Setelah sarapan dan mandi, Iqbaal bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Memastikan rambut nya tertata dengan rapi di cermin. Mata nya mengedar mencari handphone milik nya.
"Sayang? Kamu liat hp aku nggak?" Tanya Iqbaal pada Bella yang sedang memakai mascara
"Nggak ada. Kamu simpen dimana emang?"
Iqbaal menggaruk tengkuk nya yang tak gatal. "Aku lupa kemarin simpennya dimana"
"Udah cek di ruang kerja kamu?" Tanya Bella
"Aku kesana dulu deh"
Iqbaal melangkahkan kaki nya keluar kamar dan menuju ruang kerja yang berada di sebelah kamar nya.
Iqbaal berdecak saat mendapati handphone nya terletak di atas meja kerja miliknya.
Namun raut wajah nya berubah tegang dan cemas saat melihat notif yang tertera di layar handphone.
32 missed call
10 messageBarbie
●Kak?
●Ban motor aku bocor. Bisa jemput?
●Kak Iqbaal?
●Aku di Jalan Pahlawan
●Aku lembur kak
●Kak Iqbaal sibuk ya?
●Kak Iqbaal?
●Kakak nggak bisa jemput aku disini ya?
●Kak Iqbaal aku sekarang uda di kantor. Kakak nggak usah khawatir
●Tadi ada Vano lewat, dia nawarin aku. Makasih ya Kak. Maaf udah ganggu waktu kerja Kak IqbaalRahang Iqbaal mengeras bersamaan dengan tangan kiri nya yang mengepal dengan erat.
"Kamu cuma milik aku (Namakamu). Aku nggak akan biarin siapapun milikin kamu" desis Iqbaal
****
(Namakamu) menenteng sebuah kantong plastik berisikan martabak telur yang ia beli di depan komplek. Entah kenapa ia ingin sekali makan nasi dengan lauk martabak.
Memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu di kamar mandi lalu kemudian ia akan makan malam dengan martabak telur.
Dia merasa akhir-akhir ini nafsu makan nya bertambah dua kali lipat. Berat badan nya pun mungkin ikut bertambah. Tapi ia tak mempermasalahkan itu.
Pikiran (Namakamu) melayang pada kejadian tadi pagi. Dia mengubungi sang kekasih namun tak ada respon apapun yang dirinya dapat hingga malam ini. Pesan yang ia kirim pun hanya dibaca.
Nafsu makan nya pun mendadak menghilang. Membersihkan sisa makanannya dan beranjak pergi menuju kamar.
(Namakamu) merebahkan tubuh nya di ranjang besar yang ia tiduri sendiri. Setidak nya hari ini ia pulang lebih awal.
Baru saja ia ingin memejamkan matanya tetapi pintu kamar di buka dengan cara yang kasar.
BRAK
Hal itu membuat (Namakamu) mendudukkan dirinya. Siapa yang berani melakukan ini?
Nafas (Namakamu) tercekat saat melihat sang kekasih datang dengan raut wajah yang sudah siap meledak.
"K-kak Iqbaal"
Iqbaal dengan kemeja yang sudah tampak kusut. Lengan yang digulung hingga siku dan dasi yang sudah tidak ada pada tempatnya.
Sorot mata tajam bak elang milik Iqbaal membuat nyali (Namakamu) menciut. Iqbaal menarik kedua lengan (Namakamu) kasar memaksa untuk berdiri.
"Sshh sakit kak" lirih (Namakamu)
"Kakak udah peringatin ke kamu untuk jangan dekat sama lelaki manapun (Namakamu)!" Teriak Iqbaal membuat (Namakamu) memejamkan kedua matanya
"A-aku nggak deket sama siapapun Kak" cicit (Namakamu) berkaca-kaca
PLAK
PLAK"Akh! Hikss Kak Iqbaal"
(Namakamu) terhempas ke lantai setelah mendapatkan dua tamparan dari Iqbaal pada kedua pipi nya.
"Kamu tau kalau kakak paling benci di bohongi" desis Iqbaal memandang (Namakamu) bengis
"Ada hubungan apa kamu dengan Vano itu (Namakamu)?" Tanya Iqbaal dingin
(Namakamu) menggeleng dengan isak tangis yang memilukan. "Eng-enggak ada Kak hiks"
"JAWAB KAKAK (NAMAKAMU)!" teriak Iqbaal murka
"V-vano cuma nolongin a-aku Kak. A-aku udah c-coba ngehubungin Kakak t-tapi nggak ada j-jawaban hiks" jawab (Namakamu)
Iqbaal menggertakkan gigi nya. Berjongkok dan mencengkram kuat kedua pipi putih (Namakamu) yang kini berwarna merah.
"Kamu nyalahin Kakak? Iya?!"
(Namakamu) menggeleng kuat dengan deraian air mata.
Dengan amarah yang masih menyelimuti dirinya, Iqbaal menghempaskan cengkramannya pada pipi (Namakamu) dan hal itu membuat kepala (Namakamu) terbentur dengan ujung meja yang terletak disisi tempat tidur.
"Akh! Ma-maaf Kak hikss"
(Namakamu) memegangi kepalanya yang mengeluarkan darah.
"Bangun!" Suruh Iqbaal
(Namakamu) menguatkan dirinya untuk bangun mengikuti perintah Iqbaal.
Iqbaal menyeringai saat (Namakamu) mengikuti perintah nya. Di dorong nya tubuh lemah milik (Namakamu) berbaring di atas ranjang dengan kasar.
"K-kak?" Cicit (Namakamu)
"Kamu harus Kakak hukum"
Tangan nya bergerak lihai membuka kancing-kancing kemeja yang ia pakai. "Layani Kakak"
****
Berkali-kali Vano mengalihkan pandangan nya dari komputer, arloji yang melingkar di tangan kanan nya dan pintu masuk ruangan.
"Nif, lo tau (Namakamu) kemana?" Tanya Vano pada Hanif yang sedang mengerjakan laporan di sebelah nya
"Telat kali. Motor nya bermasalah lagi mungkin" jawab Hanif tanpa mengalihkan pandangannya
"Tapi ini udah mau hampir jam 9" ucap Vano
"Tanya Amanda gih. Kali aja dia tau" suruh Hanif
Vano mengangguk. "Manda?"
"Apa?!"
"Galak amat si macan" celetuk Hanif
"Apa lo bilang?!" Amanda berdiri memandang Hanif garang
"Eh Man. Lo tau (Namakamu) kemana?" Tanya Vano to the poin
"Nah itu dia! Gue aja nggak tau dia kemana. Masa iya gue juga harus ngerjain bagian dia kalau dia nggak masuk?" Keluh Amanda
"Lo kan kemarin pulang sama dia" ucap Hanif
Amanda memandang Hanif tajam. "Ya kan misah bego! Dia pulang ke arah mana, gue ke arah mana"
"Ah pusing gue dengerin kalian ribut mulu! Gue doain jodoh deh!" Vano kembali duduk di kursi nya
"Kamu dimana (Namakamu)?"
.
.
.
.
.
Bersambung..
Coment lagi yang banyaaakkkk