Memori Keempat

25 1 0
                                    

Mereka memutar kembali video itu.Sudah dua tahun lalu sejak vidio itu dibuat,dan keluarga itu maaihlah menyimpan kehangatan tersendiru bagi Liontin.Gadis itu menginjak kelas 2 SMP sekarang.
Wajah yang condong menyamai wajah ibu kandungnya membuat siapapun yang melihatnya tak ingin berkedip.Ditambah senyumnya yang tak pernah ia sembunyikan.

"Sekarang kalian udah pada besar,ya?Mama semakin tua,nih..."Tanggap Mama sambil merangkul pundak Liontin.

Liontin tersenyum menanggapi Mama .Ruang keluarga berukuran sedang itu menjadi semakin hangat kwtika senyuman masing masing tercipta.Seolah menyimpan kenangan di dalamnya.Dan ini saat saat yang paling Liontin sayangkan dan tak ingin terlewat.Ditambah,gadis itu sibuk di berbagai macam organisasi.

"Lion,kamu masih ikut semua kegiatan itu?"Tanya Papa.

"Iya,pa..."Jawab gadis itu lengkap disertai senyum

"Jangan terlalu capek,nanti kamu bisa dehidrasi."Tanggap Leo sambil menatapnya.

Liontin menoleh.Semua rahasia itu sepertinya akan tetap tersimpan tanpa seorangpun boleh tahu kecuali dirinya.Dan seperti tak ada kesempatan untuk membukanya pada siapapun."Yang ada kamu jangan terlalu capek,turnamen basket kamu nggak bisa ya di kurangin?"Balas Liontin.

Leo tertawa,"Lion bekum tahu ya pa?"Tanya Leo menatap Papa.

Papa tersenyum,"Leo mau studi Exchange"Jawab papa

Liontin terdiam.Itu berarti Leo akan pergi dari rumah ini.Juga akan berpisah dengan Liontin,tapi kenapa semua harus dirahasiakan sebelumnya?
Liontin mengangkat alisnya,"kok tiba-tiba gini sih,pa?"Tanya Liontin

Leo mendengus,"Aku mau kasih tahu kamu,tapi kamu lagi sibuk sama lomba lomba sekolah,mau maauk kamarmu aja di usir."Jawabnya meledek.

Tapi ini bukan saatnya bercanda.Bukan saatnya berlelucon.Ini pertama kalinya Liontin merasa hatinya mencelos.Ada sesuatu yang melukainya.Tapi entah tanpa alasan hatinya terluka.Jika dipikir secara logis,seharusnya gadis itu senang,karena Leo bisa mengejar mimpinya lebih jauh lagi.Lebih tepatnya sebuah prestasi.

"Tapi kenapa nggak minta persetujuan aku dulu?"Tanya Liontin kembali.

Mama mengelus puncak kepala Liontin,"Kita semua tahu kalau kamu pasti bakal setuju,Lion.Emangnya kamu nggak setuju?"Tanya Mama

Liontin cepat menggeleng demi rahasia itu terjaga,"Nggak,ma...Aku ikut seneng kok,tapi kaget aja,tiba tiba gini"Jawabnya.

Liontin menatap mata Leo yang juga menatap matanya.Bedanya,keduanya menatap dengan tatapan yang berbeda,tatapan Leo seolah olah bangga kepada dirinya yang ingin ia tunjukkan pada Liontin.Tapi Liontin sendiri,ada sesuatu yang ia tahan dalam tatapannya.Air mata.
*****

Tandanya Leo bakal pergi,bagus dong!Tapi kenapa sakit? Ia bertanya pada dirinya sambil membiatkan cairan bening itu mengalir tanpa alasan.Tangannya menopang dagunya di jendela kamarnya.

"Kamu nangis?"

Suara itu membuat Liontin menoleh.Leo bertanya dari jendela kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Liontin.

"Nggak"Gumamnya.

"Kamu sendiri yang bilang kalau bohong nanti hidungmu panjang kayak pinokio"Tanggap Leo santai.

"Leo!"Seru Liontin marah.

Leo tertawa"Kamu lagi halangan ya?Makanya begitu kamu tahu,kamu marah karena kamu ngerasa...."

"Aku seolah nggak penting untuk tahu lebih awal"Potong Liontin segera.

Leo terdiam menatap air mata itu mengalir deras di pipi Liontin.Ia tak mengerti kenapa Liontin semarah itu.

With youWhere stories live. Discover now