TIDAK COCOK
Karel meremas amplop putih beserta isi nya yang membuat dirinya merasa tidak berguna sama sekali berada disini. Matanya memerah menahan tangis. Tidak ada yang bisa ia lakukan untuk menolong Luys dan membuat (Namakamu) kembali tersenyum.
Tubuhnya tersandar pada dinding rumah sakit. Apa yang harus ia katakan pada (Namakamu)? Sungguh. Dada nya merasa sakit saat (Namakamu) harus menangis setiap harinya.
Kaki nya melangkah pelan memasuki kamar rawat inap Luys. (Namakamu) sedang asik bercengkrama pada kedua anak kembar nya yang sama-sama duduk di atas brankar dan menyuapi makan kedua nya secara bergiliran.
"Luce nggak suka warna pink Bun. Tapi merah muda"
"Sama aja itu" jawab (Namakamu) malas
"Luys juga nggak suka warna oren tapi Luys suka warna jingga"
"Kok kalian bikin Bunda kesel sih?" Tanya (Namakamu) dengan nada yang dibuat-buat kesal
Kedua kakak beradik itu tertawa kencang. Seakan sangat bahagia berhasil membuat bunda mereka kesal. Luys dengan wajah yang pucat serta tangan kanan yang berselang infus merangkul bahu adiknya, Luce yang duduk di sisi kiri nya menghadap sang (Namakamu) yang kini juga ikut tertawa.
Karel tersenyum tipis melihat interaksi ketiga nya. Ingin rasanya ia berteriak marah pada Tuhan. Mereka sudah pernah terluka, tak bosan kah memberi mereka kesusahan dan membiarkan makhluk nya merasakan bahagia.
Luce tertawa sembari memegangi perut nya. Matanya tak sengaja memandang Karel yang berdiri di ambang pintu. Dengan senyuman merekah ia memekik. "Daddy sini!"
(Namakamu) sontak menolehkan kepala nya ke belakang dengan senyuman yang terukir di bibirnya berkat kedua anak kembarnya itu. Namun senyum itu memudar saat melihat mata Karel yang memerah dan raut wajah yang tak bisa ia tebak.
"Kenapa?" Tanya (Namakamu) yang langsung di balas dengan gelengan singkat dari Karel
Pria itu berjalan mendekat setelah menutup pintu. Mengecup pelan dahi (Namakamu) dan bergilir mengecup dahi kedua anak sambung nya yang terlihat sangat antusias dengan kedatangannya.
"Daddy, tadi Bunda bilang Bunda mau cari Daddy baru" ucap Luce
"Iya Daddy! Bunda bilang, Bunda mau cari bule Jepang" tambah Luys
"Kok kalian nggak jaga rahasia sih" keluh (Namakamu) lesu
Karel yang berdiri di sebelah kanan (Namakamu) menaikkan kedua alisnya dengan mata yang tertuju pada kedua bocah menggemaskan ini. "Bule Jepang nggak ada yang seganteng Daddy"
Luce bersungut tak terima mendengarnya. "Ih Dad!"
"Tapi Luys belum pernah ke Jepang Dad" Luys menatap Karel polos
"Sembuh dulu nanti Daddy bawa Luys jalan-jalan ke Jepang" jawab Karel
"Luce mau ikut Dad!" Rengek Luce
"Bilang Daddy ganteng dulu" goda Karel
"Jangan mau Luce!" Pekik (Namakamu)
Karel mengangkat kedua bahu nya. "Terserah sih. Ntar Daddy bisa kok cuma pergi berdua sama Luys"
"Daddy ganteng!"
"Aih Luce mah nggak asik" gerutu (Namakamu)
Membuat Karel tertawa. "Iya. Ntar kita semua jalan-jalan ke Jepang. Tapi tunggu Luys sembuh dulu ya Nak?"
Luys menganggukkan kepala nya bersemangat. "Iya Dad! Luys mau sembuh"
(Namakamu) tersenyum lirih melihat semangat putra sulungnya. Jangan gantikan senyum bahagia nya dengan tangisan kepedihan Tuhan, mohonnya dalam hati.
****
Karel menggenggam erat kedua tangan (Namakamu) dan mencium nya berkali-kali. (Namakamu) terdiam dengan air mata yang mengalir pada diwajahnya.
"Aku nggak bisa donorin ginjal aku Bie. Nggak ada kecocokan antara aku dan Luys. Aku minta maaf" lirih Karel
Kedua nya saat ini duduk di sofa yang tersedia dalam ruang inap Luys. Kedua bocah kembar itu sudah terlelap berdampingan di atas brankar. Luce yang tidak mau jauh dari sang kakak membuat (Namakamu) dan Karel membiarkannya.
"Aku nggak bisa Bie. Aku minta maaf"
"Ini bukan salah kamu Rel" jawab (Namakamu) pelan
Karel mendongakkan kepalanya. "Aku akan cari pendonor ginjal yang cocok buat Luys. Aku janji. Secepat nya"
(Namakamu) menggeleng pelan. "A-aku... aku mungkin a--"
Seakan tau isi pikiran (Namakamu), Karel menegapkan tubuhnya dengan sorot mata yang tadi nya teduh kini berubah menjadi tajam.
"Aku nggak ijinin kamu buat ketemu sama bajingan itu (Namakamu)" desis Karel
(Namakamu) menundukkan kepala nya. Kekasih nya marah saat ini, terlihat jelas dengan Karel yang menyebut namanya.
Karel tersadar dengan ucapannya. Kembali ia mencium kedua punggung tangan (Namakamu) yang tak lepas dari genggamannya.
"Aku minta maaf Bie. Aku nggak akan kasi ijin kamu buat ketemu dia. Ada cara lain tanpa harus membutuhkan dia"
"Gimana pun juga dia ayah kandung Luys dan Luce Rel!" Ucap (Namakamu)
"Enggak Bie. Aku akan cari pendonor yang cocok buat Luys, asal jangan Iqbaal" Karel menggelengkan kepala nya
(Namakamu) kembali menangis. "Aku yang ibu kandung nya aja nggak cocok Rel"
Karel menarik tubuh (Namakamu) yang bergetar dalam pelukannya. Dirinya ikut menangis.
"Aku akan usaha semampu aku Bie. Kita bisa cari pendonor yang benar-benar cocok. Asal jangan Iqbaal. Kamu tau dan kenal Iqbaal udah lama, aku mohon Bie"
"Tapi dia satu-satu nya harapan aku buat kesembuhan Luys Rel!" (Namakamu) mencengkram kemeja Karel
"Kalau kamu sayang aku, tolong turutin kata-kata aku Bie"
(Namakamu) diam tak menyaut. Dirinya masih terisak sedih.
"Aku sayang kamu Bie. Aku sayang Luys dan Luce. Aku nggak mau kehilangan kalian. Tolong, Bie. Aku akan usaha buat cari pendonor ginjal yang cocok buat Luys"
Tanpa di duga, (Namakamu) melingkarkan tangannya pada pinggang Karel. Menumpahkan segala kesedihan yang ia rasakan pada dada bidang pria yang statusnya kini menjadi kekasihnya.
"A-aku nggak mau kehilangan Luys, Rel! Hikss"
"Aku bahkan nggak mau kehilangan kalian Bie"
Bersambung....
Oke? Sudah?
1 cerita lagi kan?:v
Komentar yg bawel dan vote yang banyak ya🖤
Cek work aku yg lain juga💋