Day 5 : Unexpected Visits

312 42 66
                                    

Dua keping roti tawar bertumpuk dengan selai kacang di antaranya, siap dimasukkan kedalam mesin pembakar. Selagi menunggu roti matang, susu low fat dan dua gelas air putih disajikan dalam gelas-gelas jangkung. Sejenak mengangkat lima tusuk sosis yang sedang dipanggang dalam microwave, menyajikannya di sebuah piring ceper dan melumurinya dengan saus tomat yang telah diracik sebelumnya. Lalu kembali ke roti yang sudah matang.

Roti bakar, minuman, sosis panggang saus tomat, tinggal salad. Sedikit mayones dituangkan ke atas dua mangkuk sayuran mentah yang telah dipotong rapi untuk memperkuat rasa.

Seluruh menu sarapan sederhana ala western sudah tersaji di meja makan, kini Seunghee tinggal duduk manis dan sarapan bersama suaminya yang sudah menunggu sedari tadi.

Ia tertegun melihat Hyunsik sedang senyum-senyum sendiri.

"Kenapa? Apa kau baru menonton video lucu dari Youtube?" tanya Seunghee, dibalas gelengan.

"Bukan video." Hyunsik mengambil sepasang garpu dan pisau untuk mengeksekusi roti bakar di hadapannya. "Semalam aku membaca sebuah cerita yang menggemaskan."

"Benarkah?" Seunghee tersenyum sambil sibuk mengaduk saladnya, "bagaimana ceritanya sampai Oppa senyum-senyum begitu?"

"Kau juga pasti sudah tahu ceritanya. Judulnya 'Bebek dan Harimau'," ucap Hyunsik sambil menggerlingkan matanya.

Senyum Seunghee memudar, mulutnya membulat seperti angka nol. "Kau sudah membaca cerita bodoh itu semalam?"

"Cerita bodoh? Tidak, itu bukan cerita bodoh," Hyunsik menggeleng, "Cerita itu menggemaskan. Kau pasti bisa menjadi penulis buku anak terkenal kalau debut dengan cerita itu."

Seunghee tertawa miris. Baru kali ini tulisannya dipuji oleh seseorang; bahkan ia tak yakin apakah itu pujian atau ledekan.

"Jadi kau mau menerbitkannya?" tanya Hyunsik dengan mulutnya yang setengah penuh oleh roti bakar. "Pasti mudah kan? Kau bekerja di penerbitan, bahkan kau sendiri editornya."

Seunghee menggeleng cepat. "Tidak akan pernah kuterbitkan."

Dahi Hyunsik berkerut. "Mengapa?"

Sang istri tersenyum tipis. "Kakakku sering bilang, aku sering menulis cerita yang tidak logis. 'Mana ada harimau ingin berteman dengan bebek tanpa maksud tersembunyi? Setelah capek bermain, harimau pasti lapar, lalu diam-diam memakan si bebek sebelum bebek itu sempat bertemu dengan gerombolannya,' pasti dia akan mengoceh begitu. Ya, sebenarnya aku juga akan sependapat dengannya, tapi menulis fabel memberi kepuasan tersendiri untukku. Aku tetap senang menulisnya diam-diam tanpa diperlihatkan pada orang lain."

Hyunsik manggut-manggut. "Benar juga. Lebih baik mereka jangan berteman, tapi menikah saja."

"Itu lebih tidak masuk akal," Seunghee terbahak mendengar opini suaminya.

"Tapi jujur, kau berbakat."

Lagi-lagi wanita berambut sebahu itu menggeleng, dengan mulutnya yang sibuk mengunyah salad.

"Aku tidak percaya diri menjadi seorang penulis. Aku sering menyunting naskah orang lain dan mengkritik tulisan mereka habis-habisan, itu memang pekerjaanku. Dampaknya, setiap aku mencoba menulis, aku selalu merasa ada yang kurang dengan tulisanku. Aku tidak berbakat menulis, bakatku hanya mencecar tulisan orang lain."

SAY YOU LOVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang