Langit mendung mempertandakan akan terjadi hujan lebat. Angin berhembus dengan kencang yang tak lagi menerpa kulit nya dengan lembut. Suara petir seakan mengusir nya dari tempat ini.
Sudah seminggu dirinya selalu menghabiskan waktunya di tempat ini. Setiap pagi tanpa terlebih dahulu sarapan ia sudah menjejakkan kaki nya disini. Dan akan pulang jika sahabat nya akan menjemput dan menarik paksa dirinya untuk pulang ke rumah.
Sudah seminggu pula dirinya merasa bahwa ia tak lagi mempunyai rumah yang harus menjadi tempat dirinya kembali pulang. Tak ada lagi suara berisik dan ricuh yang menggema dirumah itu yang tersisa hanyalah sepi dan penuh kenangan yang membuat nya terus-terusan meneteskan air mata.
Semua yang ia miliki pergi meninggalkan dirinya. Tangan nya menggenggam erat gundukan tanah yang berada di kedua sisi nya. Dua makam yang bernisankan nama istri dan anak nya.
Bella Graceva dan Brayson Dhiafakhri.
Tabrakan dua minggu yang ia picu sendiri mengakibatkan nyawa Bella dan Brayson kembali ke pangkuan Tuhan. Bella dan Brayson di nyatakan meninggal sebelum mereka sempat di larikan ke rumah sakit. Berbeda dengan dirinya yang mengalami patah tulang pada kaki kanan nya dan kritis selama 3 hari.
"Jangan tinggalin Daddy, Bray" Iqbaal dengan suara parau mencengkram gundukan tanah disisi kiri nya
"Daddy janji akan nurutin semua permintaan kamu. Daddy sendiri disini Nak"
Iqbaal memejamkan kedua matanya membuat sungai kecil di wajahnya terus mengalir air mata bening penuh kepedihan. Matanya membuka perlahan memandang gundukan tanah lain yang berada di sisi kanan nya.
"Aku udah berusaha buat cinta sama kamu Bel tapi kenapa kamu ninggalin aku? Bahkan kamu bawa Brayson untuk ikut sama kamu"
"Aku minta maaf Bel. Aku belum bisa jadi suami dan Daddy yang baik buat anak kita"
Iqbaal terus menangisi istri dan anaknya. Tanpa mau memperdulikan rintik hujan yang mulai turun dan membasahi dirinya. Tak sempat bertemu dengan kedua nya dikarena kan dirinya yang saat itu masih berjuang melawan mau dan berlomba untuk hidup.
"Aku sayang kalian"
Tertunduk sembari menangis yang tersamarkan dengan air hujan yang sama bening nya.
"LO MAU SAMPAI KAPAN DISINI BEGO?!"
Iqbaal membalikkan tubuhnya. Tak jauh darinya Bastian berdiri sembari memegang payung besar.
"Lo pikir dengan cara lo kayak gini Bella sama Brayson suka? Pikir anjing!" Maki Bastian kesal
"Gue nggak minta lo untuk datang kesini" gumam Iqbaal yang masih di dengar Bastian
"Sialan!"
"Pulang nggak lo!" Bastian menarik kerah baju Iqbaal dari belakang memaksa duda itu untuk bangun
"Apa sih Bas?!" Iqbaal berusaha menepis tangan Bastian
"Bang Kiki bahkan udah kehabisan akal ya sama lo! Memang sahabat nggak tau di untung" Bastian jengkel sekali
"Gue nggak akan pulang Bas. Rumah gue disini. Bella dan Brayson cuma berdua disini. Mer--"
BUGH
"Argh!"
Napas Bastian memburu setelah melayangkan sebuah bogeman pada dagu Iqbaal membuat payung yang tadi di pegang nya terhempas ke atas tanah.
"Lo!" Bastian mencengram kerah kemeja hitam Iqbaal menarik duda itu untuk berdiri
"Cara lo yang kayak gini bikin Bella dan Brayson nggak tenang disana Baal! Lo memang selalu jadi yang brengsek! Kasian Bella dan Brayson!" Teriak Bastian