"Maaf Pak. Anak Bapak tidak saya ijinkan untuk meninggalkan rumah sakit karena keadaan nya masih lemah. Terlebih lagi pasien masih harus menjalani beberapa prosedur pengobatan untuk menyelamatkan ginjal nya Pak."
"Saya bisa bayar berapa pun Dok, saya mau bawa anak saya ke Singapura"
"Kondisi anak bapak sangat mengkhawatirkan untuk melakukan penerbangan Pak"
Rahang Karel mengeras. "Saya tetap akan membawa anak saya pergi ke Singapura Dok"
"Tapi Pak--"
"Saya akan urus administrasi nya. Terimakasih" Karel beranjak pergi dari ruangan Dokter yang menangani Luys
Karel mengusap wajah nya kasar. Pikiran dan perasaan nya sangat kalut. Ya Tuhan.
"Rel!"
Karel mendudukkan diri nya pada kursi tunggu rumah sakit.
"Lo yakin mau bawa Luys ke Singapura?"
"Iqbaal disini Van! Dia bahkan udah ketemu anak-anak. Bahkan tadi dia juga ketemu (Namakamu). (Namakamu) trauma banget tadi siang" jelas Karel
Vano menghela napas nya. Ia juga bingung harus bagaimana. Merasa ikut sedih dengan apa yang terjadi pada sahabat nya.
"Lo kesini sama siapa?" Tanya Karel
"Sendiri. Salsha khawatir banget sama kalian. Tadi dia malah mau nekat pergi cuma gue cegah." Jawab Vano
Hening menyelimuti kedua nya. Karel dengan pikiran kalut nya. Sementara Vano bingung harus bertindak bagaimana.
"Kalau gue boleh jujur, gue nyesel datang ke sini sama (Namakamu) dan anak-anak Van." Ucap Karel pelan
"Gue udah ngingetin lo beribu-ribu kali sebelum istri gue lahiran"
Karel menyandarkan tubuh nya dengan mata yang terpejam. Jari nya bergerak mengurut pelan kening nya. "Pulang Van. Udah malem. Salsha juga khawatirin lo"
"Lo kacau banget Rel," desis Vano
"Serius. Semua akan baik-baik aja" Karel menegapkan tubuh nya
Vano memandang Karel sebentar lalu mengangguk. "Gue pulang ya. Lo langsung temuin (Namakamu) di kamar. Anak-anak tadi udah tidur sih"
"Thank's.."
Vano mengangguk dan bangun dari duduk nya. Melenggang pergi meninggalkan Karel yang masih duduk dengan pikiran yang berkecamuk.
******
"Sampai saat ini Karel belum nikah. Tapi disini tertera kalau Karel punya anak kembar."
"(Namakamu)?" Tanya Iqbaal tak sabar
Aldi menggeleng. "Nggak ada tentang (Namakamu) di berkas ini."
"Terus ibu dari anak kembar nya Karel siapa dong? Masa mirip banget sama Iqbaal" Bastian mengangkat suara nya
"Gue nggak bisa melacak abis data Karel. Penjagaan dia ketat banget"
Iqbaal mengacak rambut nya. "Gue ketemu (Namakamu) dirumah sakit tadi. Dia lari dan gue nggak bisa kejar karna kaki sialan ini!"
"Baal! Tenangin diri lo!" Perintah Bastian
"(Namakamu) nggak pernah tau yang sebenar nya Baal. Harus nya lo bilang sama dia,--"
"Dan ngebiarin adik gue mati di tangan bokap Bella, iya?!" Iqbaal memotong ucapan Aldi sehingga pria berkacamata itu terdiam
"Tapi lo terpukul banget saat Bella nggak selamat" Bastian memandang Iqbaal ragu