintu pun terbuka dan menampilkan seorang lelaki cool, dan—gans. Namun, bagi mereka itu adalah malapetaka.
"Hah?ELOO!!!!", mereka berdua kaget dan secara spontan mengatakan hal yang sama.
"Elo lagi,elo lagii. Dasar nenek sihir.", ucap lelaki itu.
"Emang gue mau ketemu sama lo, dasar tompel wajan.", Daza sebal. Sangat sebal. Mengapa ia harus bertemu dengan lelaki ini.
"Sialan.", gerutu Daza.
👋👋👋
Tak peduli panas,debu atau kulitnya hitam. Yang terpenting, ia bisa bolos pelajaran dan menyegarkan pikirannya.
"Lo setiap hari selalu disini?", ucap lelaki yang bernama Zevane Steffand Geriel. Panggil saja Zev.
"Ya"
"Jadi lo yang tiap hari buang permen karet sembarangan disini?"
"Y"
"Kenapa lo buang sembarangan sih?"
"Emang masalahnya apa buat elo?", Daza menatap Zev dengan kilat tajamnya. Ia tidak suka direcoki dengan banyak pertanyaan, apalagi suasana hatinya memburuk.
"Gada.", sahut Zev dan mengalihkan pandangannya kearah lain.
Tiba-tiba mengalir darah segar dari hidung Daza, Zev yang melihat itu langsung mendekati Daza.
"Lo nggak papa kan?", Zev memberika n tisu yang ia bawa di sakunya. Kenapa gue peduli sama dia? Kenal aja juga enggak. Tapi... dia mirip sama Angel.
"Nggak usah,sok, baik deh lo.", ucap Daza.
"Nggak usah egois deh lo,nih, pake." Zev meniru gaya ucapan Daza. Dan Daza hanya mendengus sebal.
"Kenapa lo baik sama gue. Gue aja nggak kenal sama elo.", Daza bingung. Kenapa, cowok ini bisa baik sama dia. Padahal kenal saja juga tidak. Malah, baru kemarin dia ketemu dengannya.
"Karena, elo mirip sama orang yang berarti untuk gue."
👋👋👋
HAPPY READINGG!!!!
SALAM,
SHICOCKEE
_____________
KAMU SEDANG MEMBACA
Psicopath My Girl
Teen FictionDAZA ALYA RINEZA. ZEVANE STEFFAND GERIEL. Dua makhluk berkepribadian sama. 'Psicopath'? Memang benar ciri-ciri dari mereka. Namun siapa sangka, bila keduanya saling berkaitan di masalalu. Daza penerang hidup Zevane. Dan Zevane penyempurna hidup D...