#4 Maaf

32 9 1
                                    

 Tepat setelah bel pulang sekolah berbunyi, Jeje lantas bergegas ke kelas Arvi. Beruntung, Bu Siska guru Bahasa Indonesia tidak masuk hari ini, jadi Jeje bisa segera bergegas ke kelas Arvi. Laki-laki itu terlihat sedang mengemasi buku dan memasukkannya ke dalam tas. Setelah itu, terdengar suara sang ketua kelas menyiapkan untuk memulai doa dan memberi salam.

Arvi tak menyadari kehadiran Jeje, laki-laki itu justru ingin segera bergegas ke kelas Jeje. Hingga akhirnya Jeje menarik lengan kanannya, membuat Arvi terperangah seketika.

Segenap khawatir, rindu, cemas, bingung, senang dan berbagai macam perasaan berkumpul menjadi satu. Kalau bukan di sekolah, ingin sekali rasanya Arvi memeluk Jeje dengan erat, wanita itu benar-benar membuat Arvi tak karuan.

Jeje tersenyum canggung, “Kamu kok kaya bingung gitu?”

“Bisa pulang bareng?” bukannya menjawab pertanyaan Jeje, Arvi malah bertanya balik.

“Ayok!”

Arvi segera menggenggam jemari Jeje dengan eratnya. Ada sebuah rindu begitu hebat yang tertahan di sana. Juga kecemasan yang bahkan tak mampu terungkap dengan untaian kata. Kehilangan adalah hal paling menakutkan yang sedang menghantui pikiran Arvi.

Ketika sampai di parkiran sekolah, Jeje menahan lengan Arvi untuk beberapa saat, “gimana kalo kita jalan-jalan sebentar?” ucapnya.

“Boleh,” Aku kangen banget sama kamu, tambahnya dalam hati.

Akhirnya, mereka berdua memutuskan untuk menonton Film di kawasan Mall yang berada dekat dengan sekolah. Kebetulan, sedang ada film bergenre romantis yang sedang di tayangkan pekan itu.

Sebenarnya, Arvi tidak terlalu suka dengan film bergenre romantis. Namun, karena Jeje yang memintanya, akhirnya Arvi setuju untuk menonton film tersebut. Lagipula, Arvi benar-benar merindukan sosok wanitanya itu. Ia juga ingin bermanja setelah beberapa hari ini memendam kegundahan yang cukup membuatnya takut kehilangan.

Film yang mereka pilih akan tayang sekitar 30menit lagi. Mereka memutuskan untuk mencari cafe terdekat, untuk sekedar mengobrol santai. Arvi memanggil waittres, mereka memesan 2 Ice Capuccino dan 2 Strawberry chocolatte kesukaan Jeje.

Caffe ini merupakan tempat favorit mereka. Pasalnya, di Caffe inilah Arvi mengungkapkan perasaannya kepada Jeje. Suasana di sana cukup hangat dan romantis, disertai alunan musik yang menggambarkan perasaan cinta yang membara.

“Aku mau minta maaf sama kamu,” ucap Jeje memecah keheningan.

“Maaf untuk apa?”

“Maaf, jika belakangan ini kamu ngerasa ada sesuatu yang berbeda dari aku.”

Arvi tersenyum sekilas dan segera menggenggam jemari Jeje, “memangnya ada apa? Boleh cerita sama aku?”

Jeje menunduk, tak tau harus memulai darimana, “eum, sebenernya ngga ada apa-apa kok. Aku Cuma lagi pengen sendiri aja, mungkin bisa dibilang jenuh. Makanya aku agak menghindari kamu, daripada kita ribut dan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.”

“Aku hargai keputusan kamu, tapi alangkah lebih baik kalo kamu cerita sama aku. Jadi, aku ngga khawatir berlebihan kaya gini.”

“Maaf.”

“Yaudah gapapa, aku ngga marah kok sama kamu. Sekarang yang penting kamu udah mau jujur ke aku aja aku udah seneng kok.”

Sebenernya ngga semua vi, maaf aku gabisa ngomong semuanya. Aku gamau nyakitin hati orang baik kaya kamu. Batin Jeje.

“Kenapa lagi?”

“Ha? Ngga, ngga ada apa-apa kok.”

 [][][]

AKSARA TAK BERTEPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang