2.Bella

98 14 12
                                    

Bella terdiam di bangku coklat yang di kelilingi bunga lily. Dia hanya memandang bulan sabit yang terang di langit malam. Membayangkan wajah ibunya yang selalu melarang anaknya agar tidak mengikuti kemah.

"Aku tau alasan ibu sekarang." Suara Noura terdengar jelas, membuat Bella berhenti melamun.

"Kau sudah keluar kamar." Ucap Bella bergeser tempat duduk.

"Aku merasa jenuh. Tidak ada lagi yang harus aku pikirkan di kamar. Tidur siang membuat otakku berjalan." Balas Noura.

"Sepertinya Aca belum ingin keluar."

"Clarie juga tidak keluar."

"Apa kita akan bertemu Ketiga pria itu?" Tanya Noura.

"Tidak jika kita masih ada dalam wilayah King Werewolf ini." Jawab Bella.

"Bagaimana kau tau? Dan kau sudah mempercayai mereka?"

"Aku percaya mereka. Memang sulit. Tapi ini benar benar nyata."

"Bella,Noura." Panggil Clarie dari kejauhan.

"Kau, dimana Alpha sialan itu?" Tanya Noura.

"Aku tidak memperdulikan dia." Jawab Clarie.

"Aku melihat Aca sedang berusaha mengirim pesan lewat ponselnya. Dia terlihat seperti..."

"Dia memang gila. Ku pikir dia di kamar terus karna dia masih syok. Ternyata sibuk dengan ponselnya. Jelas jelas di sini juga tidak ada tower. Begitu ketinggalan jaman." Cerocos Noura memotong perkataan Clarie.

Clarie hanya tertawa kecil dan ikut bergabung duduk dengan Bella dan Noura. Mereka bernyanyi bersama, dengan suara pelan agar semua tak memdengarnya.

Suara burung berkicau dan silauan cahaya membuat Aca terbangun dari tidurnya. Sangat imposibel untuk seorang Aca. Dia tertidur di lantai.

"Badanku sakit semua rasanya."

"Hei bodoh, tentu saja sakit. Kau tidur di lantai. Dan malam tadi sangat dingin." Aca terkejut karna Noura sudag berganti pakaian dan harum.

"Ah... kauuuu.... aku benci kau." Kata Aca sambil berdiri.

"Makasih."

"Kau tau, aku akan membasoka masa depan pria berotot yang membawa kita kesini." Kata Aca mengeluarkan aura marahnya.

"Aku juga ingin mewarnai botaknya itu... dia mengambil pistol dan pisau tersayangku."

"Tapi itu mustahil." Wajah Aca berubah sedih.

"Kenapa?"

"Heh mana ada sejarahnya upil bisa menang."

"Kau saja yang upil."

"Kau saja Noupil."

Aca langsung masuk dalam kamar mandi setelah menyudahi perbincangan yang tak berfaedah bersama Noura. Noura berjalan mendekati jendela kamar Aca. Dia berniat membuka jendela.

SOULMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang