53. || Kebenaran

175 12 0
                                    

Regina tampaknya belum juga mau bersuara.

"Kenapa lo ngelakuin ini?" tanya Zidane, membuat Regina menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang sudah benar-benar pucat.

"Apa lo tau kelakuan lo ini mungkin bisa menyebabkan teman lo difitnah?"

"Gua udah nyatain perasaan gua, dan lo tau gimana respon dia?" Zidane melirik Lyra dari ujung matanya.

Perempuan itu terlihat menggigit bibir bawahnya.

"Dia nolak gua, karena dia menghargai elo. Tapi liat apa yang lo lakuin?"

"Maafin gue."

"Lo seharusnya minta maaf sama Lyra." Sontak seluruh pasang mata melihat ke arah Lyra.

"Lo tau gua udah suka sama dia dari lama, apa yang lo pikirin ketika melakukan ini? Bukannya itu sama aja lo mempersulit dia? Bukannya dia itu temen lo?"

Regina mulai berkaca-kaca.

"Kenapa lo die---"

"Cukup." Lyra berjalan maju, membelah kerumunan untuk tiba di tengah-tengah.

"Nggak usah dilanjutin, Zidane." Lyra menarik Regina ke dalam pelukannya dan seketika tangisan Regina pecah.

"Maafin gue." ucap Regina disela tangisannya.

"Seharusnya gue nggak ngelakuin ini." lanjutnya.

"Kamu cuma memperjuangkan perasaan kamu, dan itu nggak salah."

"Tapi Zidane bener, lo mungkin kesulitan kalau suatu saat Zidane nyatain perasaannya ke elo, temen-temen pasti bakalan mikir lo nusuk gue dari belakang."

Suara bisikan dari teman-teman kelas mulai terdengar.

"Udah, nggak usah dibahas."

"Nggak Lyra." Regina mengangkat kepalanya.

"Gue tau lo juga suka sama Zidane dari lama, tapi lo nggak berusaha deketin dia karena gue." katanya lagi.

"Mulai sekarang, lo nggak perlu takut buat jujur sama perasaan lo sendiri."

Aku menggelengkan kepala. "Tapi kamu juga suka sama Zidane."

Regina mengangguk. "Tapi yang Zidane suka itu elo."

Silent [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang