Day 4 : The Duck And The Tiger

304 42 60
                                    

Hari masih gelap, atau mungkin tampak gelap karena tirai kamar yang belum dibuka. Hal pertama yang Seunghee dapati saat membuka mata adalah sebuah guling penghalang antara ia dan suaminya.

"Hoaaam,"

Menguap lebar bak singa, pertanda ia masih enggan beranjak dari kasur empuknya. Serasa ada gaya gravitasi kuat yang menahannya untuk tetap berbaring disana.

Dipeluknya guling itu dan bersandar di atasnya, mendapati wajah sang suami yang masih terlelap damai di hadapannya. Ternyata semalam mereka tidur berhadapan dan hanya berbataskan guling pembatas itu.

Seunghee tersenyum simpul, masih dengan matanya yang setengah terbuka.

Sebuah kemajuan?

Prianya itu masih memejamkan mata dan terlelap pulas seperti bayi, seolah memberi kesempatan bagi Seunghee untuk menatap lama-lama paras tampannya. Dua garis alis tebal yang tegas itu menaungi mata kecilnya yang sedang terpejam, berpadu hidung mancungnya yang proporsional dan bibirnya yang penuh.

Tiba-tiba wajahnya tersipu saat pandangannya berhenti pada bibir penuh yang sudah pernah menyentuh bibirnya itu.

Lama-lama ia bisa gila karena terlalu lama senyum-senyum sendiri.

Tangan nakal Seunghee beraksi; ia meluncurkan telunjuknya untuk menyentuh pipi gembil Hyunsik. Ia tersenyum gemas melihat sang suami yang tetap bergeming dari lelapnya meski sudah ia ganggu berkali-kali.

GREP!

Aksinya terhenti karena sebuah tangan kekar menangkap lengannya. Lalu Seunghee tersadar, bibir berisi itu kini tengah menyungging senyum.

"O-Oppa.. sudah bangun? A-atau.. aku membangunkanmu?"

Hyunsik tertawa kecil. Pelan-pelan mata kecilnya terbuka. "Diluar dugaanmu, kan.. aku bisa bangun lebih awal begini?" ucapnya dengan suara yang masih serak.

Lagi-lagi Seunghee tersipu malu.

Hari demi hari, dinding kecanggungan yang membentengi mereka perlahan mulai runtuh. Beruntung bahwa sikap kaku Seunghee selama ini perlahan mencair karena sikap santai Hyunsik padanya. Seunghee takjub dengan kesungguhan Hyunsik yang berusaha sebaik mungkin untuk memenuhi perannya sebagai suami.

Aku juga harus melakukan hal yang sama. Cinta itu bukan hanya menerima 'kan, tapi juga memberi.

Se-sebentar, cinta? Secepat itu-

"Kau ingin melakukan apa hari ini, Seunghee?" tanya Hyunsik, mengeratkan genggaman tangannya.

Seunghee terhenyak dari lamunannya. "Melakukan.. apa? Apa, ya.."

"Kau mau jalan-jalan ke hutan?"

Hutan?

"Ada hutan kecil di dekat vila ini. Pemandangannya bagus, ada sebuah danau juga di dalamnya.. kita bawa bekal dan makan siang disana," lanjut Hyunsik, "Bagaimana?"

Seunghee kembali tersenyum lebar. "Kedengarannya bagus."

"Call?"

"Call!"

*

Kelelahan menempuh satu jam perjalanan menerobos hutan kecil itu terbayar sudah. Keinginan Seunghee untuk menyelonjorkan kakinya di atas padang rumput sesampainya di danau seolah terlupakan begitu saja; ia berdiri mematung dan kehabisan kata untuk memuji sebuah mahakarya Tuhan yang mengagumkan di depan mata.

"Menyenangkan, kan?" Hyunsik menggandeng bahu kecilnya.

"Lebih menyenangkan dari yang kuduga," lirih Seunghee tanpa mengalihkan pandangan dari tenangnya air danau yang bening, entah berapa kedalamannya.

SAY YOU LOVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang