"Pra•Sang•Ka"

36 3 0
                                    

Sebelum semuanya jatuh, selalu ada peringatan dari setiap hal-yang memang diri kita tak pernah tau bahkan memang kita tak menyadarinya.
Apapun itu setiap kamu mempunyai khasnya masing-masing.

Prasangka bila saya artikan dengan bebas yaitu sebuah sangkaan atau dugaan yang memang belum valid atau benar adanya.

Prasangka kepada orang tua misalnya, bila di rumah sering terjadi pertengkaran dikarnakan hal-hal kecil. Contohnya seperti perbedaan pendapat dalam penetuan keputusan.

Sewaktu dulu saya pribadi sering sekali menganggap keputusan orang tua itu konyol dari berpikiran
"apasih ibu"
"kok begini"
"ah ga sesuai"
"ga ngertiin aku banget sih" sampai
"ah tuhan kenapa aku terlahir dari keluarga seperti ini"
memang akal ini sangatlah mempunyai batasannya yang tak bisa kita samakan dengan akal orang tua kita, yang memang sudah terdidik, terlatih, sampai tertekan dalam beberapa keadaan tertentu.
Tapi goblok nya, saya selalu menuntut emansipasi. yang inginnya saya tak dianggap anak kecil lagi oleh orang tua dan ingin dihargai sebagaimana orang tua saya menghargai pemikiran teman kerjanya atau teman bermainnya.
Tapi sayang permainan marah marahan saya dengan orang tua hanya bertahan sampai saya duduk di sekolah menengah pertama.

Dari situlah timbul Prasangka yang lain
Yaitu prasangka saya terhadap Tuhan.

Setelah 2-3 hari saya menyadari menjadi anak broken home, lantas saya mencaci takdir saya dan mencaci keadaan seolah olah saya adalah orang terkutuk, orang yang paling sial di muka bumi ini.
Pada setiap pagi kehidupan dan bagian dari tubuh ini seperti ada separuh diri yang hilang, kosong, entah kemana.
Pada saat Matahari terbit yang kata orang setiap pagi adalah saat munculnya kehidupan baru dari dirimu, omong kosong kata ku ! . pagi pertama yang saya rasa, ketika mata ini memandang cahaya matahari yang diam-diam mengintip dari celah jendela yang menghadap ke barat menggelitikan hangatnya ke setiap sensor kulit yang mengantarkan kesadaran kepada dimensi kehidupan-dibukakannya jendela sensor cahaya sehingga terbangun lah tubuh ini dari pelarian masalah dunia.
Pagi hanyalah pagi yang tak ada bedanya dengan siang, sore, maupun malam.

Tapi ternyata prasangka saya salah lagi, Tuhan mendewasakan saya dengan caranya sendiri yang unik, romantis, dan penuh kasih sayang.

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah 216)

Tetapi tuhan saya mempunyai suratan yang sudah tertulis rapih di lauhul mahfudz, kata demi kata dia tulis dengan arif diukir sedemikian indah sehingga menjadi takdir yang romantis bagi kehidupan saya ini. Alhamdulillah

Gumam HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang