Aca terbangun di atas kasur king size bernuasa emas. Kepalanya terasa pening sehingga tak dapat membangunkan badannya. Badan nya terasa panas seperti terbakar.
"Argghhhhh!!!" Teriaknya karna rasa sakit yang tak terbendung.
Brak! Pintu terbuka lebar, Dylan dengan wajah panik datang menghampiri Aca yang sedang meronta ronta kesakitan. Dylan segera memeluknya.
Aca semakin agresif, dia terus saja menghirup leher Dylan sehingga Dylan harus menahan hasratnya. Badan Aca panas sekali, Dylan bertambah panik.
Dia segera memanggil pelayan untuk di panggilkan tabib. Pelayan itu yang tampak takut campur heran segera berlari memanggil tabib.
"Aca, honey." Panggil Dylan.
"Sak sakit." Kata Aca.
Dylan masih mencoba menahan hasratnya, dia tak bisa lagi. Akhirnya dia mencium bibir ranum Aca secara lembut. Tapi rasa sakit bercampur panas yang Aca rasakan membuat ciuman itu menjadi brutal.
"Dylan, aku hanya butuh kau." Kata Aca masih stay dengan apa yang ia lakukan.
Dylan tak mampu menahan semuanya lagi. "Bawa tabib ke kamar tabib, aku akan menemuinya besok." Pelayan yang membawa tabib segera pergi mengantar para tabib ke ruangannya.
Dylan mencoba melepaskan pelukan Aca, tapi dia tidak kuat. Ini bukan Aca, hanya itu pikirannya. Dia mencoba mengeluarkan kekuatannya untuk menjauhkan tubuh Aca dari tubuh nya. Tapi sia sia.
Aca merenggang, Dylan menegang saat aura aneh tiba tiba menyeruak di dalam ruangan-nya.
Aca sedikit menjauh dari tubuh Dylan, wajahnya tertutup rambut. Dylan tak bisa melihat keadaan ekspresi Aca.
Saat mencoba membuka wajahnya, Dylan di kejutkan dengan mata merah dan taring yang mencuat milik Aca.
"Acacia!" Dylan menggerak gerakkan tubuh Aca.
Aca hanya memunculkan smirknya. Bukan Aca, lagi lagi itu yang keluar di benak Dylan.
"Aku ingin kau... Merubahku menjadi sepertimu." Aca berubah menjadi lemah.
"Aku tidak bisa, kau bisa saja merasa tertekan jika kau berubah menjadi sepertiku." Dylan langsung memeluk tubuh Aca.
Air mata Aca mengalir deras dan membuat baju yang di kenakan Dylan basah. Dylan menjauhkan badannya lagi. Dia menyangkut rahang Aca dan menatap mata merah yang bertambah pekat.
"Aku mohon." Lirih Aca.
"Kau serius?"
"Dylan."
Tanpa basa basi Dylan mencium Aca sekilas. Setelah itu dia beralih ke leher Aca. Mengecupnya berkali-kali sebelum dia benar benar menancapkan taringnya pada leher Aca.
Cep! Aca menahan teriaknya di bahu Dylan.Dylan tau pasti bagaimana rasanya. Maka dari itu dia mempercepat gerakanya agar Acacia tak merasa sakit lebih lama.
Hening. Acacia tak merasa kesakitan. Tapi isakan keluar dari seorang Acacia.
"Aku melihat kedua kakak-ku berubah menjadi seekor serigala. Aku sangat takut. Tiba-tiba ada yang menariku ke tempat yang belakangan ini aku sering kunjungi di dalam mimpiku.