Liontin menopang dagunya dengan tangannya.Ia melamun sejak tadi.Takdir yang Sean katakan memang terjadi,tapi takdir untuknya saat itu juga terungkap.Beruntung,karena cowok itu akan selalu bersamanya,setidaknya sampai keadaan betul betul membaik.
Tiba tiba ponselnya berbunyi membuatnya tetbangun dari lamunannya.Ia hanya melirik nama di layar ponsel.Nomor tidak di kenal.
"Halo?"Angkat Liontin.
"Ini aku,Lion.Tolong jangan matiin dulu.Aku pakek nomor ini biar kamu angkat teleponnya."Ujar seseorang di sebrang sana.
"Kamu ngecewain mama papa kalau kerjaan kamu di sana cuma nelponin aku buat ngomong nggak jelas"Jawab Liontin datar.
"Segitu berharganya aku sampai kamu marah kalau aku pergi tanpa ngasih tahu kamu lebih awal?"Tanya Leo.
"Terus kamu mau apa?"
"Kalau kepulanganku bisa buat kamu maafin aku,aku nggak akan ngambil studi lanjuat itu.Setelah wisuda aku pulang"Jawab Leo yakin.
Liontin menghela nafasnya,"Aku nggak marah sama kamu,cuma kondisi kita aja,Leo.Kita udah gede.Nggak kayak dulu lagi.Udah punya dunia masing masing"kata Liontin.
Terdengar Leo mendecak di sana,"Lion..."
"Nggak ada PR?Sibuk kan?"
Liontin memutus sambungannya.Entah berapa jumlah pulsa yang Leo habiskan untuk meneleponnya.Membicarakan hal yang tidak penting.
Gadis itu menghela nafasnya.Ia juga bingung apa yang harus ia lakukan untuk mengembalikan keadaan agar mereka menjadi Leo dan Liontin yang dulu.Seolah olah telah tertutup rapat,Liontin seakan tak ingin membuka hatinya kembali untuk Leo.Membiarkan perasaan iru terkubur bersama sebuah keikhlasan.
Bukan karena Sean yang hadir membuatnya berpindah kelain hati.Bahkan gadis itu tak pandai soal ini.Tapi ia tak ingin menyulitkan keluarga itu untuk kesekian kalinya.Apalagi soal perasaan.
*****
Pelajaran IPA selalu membosankan.Berhubung guru IPA kelas Liontin adalah guru yang sering dibully oleh banyak murid,meski Liontin tidak termasuk salah satu dari mereka.Gadis itu mengakui bahwa Pak Eri benar benar membosankan.Gadis itu menatap teman sebangkunya,Refa.Refa malah menutupi wajahnya dengan buku dan terlelap tenang di balik buku.Sementara Nana.Ia tampak menikmati ocehan Pak Eri yang ssbetulnya telinganya mengubah suara Pak Eri menjadi musik Rock kesukaannya.
Liontin menggeleng menatapnya.Mencoba tak mendengar penjelasan guru sekali bukan berarti ia menjadi bodoh selamanya kan?Rasanya gadis itu ingin menghubungi seseorang yang sejak semalam ia tunggu telponnya.Sean.
"Sstt...Sean nggak masuk ya?"Tanya Refa tiba tiba bangun.
"Kok?Bukannya lo tidur?"Bisik Liontin.
Refa tertawa kecil,"Nggak...Cuma merem doang.Abis gabut gue"Jawabnya.
"Sean nggak masuk?Serius?Lo..."
Refa mendengus,"Katanya nggak deket,tapi khawatir dia nggak masuk.Peduli banget ya?"Ledek Refa.
Liontin menggeleng,"Ya gue cuma nanya"Sungut Liontin.
"Deuh...iya dia nggak masuk katanya.Soalnya fansnya lagi kalem.Nggak rusuh gitu"Jawab Refa.
"Tapi kenapa ya?"
"Mending jujur apa ketahuan?Lo nggak bisa bohong.Lo deket kan sama Sean?"Tanya Refa.
Liontin menghela nafasnya karena tak bisa lagi menghindar."Iya,tapi biasa aja kok..."Jawabnya.
"Hati hati kalau ngomong.Kadang yang biasa bisa jadi luar biasa dan yang luar biasa bisa jadi kadaluarsa"Bisik Refa sambil terkekeh melihat ekspresi Liontin yang begitu terkejut.
YOU ARE READING
With you
Romance"Cinta itu nggak bisa dilihat,apalagi disentuh,tapi dia bisa dirasakan.Tapi kalo model ceweknya kayak Liontin?Apa boleh buat?" "Dia cuma terlalu polos buat mengerti"