KALUNG ANGEL

311 17 1
                                    

Ketika rasa sakit ini mulai hilang. Entah mengapa harus kembali lagi.
-Zevane Steffand Geriel-
.
.
.

20.00 [rumah Avell]

Kali ini Daza bersama dengan Avell sedang bersantai di ruang tengah. Mereka tengah menonton k-drama. Entah, jin apa yang merasuki Daza hingga ia mau menemani Avell untuk begadang demi melihat drama korea tersebut.

Meskipun begitu, tak jarang bila Avell ketiduran. Bahkan hingga televisinya itu belum dimatikan. Dan ia malah asyik teler .

Inilah yang dinamakan televisi nonton orang. Bukan orang yang menonton televisi.

"Daz, lo kenal nggak sama orang itu. Kayak mukanya itu lo, gue kenal gitu.", celutuk Avell. Lagi-lagi ia membuat Daza menghela nafas kasar. Pasalnya, pertanyaan itu sudah dilontarkan Avell berkali-kali.

"Nggak."

"Tapi, kok gue kaya kenal gitu ya, Daz."

"Mana gue tahu."

"Cari tahu, lah."

"Cari aja sendiri di warung."

"Loh kok warung?"

"Lo kan mau cari tahu , ya kan?"

"DAZAAA!!!!!!", seketika tawa Daza membludak. Ia senang bila melihat Avell marah dan mencak-mencak seperti anak kecil.

"Eh, jadi laper nih Daz.", ucap Avell seketika sambil mengedipkan sebelah matanya kearah Daza.

"Ih, najis."

"Yaelah Daz, kagak pengertian banget, sih lo jadi sahabat gue."

"Emangnya gue sahabat elo.", jawab Daza sambil cekikikan. Avell pun menggerutu dan langsung mematikan televisinya, lalu menuju keruang atas. (Dianya ngambek gess.)

huh, dasar bocah banget, sih. Ngambekan. Untung sayang, batin Daza.

"Yodah, cepetan.", setelah Daza berucap seperti itu, Avell menghentikan langkahnya dan membalikkan badan, tersenyum kearah Daza.

"Beneran Daz?", tanya Avell memastikan.

"Hm."

"YEAYYYY!!!!", Avell pun langsung menuju kamar dan mengambil tas selempangnya beserta beberapa lembar uang tak lupa dengan handphonenya.

👋👋👋

21.00 [jalanan kota]

"Daz, ini kita mau kemana?", tanya Avell. Sedari tadi ia dan Daza hanya keliling kota. Kagak jelas banget.

"Gatau.", balas Daza.

"DAZAAA!!!", jika telah menyangkutkan suara toa Avell, mereka pun jadi sorotan banyak orang. Avell yang mendapat tatapan tajam dari Daza hanya cengar-cengir sendiri.

"Yaudah, ke cafe aja yuk, Daz. Yang biasa jadi langganan gue.", ajak Avell. Daza pun hanya mengiyakan dan melaju membelah padatnya jalanan kota malam itu menuju cafe langganan mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Psicopath My Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang