Chapter 31

232 15 0
                                    

Suara hempasan pintu bernomor 01 terdengar nyaring. Seorang wanita yang membuka pintu tersebut basah dengan air mata di paras cantiknya. Sebelumnya, ia sempat menguping pembicaraan orang yang berada di dalam. Itulah yang membuat ia meneteskan air matanya. Sampai pada akhirnya, ia membanting pintu tersebut yang memang sama sekali tak terkunci.

Sungguh pemandangan yang menyayat hati, tubuh wanita itu kembali rapuh hingga ia pun hanya bisa duduk terkulai lemah di dasar lantai. Bahkan, orang yang tengah berduaan di atas ranjang tersebut hanya tersenyum simpul.

Revan dan Siska. Sungguh tega mereka! Apa yang Revan lakukan benar-benar di luar dugaan.

"Ehh, Tania! Ada apa kemari?" Siska bangkit dari ranjangnya kemudian menghampiri Tania, sedangkan Revan hanya berada di ranjang menatap mereka.

Bagai ribuan benda tajam, lagi. Hati Tania benar-benar sakit. Ia tak kuasa menahannya, sampai air mata begitu deras jatuh dari pelupuknya, tenggorokanya terasa di cekik oleh dua orang tersebut hingga bernapas pun atau berbicara tak mampu lagi ia lakukan.

Revan lelaki yang berstatus menjadi suaminya, hanya melihatnya tanpa ingin membantunya. Di mana Revan yang dulu ia kenal, Revan yang tadi menemaninya beberapa jam yang lalu, memberinya sandaran dan menghapus air matanya. Apa semua itu hanyalah kebohongan?

Di saat Tania ingin bertahan meski ia sudah tau semuanya, Revan malah semakin menodai kepercayaanya. Tania tau Siska yang mencintai Revan, Tania bahkan melihat beberapa adegan yang Siska lakukan ke Revan, di mulai dari bandara, di mobil, semuanya. Tania tahu! Bahkan saat Siska dan Andre berbicara pun Tania juga mendengarnya. Hanya saja ia berpura-pura tidak tahu apa-apa, karena Tania berpikir jika Revan sudah tak menaruh hati pada Siska, tapi nyatanya dugaan Tania salah. Dia sekarang bahkan seranjang dengan Siska.

Revan hanyalah seorang lelaki brengsek! Yah, mungkin ungkapan yang selalu Tania katakan pada Revan dahulu, kini sudah terbukti jika ia hanyalah lelaki brengsek.

"Jangan sesedih itu, Tania! Harusnya kau sudah ku beri tahu dari awal agar kau tak sampai mencintai Revan. Tapi suami mu itu melarangku untuk memberi tahumu!" lirih Siska, ia pun membuat wajahnya tampak terlihat sangat menyedihkan.

Tania semakin menangis, bahkan tangannya pun serta merta gemetar. Sakit di hatinya, membuatnya menjadi orang pendiam. Membiarkan saja Siska bercerita seterusnya.

"Kau tak pantas untuk Revan!!" desis Siska, ia juga mencengkeram kuat rahang Tania hingga wajah Tania pun terangkat. Mata yang sembab, muka yang basah dengan air mata, hingga rambut yang acak-acakan membuat Tania tampak sangat menyedihkan.

"Revan, kau lihatlah Tania, sudah seperti orang gila! Kasihan sekali dia!" lirih Siska kembali. Tak selang beberapa lama ia merasakan tamparan pada pipinya.

"Andre!!!" Sarkas Siska, ia memegang bekas tamparan dari Andre.

"Kau, sungguh keterlaluan!" emosi Andre, hingga ia kembali melayangkan telapak tangannya pada Siska tapi untunglah segera di cegah oleh Tania.

"Jangan, biarkan saja!" isak Tania.

"Sepupu gue punya bakat akting juga, yah?" celoteh Siska, membuat Andre mencengkeram kerah baju Siska. Tentu saja Revan yang berada di ranjang kaget dengan kata sepupuan mereka. Ia bangkit dari ranjangnya, kemudian duduk mendekat dengan Siska. Memilih diam dan sama sekali bertingkah acuh.

"Bukankah ini yang kau mau? Tania dan Revan pisah?" bisik Siska penuh penekanan.

"Sudah kubilang bukan, kalo aku memang mencintai Tania, tapi aku tidak akan memaksanya kembali denganku. Dan kau! Lagi dan lagi membuat Taniaku bersedih. Kau juga Revan, brengsek! Kalo ku tahu kau cuma akan melukai Tania, tak pernah sudi aku melepaskan Tania hanya untukmu." emosi Andre sambil hari telunjuknya menunjuk ke arah mereka berdua.

I AM SORRY! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang