Clarie sendari tadi sibuk dengan tanaman yang ada di depan-nya. Dia menata beberapa pot dan bibit. Dia juga membuat sekat sekat seperti sawah. Dua orang maid, satu Delta dan dua Guardian di buat bingung olehnya.
Tak lama kemudian lelaki datang dengan plastik yang sangat banyak. "Luna... Alpha menyuruh saya membelikan bibit ini semua. Semua pupuk dan pacul dan lain lain masih ada di dalam kereta kuda." Kata lelaki itu.
"Kau Watcher?" Tanya Clarie.
"Iya Luna, Saya Felix. Saya Watcher di dunia perternakan dan perkebunan." Jawab Felix. Clarie hanya ber o ria.
"Oh... terimakasih. Kau bisa menaruh bibit bibitnya di sana." Tunjuk Clarie pada bangku dekat pohon pinus.
Felix segera menaruh bibit itu pada tempat yang di tunjuk Clarie. Felix mendekati Clarie lagi. "Alpha menyuruh saya membantu anda Luna." Kata Felix.
"Aku melakukan ini karna aku jengah di sini. Jadi jangan mengambil kegiatanku." Balas Clarie.
"Baiklah Luna. Saya pamit." Felix segera mengundurkan diri.
Clarie kembali hanyut dalam kegiatanya lagi. Dia menyudahi kegiatanya itu dan berjalan ke arah kumpulan plastik yang di bawa Felix.
"Aduh punggungku sakit." Keluh Clarie memegang pinggangnya.
Sebuah tangan kekar melingkar di pinggang Clarie. Clarie tau itu adalah Alden. Selalu, Alden selalu mengirup aroma leher Clarie dengan rakus. Seperti tidak ada hari esok untuk bernafas.
Clarie hanya diam. Menunggu Alden selesai. "Dua hari lagi kau akan ulang tahun. Itu dimana malam bulan purnama juga akan muncul. Aku ingin bertanya..." kata Alden menaruh dagunya di pundak Clarie.
"Apa? Tanyakan saja. Aku tidak ingin menjawabnya pun kau pasti memaksaku untuk menjawab. Dasar mister pemaksa." Sinis Clarie.
"Benar sekali. Aku hanya ingin tanya, apa kau mencintaiku?" Tanya Alden.
"Sebenarnya aku sedang jatuh cinta pada seseorang." Kata Clarie.
Urat leher Alden keluar. Dia marah. Tanganya juga sudah mengepal sempurna. Wajahnya sangat merah. Matanya berubah menjadi merah pekat. Aura berbeda muncul dan membuat suasana sekitar pack menjadi mencekam.
Clarie di buat merinding karna nafas Alden yang memburu di dekat telinganya. Bahkan dirinya merasa perutnya tertekan dengan tangan Alden.
"Sa... sayang." Setelah panggilan itu suasan berubah drastis.
Mata Alden kembali seperti biasa. Dia membalikan badan Clarie agar tepat menatap matanya. Tapi Clarie memejamkan matanya. Semburat merah muncul di kedua pipi Clarie.
"SweetHeart kau tadi memanggilku apa?" Tanya Alden tidak percaya.
"Bolot." Jawab Clarie membuat Alden menampilkan wajah datar tanpa ekspresi.
"Kau belum jawab pertanyaanku." Kata Alden dingin.
"Sudah di bilang aku sedang mencintai seseorang."
"Siapa?"
"Seseorang yang membawakan pupuk, bibit, dan peralatan menanam padaku."
"Gerry... panggilkan Watcher Felix kesini. Segera!" Geram Alden.
Beta Gerry yang ada di sanapun langsung pergi untuk mendatangi Felix yang masih menurunkan beberapa barang. Clarie menggeleng pada Alden.Saat Felix tiba di belakang Alden dengan wajah yang ketakutan. Alden langsung berbalik badan menatap Felix. "Bilang kau tidak suka pada mateku sekarang!" Geram Alden.
"Astaga Alden... bukan Felix maksutku." Kata Clarie membuat Alden menyeritkan dahi.
"Lepaskan Felix." Perintah Alden pada Gerry.
Felix pun bernafas lega karna Alphanya di buat sadar oleh Luna. Kalau tidak, dalam sekejap lehernya sudah terbagi menjadi dua.
"Kau itu komplet. Mr Penipu,Mr posesif,Mr Cemburu, Mr agresif, Mr pemaksa terus..."
"Sweetheart, jawab pertanyaanku. Siapa orang itu. Biar aku bunuh dia." Kata Alden.
"Bunuh dia ya... jangan nanti aku sakit hati. Menangis, dan tidak tidur malam siang sore pagi. Terus nanti aku nggak makan nggak mau hidup lagi pokoknya." Drama seorang Clarie sudah keluar.
Alden di buat geram mendengarnya. "Katakan padaku siapa orangnya?" Tanya Alden."Beta Gery pasti tahu." Jawab Clarie.
"Gerry?" Tanya Alden curiga.
"Alpha... hanya kau yang di cintai Luna." Kata Gerry menenangkan Alden yang mulai mengeluarkan amarahnya.
"Kan dia tau jawabanya." Clarie berbalik badan dan mulai melihat bibit bibit tadi dengan santai.
Alden kembali menatap matenya itu. Rupanya dia sedang di permainkan oleh Clarie. Dia merasa senang mengetahui perasaan Clarie.
"Bagaimana? Kau mau membunuh orang yang ku cintai?" Tanya Clarie.
"Pft..." orang di sekitar Alden dan Clarie mencoba menahan tawa. Tapi berhenti setelah Alden memperlihatkan wajah seramnya.
Alden pergi dari halaman belakang. Dia sangat kewalahan dengan tingkah Clarie. Clarie merasa Alden marah padanya, dia langsung berlari masuk untuk menyusul Alden.
Sampai di dalam kamar mereka, Clarie melihat Alden sedang berdiri menatap hamparan hutan dari jendela.
"Alden... maaf." Kata Clarie.
Alden berbalik, dia mendekati Clarie dan mencium kening gadisnya itu. Dia memeluk Clarie erat dan menghirup aroma tubuh Clarie.
"Dua hari lagi, maukah kau menikah denganku dua hari lagi?" Tanya Alden.
"Hei... melamar macam apa ini?" Tanya Clarie kecewa.
"Baiklah." Alden melepas pelukanya dan segera berlutut di hadapan Clarie.
"Agata Clarie. Tantum te amo. Nolo autem et uxor mea?"
Clarie menatap wajah Alden dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. "Alden. Nggak bisa."
"Nggak bisa apa lagi sayang. Kau mencintaiku bukan? Aku juga mencintaimu..."
"Nggak bisa paham apa yang kamu bilang Alden...."
Alden hanya tersenyum miris, setelah lama ia belajar bahasa Latin untuk mengetahui bahasa yang di minati manusia (menurut Alden). Ternyata dirinya salah.
"Oke, aku mencintaimu. Maukah kau jadi istriku?" Tanya Alden.
"Nah... kalau gini. Aku mau."
Alden langsung bernafas lega dan memeluk Clarie erat. Dia sangat senang, dia terus saja mencium ujung kepala Clarie.