Seunghee menatap lekat-lekat bayangan dirinya di cermin. Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian dengan piyama, seharusnya ia segera kembali ke ranjang untuk merebahkan diri.
"Akhirnya kau tidak pulang malam ini, Seunghee. Kau sudah bertahan, kau sudah bekerja keras," gumamnya pada bayangan dirinya di cermin.
Bukannya sedang menikmati udara dingin di kamar mandi, bagaimanapun kehangatan kamarnya jauh lebih menyenangkan dan membuat tubuh lelahnya rileks. Hanya saja, setelah semalam ia meminta diri untuk pisah ranjang, kini ia harus menyesuaikan diri untuk kembali tidur bersama meski harus menelan bulat-bulat kecanggungan yang tak terbantahkan.
Jadi, semua harus kuulang dari awal? Kembali canggung dan tidak banyak bicara?
"Ayo, Seunghee. Jangan jadi pengecut. Mari hadapi dengan berani," kembali ia bergumam pada bayangan cerminnya sendiri.
Ia sudah siap menemui suaminya, syukur-syukur jika pria itu sudah tidur, jadi ia tidak perlu kikuk hanya untuk sekedar beristirahat di sampingnya.
Namun seketika kesiapan itu runtuh kala mendapati Hyunsik sedang duduk bersandar di ranjang hanya dengan selembar bathrobe putih bercorak garis tipis itu di tubuhnya. Ia sedang mengenakan earphone, mungkin mendengarkan lagu dari ponsel di genggaman.
Wanita itu mematung, menatap pemandangan yang membuat debar jantungnya berontak seakan-akan ingin melonjak saja dari tempatnya.
"Seunghee," kini Hyunsik melempar arah pandang ke arahnya sambil tersenyum, melepas earphone dan meletakannya bersama ponsel di atas nakas. "Ayo, sini."
Seunghee menelan ludah dalam-dalam melihat suaminya menepuk sebuah tempat tepat di sampingnya. Lagi-lagi ia kembali masuk ke dalam hipnotis Hyunsik, menurutinya untuk ikut bersandar di ranjang dan menyelonjorkan kaki tepat di samping suaminya.
Ada yang berbeda dengan suasana ranjang yang ia duduki ini. Tidak ada guling pembatas yang memisahkan mereka seperti biasanya. Ranjang ini terasa lebih lembut; ya, mungkin karena kemarin ia tidur di ranjang kamar lain yang lebih keras. Dan aroma parfum Hyunsik tercium lebih merebak daripada biasanya, ia curiga suaminya mengguyur seisi botol parfum ke tubuhnya malam ini.
Tak ada yang ia lakukan selain tertunduk sambil meremas kedua tangannya yang gugup. Sebuah tingkah yang membuat Hyunsik tersenyum dibuatnya.
Pelan-pelan Hyunsik meraih salah satu tangan mungil itu, menautkan setiap jemarinya dan menggenggamnya erat.
"Satu minggu ini amat melelahkan bagimu, ya?" gumam Hyunsik setengah berbisik.
Seunghee tersenyum tipis dan menggeleng pelan. "Aku.. senang melewatinya bersamamu-"
"Kau senang menghabiskan waktu bersamaku sampai tiba-tiba ingin pulang tengah malam sendirian ke rumah Ayah dan Ibu? Mm?"
Seunghee menghela napas panjang, "maafkan aku."
Hening sejenak menyelimuti kebersamaan mereka. Ada banyak hal yang ingin diutarakan dalam kepala Seunghee, namun kebingungan harus dimulai dari mana.
"Ceritakan padaku. Semuanya. Kita harus selesaikan semuanya malam ini, agar nanti kita bisa pulang ke Seoul dengan tenang," pinta Hyunsik kemudian.
Lagi-lagi Seunghee menghela napas panjang, bersiap menumpahkan unek-unek hatinya setelah dipersilahkan.
"Jadi.. beberapa waktu lalu, aku pernah dikecewakan oleh seorang pria. Kami putus hubungan setelah aku memergoki seorang wanita lain menetap di apartemennya. Ia kerap mencegahku mendatangi apartemennya karena mereka sudah cukup lama tinggal bersama. Ada trauma tersendiri yang membekas di hatiku setelah kejadian itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAY YOU LOVE ME
FanfictionMenyatukan dua kehidupan menjadi satu, itulah pernikahan. Melakukannya memang tidak mudah, membutuhkan rasa saling percaya satu sama lain agar mereka bisa hidup bersama untuk waktu yang lama. Namun bagaimana untuk mereka yang bahkan tidak punya cuku...