Clarie masih sesenggukan dari semalam. Dia masih tidak habis pikir tentang hatinya. Saat Noura mengatai Alden, hatinya berkata bahwa Alden yang benar. Dan dia mencoba mati matian melawan Noura demi membela Alden.
Tapi melihat kejadia di aula tadi, Dia baru sadar. Sadar betapa bodohnya dia. Betapa naifnya hatinya. Dan sekarang dia terkena hasilnya sendiri.
Dia tidak memiliki apapun sekarang. Semuanya. Pekerjaan, saudari yang selalu ada dan kebebasan. Tidak ada itu semua.
"Sayang." Panggil Alden dari luar kamar mandi.
"Pergi kau!." Bentak Clarie.
Gdoorrr... pintu terbuka secara paksa. Alden yang melihat Clarie duduk di batup dengan air penuh langsung mendekati Clarie. Membopongnya dan menaruhnya di atas sofa.
"Tinggal aku yang kau singkirkan kan?" Tanya Clarie.
"Tidak mungkin." Jawab Alden menciumi leher Clarie.
"Aku berfikir aku mulai mencintaimu. Tapi aku merasa kau menghkianatiku." Clarie terus saja memukul punggung Alden.
"Kau tidak bisa menentang takdir." Balas Alden.
"Aku bisa merubahnya." Clarie berusaha menjauhkan tubuh Alden.
"Aku tidak akan membiarkan itu." Balas Alden lagi.
"Harusnya aku memberimu kabar baik malam ini. Karna aku berhasil menemukan keberadaan Noura."
"Dimana dia?!" Sontak Clarie.
"Dia berada di kerajaan penyihir. Dia adalah takdir Filio."
Clarie tambah merasa sedih. Dirinya merasa takdir sedang ingin bermain main padanya. Semua saudarinya di pisahkan karna cinta.
---
Bella menyiapkan baju Lucifer saat Lucifer masih tertidur. Bella sudah mulai bisa menerima Lucifer karna sikap sweet yang di miliki Lucifer.
Setelah mendengar kabar tentang Takdir Aca dan Noura. Dia selalu sedih dan sedih. Tapi Lucifer bisa menenangkanya. Bahkan gerutuan orang orang tentang mate seorang king rouge adalah manusia, semuanya Lucifer yang menyelesaikanya.
Bella mulai merasa aman dan nyaman di sebelah Lucifer. "Sayang... aku mau diam di rumah saja." Kata Lucifer.
"Kenapa?" Tanya Bella.
"Aku ingin memberi tahumu tentang siapa aku sebenarnya mungkin." Jawab Lucifer.
"Kau ini baru juga bangun. Udah ngigo."
"Ngigo?"
Bella melupakanya lagi. Mahkluk di sini tidak ada yang tahu tentang bahasanya semasa di dunia manusia.
"Tidak."
"Ini aku serius. Ingin dirumah."
"Baiklah."
Bella berhenti menyiapkan pakaian Lucifer. Dia duduk di sebelah Lucifer yang masih menyandarkan punggungnya di ujung ranjang.
"Alden adalah Adikku."
"Hah?!"
"Jangan memotong selagi aku berbicara."