12. Aca's heart

20 5 0
                                    

Di meja makan begitu banyak menu menu makanan berupa daging dan berbagai macam sayur. Tampilan yang indah dan aroma yang mampu menggugah selera orang yang sudah terlalu kenyang untuk makan lagi.

Aca hanya menganga melihat meja makan yang tak biasanya seperti ini. Dia merasa tergiur dengan semua masakan yang di sajikan. Dia tak sabar, tapi dia harus menunggu.

Jika Aca sedang menatap makanan lapar, Dylan menatap Aca dengan tatapan heran. Matanya terus saja mencari sesuatu yang salah pada diri Aca. Dia merasakan sesuatu yang janggal.

Maid datang membawa segelas cairan kental berwarna merah. Aca membenci itu.

"Apa aku boleh makan sekarang?" Tanya Aca. Dylan hanya mengangguk sambil terus menatap wajah Aca yang tampak nafsu dengan makanan di depannya.

Dalam otaknya, Dylan hanya bisa berkata 'Ku kira hanya aku yang menjadi nafsunya. Ternyata aku bisa di kalahkan dengan seupil troll makanan.'

Aca memakan-nya dengan lahap. Dylan tidak ada jengah jengahnya menatap Aca. Aca tidak peduli Dylan terus saja memperhatikan dirinya.

"Kau sudah makan tadi, kenapa kau masih lapar?" Dylan mengambil serbet dan melap bibir Aca yang celemotan.

"Entah, Aku rasanya ingin terus makan. Toh aku juga tidak akan gendut, kekenyangan, dan mengalami sakit karna kebanyakan makan." Jawab Aca.

"Habis ini kita jalan jalan. Kamu mau?" Tanya Dylan manis.

"Mau banget." Aca tampak senang. Tentunya Dylan juga senang jika Aca senang.

Masih menunggu Aca selesai makan. Tapi tak butuh waktu lama. Hanya dalam dua puluh menit, makanan yang ada di atas meja hilang tanpa jejak.

Aca berdiri. Dia menatap Dylan. Dylan mengodenya untuk ganti baju. Aca segera berlari ke kamar untuk mengganti pakaian.

Dylan hanya tersenyum tipis menanggapi sikap Aca yang menggemaskan baginya.

Seorang pria datang dan tunduk di depan Dylan. "Maaf King, saya lancang masuk tanpa izin. Tapi ini harus saya sampaikan secara langsung."

"Apa yang mau kau katakan?" Dylan menatap dingin pria di depan-nya.

"Queen Aca belum sepenuhnya menjadi Vampire. Lecurt mohon King bisa menangani ini sebelum pelantikan Queen Aca."

"Lecurt? Pria tua bangka menjijikan." Desis Dylan.

Pria itu tunduk lagi dan meninggalkan Dylan yang sedang menahan amarahnya. Dia merasa marah jika orang lain mencampuri urusannya. Selain marah, dia juga khawatir kepada Aca yang belum sepenuhnya menjadi seorang vampir.

Aca datang, dengan gaun putihnya dan rambutnya yang sengaja ia gerai. Tangan kanan-nya yang menggelangi karet rambut dan sepatunya yang khas ala kerajaan Dylan.

Dylan merasa puas melihat pemandangan di depannya. "Kau mau menunggu sampai aku jadi pahatan atau kerangka?"

Dylan tertawa remeh. "Kalau aku mau, sampai aku mati pun aku akan terus menatapmu."

"Dan kau tidak mau?!" Geram Aca.

"Karna aku mencintaimu, aku lebih memilih membahagiakan mu." Poor! Pipi Aca sudah merah dan memanas.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SOULMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang