Gabriel #5

65 13 1
                                    

"Ada banyak berita yang beredar. Kamu tau kan dia korban bully? Ada yang bilang dia didorong sama orang-orang yang bully dia di kelas. Tapi, ada yang bilang dia bunuh diri karena tidak tahan jadi korban bully."

"Bully?"

Misya menoleh ke arah Lucifer kaget seakan baru menyadari kehadiran cowok itu di sampingku. "Oh, hai, Lucifer! Selamat pagi!" Katanya agak terbata. "Ah, Kau tidak tau yah? Di Quebec, yah mungkin tepatnya di desa kecil seperti ini, orang yang berbicara bahasa Inggris cenderung terintimidasi bahkan di bully secara terang-terangan."

"Sudahlah, hentikan saja! Dia tidak akan mengerti." Lucifer kan iblis, dia tidak akan mengerti urusan dunia manusia.

"Ini cuma mitos turun-temurun, tapi menurut kepercayaan kami, keturunan Inggris kebanyakan adalah bangsa penyihir. Kau tau? Mereka yang disebut pemanggil iblis. Membuat lingkaran atau entahlah, yang semacam itu. Makanya, sekolah tidak akan ramai hanya karena berita bunuh diri seorang siswa. Apa lagi, pemerintah juga tidak mau mengurusi warga keturunan Inggris." Lanjutnya tidak mengacuhkan ucapanku. "Jadi, menurutmu bagaimana, Gab? Bunuh diri atau terbunuh?"

"Yang mana pun itu, semuanya sama-sama mengerikan." Aku menyampirkan tas ke samping meja. Melirik Lucifer sebentar yang sedang menatapku dengan muka memerah. Tadi sebelum kami masuk kelas jelas-jelas sudah kukatakan, "jangan terlalu dekat denganku dan jangan melakukan hal yang membuat orang curiga."

Aku menghela nafas panjang. Dia benar-benar tidak mengerti ucapanku tadi ya?

Misya menarik kursi asal dan duduk di samping mejaku. Matanya membulat penasaran. Tidak perduli dengan bisik-bisik yang ada di sekitar kami. "Tapi, omong-omong, ada apa dengan kalian? Jelas-jelas kemarin berantem, sekarang jalan ke sekolah sudah berdua. Apa yang terjadi?"

Aku mendesah, berharap Mr. Dan segera masuk ke dalam kelas sebelum Lucifer sempat mengatakan sesuatu. "Astaga! Aku dan Luc tidak ada hubungan apa-apa." Aku sengaja mengeraskan suaraku agar terdengar seisi kelas. Sepertinya orang-orang lebih tertarik mendengar gosip aku dan Lucifer dibandingkan berita bunuh diri Zoey. Zoey yang malang.

Orang-orang di kelas berhenti berbisik dan mencuri-curi pandang kearahku.

"Luc? Nama panggilanmu? Sudah seakrab itu kah?" Misya menengok ke arah Lucifer. "Hei, hubungan kalian itu sudah sejak kapan sih? Kau tau? Gaby ini orangnya sangat tertutup sekali. Dia tidak pernah mau cerita apa pun tentangnya padaku."

Aku menepuk jidat pelan. Pelipisku sudah berkedut kesal. Anak ini bahkan sudah tidak tertarik lagi membicarakan berita bunuh diri Zoey.

Lucifer memicingkan mata dan menatap Misya dengan tajam. "Lama."

Aku tersedak mendengar jawaban Lucifer yang tegas.

Misya baru akan membuka mulut lagi saat pintu terbuka. Mr. Dan masuk ke dalam kelas diiringi desis halus yang menjalar ke seluruh ruangan.

Aku memelototi Lucifer yang dibalasnya dengan senyum lebar. Apa dia tidak mengerti, ucapannya tadi mengundang kesalahpahaman orang-orang?

Setelah memberi salam, Mr. Dan memanggil nama kami satu persatu untuk membagikan soal ulangan kemarin.

"Gabriel."

"Ya!"

"Lucifer."

Aku melihat nilai ulanganku dan lega karena hasilnya tidak terlalu buruk. Kemudian, karena penasaran aku mengintip kertas ulangan Lucifer dan membelalak.

100? Tidak mungkin! Padahal kemarin dia tidak mengerjakan sama sekali.

Bagaimana bisa? Tanyaku tanpa suara.

Lucifer hanya tersenyum.

Menyebalkan!

"Gaby! Kenapa?"

"Ah!" Aku kaget dan buru-buru mengambil buku paket sejarah dari dalam tas.

"Buka halaman 109!"

"Baik."

Selama pelajaran, Lucifer terus menerus memandangiku. Aku heran kenapa Mr. Dan tidak melihatnya? Atau dia sengaja membiarkannya karena tidak berani menentang raja iblis?

Aku memandang keluar ke arah langit dengan tatapan menerawang sambil menopang dagu dengan tangan kanan.

Zoey sebenarnya teman masa kecilku. Ya, benar, aku dan Zoey sama-sama keturunan Inggris. Aku tidak tau alasan Zoey sampai harus terbunuh. Tapi, apa benar dia juga seorang penyihir?

Sebelumnya, aku tidak percaya tentang penyihir atau mitos-mitos lain tentang kami yang dipercaya bangsa Prancis. Sampai aku melihat sendiri ritual-ritual yang sering dilakukan nenek. Nenek bilang pernah masuk ke dalam abyss karena ingin menghidupkan kakek -aku ingat karena saat itu nenek menceritakannya dengan ketakutan. Nenek bilang abyss adalah tempat yang mengerikan. Tidak ada cahaya, tidak ada waktu. Mungkin seperti lubang hitam. Kemudian nenek diberikan satu syarat untuk bisa keluar dari tempat itu. Kalau tidak salah, syaratnya adalah membawa dan merawatku. Aku tidak tau bagian mana yang benar dari cerita nenek. Hanya saja, aku tidak bisa tidak percaya.

Ya, mungkin karena itulah aku percaya pada Lucifer. Kenyataan bahwa dia iblis sama sekali tidak terbantahkan. Dan, jika yang diucapkan Lucifer benar bahwa aku adalah malaikat. Aku harus mencari tau kebenarannya. Bagaimana aku bisa ada di bumi atau bagaimana aku bisa kehilangan ingatanku dan semua hal lainnya yang tidak aku mengerti.

Fallen Archangel ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang