Chapter 7.

2K 301 49
                                    

Note : pada chap ini akan difokuskan hubungan Soobin dengan pria yang ditemuinya kemarin ya.

┈┈┈┈

Pagi itu, pada akhirnya Soobin sepakat bernegosiasi dengan si pria. Ia hanya akan membawa pria tersebut masuk kedalam lingkungan sekolah. Tidak untuk sampai mengantarkannya kepada Choi Yoona. Dan sebagai imbalan, pria itu menawarkan akan menjajakannya berbagai stand makanan yang berada didalam sana. Soobin pada awalnya bingung, antara harus menerima dan menolak. Tawaran pria itu sangat menggiurkan, namun disisi lain ia juga takut di cap sebagai seorang kriminal karena telah membantu penyusup masuk ke dalam lingkungan sekolahnya.

Cukup lama berfikir,.. pada akhirnya Soobin memilih setuju. Ia berpikir ulang karena sekarang adalah kesempatan terakhir untuknya mengikuti perayaan. Soobin rasa, tidak buruk juga mencoba mengikuti festival sekali-kali. Toh ia ingin menghapus rasa penasarannya juga kan? Terlebih ini juga gratis.

"Kemarikan tanganmu."

Soobin tidak menerima uluran tangan itu, ia justru melompati pagar dengan sendirinya. Dan meringis begitu merasakan ada sedikit lecet disikunya.

"Kau ini benar-benar tidak menyukaiku ya?" Kesal pria itu kepada Soobin.

"Maaf paman, aku sudah berpikir bahwa paman adalah orang yang baik. Tapi, berani menyusup tanpa ijin juga suatu perbuatan kriminal. Aku masih belum bisa mempercayai paman sepenuhnya."

Pria itu tertawa dan mengacak rambut Soobin dengan gemas. Ia menampilkan senyum kotaknya yang bersahabat. Padahal, apa yang barusan dikatakan oleh Soobin itu bisa dikatakan kurang sopan. "Waspada itu memang penting nak, dan kau juga tidak sepenuhnya salah jika menganggapku adalah orang yang jahat."

"Oke nak, ngomong-ngomong.. siapa namamu?" Katanya lagi sambil berjalan mendahului Soobin.

"Panggil saya Choi pak," jawab Soobin singkat. Sedikit menjaga jarak dengan pria itu.

"Oh, tidak mau memberikan nama. Yasudah. Aku juga.. panggil saja aku kim. Oke?"

Soobin memandang datar pria itu.

"Tunggu apa lagi nak? Ayo ikuti aku."

_________________________________________

Paman itu banyak bercerita. Ia bilang, ia pernah sekolah disini pada saat ia masih muda. Dulu katanya, gedung SMU tidak sebesar sekarang, dan sekolah menengah pertama Soobin juga belum dibangun. Paman mengatakan, bahwa pemandangan perbukitan dan gunung bisa ia lihat dari lantai dua sekolahnya. Namun, ia juga menambahkan.. jika ia sedikit bersedih karena pemandangan itu sudah tidak bisa dilihat kembali karena terhalang oleh gedung sekolah Soobin.

Dan dari situ Soobin mengetahui, bahwa paman ini sebenarnya adalah orang yang baik. Hingga lama-kelamaan, perasaan untuk selalu waspada itu mulai menguap dari diri Soobin. Ia menjadi lebih terbuka, bahkan ia berani lancang meminta apa pun kepada paman itu hari ini.

"Jika aku sudah menikah dan mempunyai anak, pasti anaknya sudah sebesar dirimu nak." katanya sambil merangkul akrab bahu Soobin.

"Kutebak kau pasti tidak pernah ikut festival sekolah ya?"

"Bagaimana paman bisa tau?" Tanpa sadar, soobin mengedipkan matanya lucu.

"Ahaha. Sudah kelihatan." Jawabnya singkat. "Dulu sekali.., aku pernah bertemu dengan orang yang bisa dibilang mirip sepertimu. Dia jarang bicara, pemalu, penyendiri dan mudah canggung."

"Jujur paman, Aku memang tidak pernah."
"Aku selalu menabung uangku untuk jaga-jaga bila nenek sakit."

"Kau tinggal bersama nenekmu?"
Soobin mengangguk. Pria itu menaikkan sebelah alisnya tanda tak mengerti. "Kenapa?"
"Statusmu masih pelajar nak, bahkan masih anak kecil, kenapa harus memikirkan masalah orang dewasa seperti ini?"

Love Yourself : YEONBINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang