#9 Perdebatan Hati

3 2 0
                                    

"Menurut lo, kalo kita suka sama orang yang udah punya pacar itu salah, nggak?"

Jeje menatap Adgana, pandangan mereka bertemu. Ia merasa ada sebuah perasaan yang sedang ingin diungkapkan oleh laki-laki itu. Jeje segera membuang mukanya, ia tak bisa berlama-lama menatap wajah itu.

Hening, tak ada satupun dari mereka yang bicara. Adgana sendiri tengah sibuk menelaah gejolak perasaan yang mendesak memenuhi rongga dadanya. Apakah ia mencintai wanita di hadapannya ini? Kenapa rasanya begitu aneh? Seperti ada berbagai macam perasaan yang bercampur menjadi satu?

Jeje menarik napas dan membuangnya dengan perlahan. Ia memberanikan diri untuk kembali bersitatap dengan laki-laki di hadapannya itu. Ternyata, Adgana masih saja menatap lurus kepadanya, membuat Jeje malah semakin salah tingkah.

Akhirnya, Jeje memilih untuk menundukan kepalanya dan menekuri es cream yang sedang di pegangnya, "sebenernya, cinta itu ngga pernah salah untuk memilih tempat tinggalnya, kak. Namun, terkadang situasi dan kondisi yang membuat cinta tak bisa menetap lebih lama. Kadangkala, waktu juga ngga berpihak pada sepasang insan yang ingin memadu kasih. Tapi, kalo emang jodoh, pasti bakal bersatu lagi kok. Entah, bagaimana pun caranya. Karena, tuhan punya beribu cara untuk membolak-balikan hati manusia."

Adgana terpaku, kenapa Jeje mempunyai banyak sekali hal yang sukses membuat Adgana semakin menyukainya?

"Kalo lo tanya gue, jujur, gue ngga tau gimana harus menjawabnya, kak." Jeje tersenyum kecil. Benar, ia memang tak tau bagaimana cara menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Adgana.

Jika boleh, ingin rasanya Adgana mendekap Jeje dengan erat. Menceritakan segala keluh kesahnya dan bersandar pada bahu wanita itu. Terlalu banyak perandaian yang memenuhi pemikiran Adgana. Laki-laki itu segera menepis semua kemungkinan yang amat mustahil tersebut.

Tepat ketika Adgana hendak membuka mulutnya, Arvi datang dan merangkulkan lengannya ke bahu indah milik Jeje. Keduanya terkejut dengan kehadiran Arvi yang secara tiba-tiba. Namun, toh Jeje memang wanitanya, tak heran jika laki-laki itu terlihat amat posesif padanya.

Adgana berusaha terlihat baik-baik saja dengan sebisa mungkin. Ada apa dengan hatinya? Kenapa rasanya semakin remuk redam?

Apakah Adgana memang mulai mencintai Jeje? Wanita dengan berjuta pesona yang sukses membuat hatinya terasa jungkir balik di dalam rongga dadanya?

Kenapa semuanya terjadi dalam satu hari? Kenapa rasanya begitu sakit, hingga menangis pun rasanya tak mampu. Adgana kehilangan Diana hari ini, lalu Jeje? Kenapa wanita itu harus hadir di hadapannya yang tengah patah hati dan seolah menjadi pelita dalam kegelapan hatinya? Namun, kemudian pergi dengan lelakinya di depan mata kepala Adgana.

Ada apa dengan hari ini? Mengapa dunia rasanya sedang sangat tak berpihak padanya?

Adgana sempat melihat ekspresi Jeje sebelum benar-benar pergi meninggalkannya. Wanita itu mengucapkan permintaan maaf tanpa suara, yang hanya mampu ia balas dengan sebuah senyum simpul.

Adgana mengerti, lebih tepatnya mencoba mengerti. Lelaki itu adalah pacarnya. Siapa yang tak cemburu ketika melihat wanitanya sedang berbincang dengan lelaki lain? Bahkan, hanya berdua saja. Baiklah, kita ulangi, BERDUA SAJA!

Tapi, tunggu sebentar. Cemburu? Apakah Adgana cemburu, ketika melihat Jeje pergi dengan Arvi? Mengapa perasaannya menjadi tak karuan begini?

Zeyara Hasya Brawijaya. Satu nama yang sukses membuat hidup seorang Adryan Erlangga Wicaksana menjadi amat sangat kacau.

[][][]

Setelah pergi meninggalkan Adgana, ada sebuah perasaan khawatir yang menelusup ke dalam rongga dadanya. Jeje terdiam, ada apa dengan dirinya? Mengapa juga ia harus peduli dengan sang ketua osis itu? Memangnya dia siapa?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AKSARA TAK BERTEPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang