#1 ¡Hey, Babe! [Part 3]

78 14 0
                                    

#NowPlaying - Simon Steadman ft. Charlton Pettus - For Always

Every single one of us

needs someone to say:

"You are who I've waited for,

we are both the same"

Dear Dion,

Kalo lo udah baca surat ini, berarti sekarang gue nggak lagi bersama lo. Lo nggak perlu khawatir, gue cuma mau tenangin diri gue dulu. Tapi gue belum tahu untuk berapa lama gue begini.

Gue tahu, gue salah. Gue menutup mata akan kemungkinan lo yang nggak nyaman saat gue panggil 'Sayang', gue nggak dengerin lo yang ngerasa risi saat gue panggil gitu. Gue juga nggak peduli sama tawa anak-anak kos yang bikin lo malu gara-gara gue panggil begitu. Gue minta maaf.

Lo nggak perlu ngerasa bersalah, kalo misal lo ngerasa gitu, karena udah marah-marah terus ke gue, karena udah ngelempar gue pake sepatu lo. Gue tahu, semua ini salah gue. Kemarahan lo yang terakhir waktu itu udah ngebuka mata gue.

Gue justru mau ngucapin terima kasih yang sebesar-besarnya buat lo, buat lo yang udah ngeladenin gue, buat lo yang mau ngehabisin tenaga lo cuma buat ngasih tau gue. Terima kasih juga buat lo yang bisa bikin gue sadar tentang segalanya.

Yon, mungkin gue nggak akan pernah balik lagi kesana. Mungkin gue akan cari kos yang lain. Soal barang-barang gue yang masih ketinggalan disana, lo boleh ambil yang lo mau dan sisanya bisa lo sumbangin ke panti asuhan atau kemanapun lo mau.

Our paths set to cross,

We found and at last

And all the stars in the sky will shine for us.

Yon, lewat surat ini, gue pengen jujur tentang sesuatu. Lo mungkin pernah bertanya-tanya kenapa gue sering banget manggil lo begitu? Atau apa alasan gue manggil lo 'Sayang'? Atau kenapa candaan gue begitu keterlaluan buat lo? Gue akan jawab satu-satu. Gue mohon lo baca bagian ini, jangan sampai ada yang kelewat ya, haha.

Sayangnya, panggilan 'Sayang' gue buat lo, bukan cuma sebuah candaan yang keterlaluan. Perasaan sayang gue ke lo, emang beneran adanya. Gue tau gue pengecut karena gue nggak berani bilang langsung sama lo. Tapi, jujur, gue takut kalo lo bakal tambah ngebenci gue karena ini. Jadi gue putusin buat nutupin ini rapet-rapet dari lo. Maafin gue.

Awalnya, emang gue cuma bercanda. Gue senang aja liat ekspresi malu lo kalo gue panggil gitu. Gue seneng liat lo marah ke gue, lo jadi makin imut (?) Karena alesan-alesan itu gue jadi makin semangat buat manggil lo gitu.

Tapi, lama-lama gue mulai ngerasa beda sama lo. Gue mulai, hm, jatuh cinta, mungkin? Gue mulai ngubah tujuan gue manggil lo gitu, meskipun dimata lo tetep sama aja. Gue jadi lebih ingin ngelindungin, ngejaga lo karena buat gue lo itu spesial.

We're losing control,

We stay young when we're old,

Every moment with you is golden.

Jadi, gue mau bilang sekarang, kalo gue beneran sayang sama lo, Dion. Gue nggak minta apapun yang lebih dari lo. Gue nggak minta lo ngebalas perasaan gue, jadi pacar gue atau apa, nggak. Gue cuma pengen lo tahu itu.

Dan setelah ini, saking pengecutnya gue, gue bakal pergi dari hidup lo. Gue tau lo normal dan memang nggak seharusnya lo deket sama gue yang begini. Makasih buat semuanya, Dion. Makasih buat udah sempet hadir buat gue meskipun cuma gue yang ngerasa gitu.

Bye.

Sincerely,

Nathan

Like a river needs the rain,

Like a candle needs the flame,

You know that I need you.

Air mataku makin tumpah ruah, sejak membaca surat ini beberapa menit yang lalu. Sejak aku membaca pengakuan Nathan. Tentang bahwa panggilan 'Sayang' darinya padaku bukanlah sebuah candaan belaka.

Aku meremas kuat-kuat kertas yang ada ditanganku. Sungguh, aku tak pernah menyangka kalau anggapanku bahwa aku spesial bagi Nathan, ternyata tidak sepenuhnya salah. Aku memang benar-benar spesial dimatanya.

Aku merapikan kembali surat itu, menyambar jaket dan kunci motorku. Aku harus mencari Nathan meskipun aku benar-benar tidak tahu dimana dia. Kalau Alan memang tidak ingin memberitahuku, biarlah aku yang mencari Nathan sendiri. Kalau perlu, akan kucari diseluruh penjuru kota ini.

Motorku melaju kencang disepanjang jalanan yang entah kenapa sedikit lengang ini. Mataku tak henti-hentinya mencari Nathan, siapa tahu dia sedang berada disekitar tempat ini. Aku mencari hampir ke semua tempat yang selama ini sering dikunjungi Nathan, seperti kampus kami dan beberapa tempat nongkrong favorit Nathan.

Namun, nihil. Sial! Sebenarnya pergi kemana dia!?

Like the ocean needs the shore

To find what it's been looking for,

You know that I need you.

Air mataku kembali menetes seiring laju motorku yang kupercepat lagi. Aku harus bertemu Nathan bagaimanapun juga. Entah bagaimana caranya, Aku harus bertemu dengannya. Aku harus menjelaskan tentang semua ini. Tentang perasaanku padanya.

Aku mendengar umpatan keras dari seorang bapak-bapak ketika Aku menyalip motornya, tapi Aku tak peduli, Aku masih terus mencari Nathan disepanjang jalan tanpa memperdulikan apa-apa lagi. Dipikiranku hanya ada Nathan.

Come with me, you'll never be alone.

Termasuk, saat suara klakson memekkakan telingaku pun, Aku memutuskan untuk menutup telingaku rapat-rapat. Hingga sepersekian detik kemudian, Aku merasakan tubuhku terpental. Aku terlempar jauh dari motorku. Dan setelahnya yang kuingat hanyalah pandanganku yang menggelap.

Everyday I'll love you even more,

Aku baru sadar bahwa suara makian bapak-bapak tadi lebih terdengar seperti, "Awas, didepan ada Truk!"

For always..

#TBC

Note : I'm back again! Masih sama kisah Dion dan Nathan. Pas nulis ini, gue paling suka nulis bagian suratnya Nathan. Menurut gue itu feelnya kena, karena selama ini kan gue tetep bertahan pake sudut pandang orang pertama (P.O.V Dion), jadi dimoment surat itu gue pengen memperjelas apa yang dirasakan Nathan selama ini buat Dion.

Kisah DionxNathan ini bakal abis satu part lagi, kalian prefer happy ending atau sad ending? Well, Gue udah nyiapin endingnya sih wkwk. Okelah, sekian dulu. Ntar gue dibilang bac*t lagi. Oh ya, gue juga minta maaf karena part ini paling pendek diantara part yg lain, cuma 950+ words

Okay, see u soon!

Regards, MIKE Stoessel

#NowPlaying - OneShoot Drabble (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang