40. || Modus

198 8 0
                                    

Aku celingak-celinguk pas udah ada di UKS, apa ada orang lain selain Zidane di sini?

"Gua sebelah sini." itu suara Zidane, di ranjang ke 3 dari ujung UKS.

Aku nyibakin gorden yang jadi pembatas antar ranjang di UKS itu, dan aku nemuin Zidane lagi senyum ke arah aku.

"Sejauh itu ya dari kelas kesini?"

Aku tersenyum kikuk. Hah? Sejak kapan seorang Lyra merasa canggung?

Aku berdehem, dan gak sadar malah gigit bibir bawah sambil lirik kanan kiri.

"Mau minta tolong apa?" Akhirnya satu pertanyaan berhasil keluar dari mulut aku.

Zidane keliatan kecewa, "Gua masih sedikit pusing, bisa gak lo ambilin obat?"

Why, minta tolong sama aku? Petugas UKS? Dan yang paling aku benci adalah ketika aku masih ngerasa canggung. Padahal semalem aku masih bisa bercandain dia di chat.

||

Gua kira, Lyra gak bakal dateng. Karena tadi gua salah orang, ngira dia itu Lyra. Padahal siswa yang mau istirahat.

Dan tunggu? Apa cuma gua yang ngerasa kalo barusan Lyra keliatan canggung.

Masa iya dia ngerasa canggung sama gua? Dan kenapa pikiran itu malah bikin gua seneng.

"Nih," Lyra dateng sambil nyodorin obat dan minum.

"Perasaan tadi pagi keliatan seger, kenapa tiba-tiba pingsan?"

"Duduk." kata gua sambil nunjuk sisi ranjang.

"Aku mau langsung ke kelas, Bu Sita bakalan curiga kalo aku kelamaan ke kamar mandi."

"Kenapa juga harus bohong?"

Lyra keliatan nautin alisnya. "Gua tau ya, di kelas lagi gak ada guru, dan bebas karena bu Sita gak ngasih tugas."

"Ya meskipun bebas, aku juga tetep gak punya alasan buat tetep di sini."

"Kan gua minta tolong."

"Kan udah."

"Siapa yang bilang udah?"

"Bapak siapa ya bebas minta tolong sama saya? Lagian kenapa gak minta tolong sama Riza, tadi kayaknya kamu juga minta tolong anterin hp kan?"

Kan, dia bikin gua ketawa. Tapi gua tahan jadi cuma senyuman doang.

"Oke, gan. Kita sepakat aja, temenin saya sampe jam pelajaran bu Sita selesai, gantinya saya anterin mbaknya pulang."

"Gak, saya bakalan setuju kalo bapak bersedia nonton film Korea."

"Up."

"Yaudah,"

"Bye." Lyra bangun dari duduknya.

"Oke, fine. Gua setuju." Dan dia langsung masang tampang super bahagia.

Ya, dia memang paling tau kalo gua benci Korea.

"Kenapa juga UKS segede gini tapi gak ada petugas satupun?" Alibi gua biar gak terlalu keliatan modus.

"Kenapa juga gak milih buat minta tolong ke Riza yang bebas tanpa dipungut biaya?"

Dan gua cuma bisa lirik Lyra yang udah siap sama film di hpnya.

Dia duduk di sebelah gua terus berbagi layar hp yang kecil pas filmnya mulai diputar.

Silent [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang