#2 Bukan siapa-siapa

29 9 0
                                    

Sesampainya di rumah Jeje, Adgana mampir sebentar, hanya untuk sekedar basa-basi kepada Ibu Jeje yang terlanjur memergokinya mengantar Jeje pulang.

"Duduk dulu ka, gue ganti baju dulu ya," ucap Jeje, lalu masuk ke dalam kamarnya.

Di kamar, Jeje meloncat-loncat tak karuan. Perasaannya benar-benar bahagia. Hatinya seperti ditumbuhi ratusan bunga yang tengah mekar mewangi, "sumpah, gue ngga nyangka ka Adgana nganterin gue pulang, gue seneng banget." gumamnya, terus-menerus.

"Gue harus pake baju apa?" Jeje mengetuk-ngetuk keningnya dengan bingung, "aduh, gue harus pake baju apa?" ucapnya, melirik lemari pakaiannya dan langsung menyerbunya dan mengobrak-abrik isinya.

"Yang ini?" ia meraih salah satu baju dan menggeleng, "ngga," lalu mengambil baju yang lainnya dan melakukan hal yang sama. Hingga dia bingung sendiri harus memakai baju apa.

Kamarnya bahkan sudah seperti kapal pecah, bajunya berserakan dimana-mana. "Aduh gue bingung." gumamnya.

"Gege parah, cuma gara-gara ka Adgana, gue jadi childish banget gini." ucapnya, sambil berpikir, "udahlah, ka Adgana juga ngga bakal komen tentang penampilan gue."

Akhirnya, Jeje meraih sebuah T-shirt salur berwarna orange, celana kulot coklat polos dan kerudung beige.

Jeje bergegas mandi dan berdandan ria. Make up-nya tidak terlalu tebal, cukup natural dan terlihat lebih fresh. Sapuan bedak bayi ditambah lipgloss berwarna Pink. Tak lupa, parfum bubble kesukaannya.

di ruang tamu, Adgana ditemani oleh Ibu Jeje yang sebelumnya sudah membuatkan minuman untuknya, "kamu teman sekolahnya Jeje?"

"Iya tante," laki-laki itu tersenyum, "maaf ya tante, saya telat pulangin Jeje-nya, sampe kesorean gini."

Ibu Jeje tersenyum ramah, "ngga papa, udah biasa juga Jeje pulang kesorean. Lagipula, sekarang kan hari senin, bukannya dia emang lagi ada jadwal rutin rapat osis, ya?"

Senyum tak pernah lepas dari wajah tampan itu, "iya tante."

"Ibu ... Ibu udah ngomong apa aja sama Ka Adgana?" Jeje muncul dari dalam kamarnya, setelah repot mengobrak-abrik kamarnya tadi.

"Apa? ngga, Ibu cuma nanya, dia temen sekolah kamu?" wanita paruh baya itu tersenyum ramah, wajahnya seperti tak pernah menampakan ekspresi lelah. Selalu terlihat ceria dengan senyum ramahnya.

"Ka Adgana itu kakak kelas aku di sekolah bu, dia ketua osis juga. Tadi aku udah bilang sama dia ngga usah nganterin aku pulang, eh dia tetep ngeyel mau anterin aku pulang. Yaudah, jadinya aku pulang sama dia. Lagipula, Ayah juga ngga bisa dihubungin buat jemput aku tadi."

Adgana hanya tersenyum mendengar penjelasan yang diberikan oleh Jeje kepada Ibunya.

"Ya ngga papa, sekalian main juga, biar tau rumah Jeje, ya nak." ucap Ibu kepada Adgana

"Iya tante,"

"Tante tinggal ya, ngobrol-ngobrol aja dulu sama Jeje," ucap Ibu Jeje, yang dijawab dengan senyuman oleh Adgana.

Setelah Ibu bergegas meninggalkan mereka berdua, Galitha pulang dan mengucap salam dengan kerasnya, "Assalamualaikum,"

"Walaikumsalam."

Galitha terkejut melihat laki-laki tampan yang tengah duduk bersama Jeje, "Itu siapa ka?" bisiknya.

Segera menoleh ke arah Adgana, "Oh iya ka, ini Lilit, adik gue," jelas Jeje, "dan ini Ka Adgana, kakak kelas gue di sekolah." ucap Jeje memperkenalkan keduanya.

"Galitha,"

"Adgana," ucapnya, menjabat tangan Lilit.

"Aku masuk ke kamar ya ka, seneng ketemu kakak, sering-sering ya ka main kesini." ucap Lilit, dengan senyum malu.

AKSARA TAK BERTEPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang