"Sobinnie? Apa itu kau?"
"Ah, nenek..."
"Ah ternyata memang benar itu kau." Ucap penjaga toko bunga itu dengan bangga karena mampu mengenali suara Soobin dengan baik. "Pasti mencari baby breath bukan?"
"Ah, ya.. bagaimana nenek bisa tau?"
Nenek itu tersenyum. Tentu saja dirinya hapal jika Soobin akan memesan bunga baby breath ataupun peony setiap jumat dan minggu. Soobin selalu memintanya. Bahkan, dirinya sudah menyiapkan stock khusus bunga baby breath serta peony untuk anak itu.
"Tentu saja. kau selalu mengagendakannya nak. Kalau tidak Baby breath di hari Jum'at ya peony."
Soobin tersenyum. Walaupun ia tau betul bahwa wanita tua itu jelas tidak dapat melihatnya karena rabun.
Diam-diam, Soobin menjumput 4 tangkai bunga mawar merah yang paling wangi disana. Salah satu siasat yang sering ia lakukan untuk mengelabui nenek itu dari bau obat luka yang digunakannya.
Tidak butuh waktu yang lama, nenek itu memberikan segenggam tangkai baby breath kepada Soobin beserta tali pita yang berwarna biru. "Maaf nak, aku tak bisa mengikatnya. Menantuku sedang pergi ke konbini. Bisakah kau mengikatnya sendiri?"
"Ah,..Tentu saja nek." Soobin menerima bunga itu. Jemari mereka bersentuhan sekilas sebelum Soobin akhirnya menariknya dengan terburu-buru.
"Ah... tadi itu apa?"
Nenek Son itu sangat perasa. Ia mengernyitkan dahinya kala merasa sesuatu yang asing bersinggungan dengan tangannya.
"Bukan apa-apa nek." Jawab Soobin dengan panik.
"Ah tidak.. pasti ada sesuatu." Ngotot wanita tua itu dengan nada bercanda sambil hendak menggapai tangan Soobin yang sudah Soobin disembunyikan dibalik punggung.
Soobin membalas candaan nenek Son dengan sedikit gugup. Ia takut nenek Son mengetahui fakta bahwa tangannya saat ini sedang diperban karena luka yang cukup serius.
"Hanya sarung tangan nek sungguh." Jelas Soobin sekali lagi berusaha meyakinkan.Namun tetap saja wanita tua itu tak mau percaya. Tangannya masih menggapai-gapai udara dengan penasaran.
Hal itu tak berlangsung begitu lama. Karena setelah itu, ada sebuah suara yang menginterupsi mereka.
"Soobin?"
"Wendy Ahjuma?"
"Sedang apa kalian?" Heran Wendy memandangi mertuanya dan Soobin secara bergantian.
Tapi, tatapannya itu terhenti kepada Soobin. Begitu dirinya melihat ada lebam yang berada disisi pipi bagian kanan, siku, dan telapak tangan anak itu.
"Astaga Soobin."
Dan kini ia paham betul mengapa anak itu berusaha menjaga jarak dari mertuanya dan bertingkah seperti orang aneh dengan membawa bunga saat berbicara dengan mertuanya.
Sadar ditatap dengan cukup lekat, Soobin menggelengkan kepala dan berbisik 'jangan' kepada Wendy. memberikan perintah kepadanya untuk 'tidak' mengatakan apa pun.
Wendy pun hanya bisa menghela nafas. Ia letakkan barang belanjaannya itu di atas meja untuk sementara.
"Eommoni~, bukankah aku melarangmu untuk berjaga saat aku pergi hmph"
"Ayolah.. aku hanya ingin mencari udara segar." Rengek perempuan tua itu kepada menantunya. Yang menimbulkan tawa gemas dari Soobin.
"Soobin, aku punya sesuatu untukmu. Maukah kau menunggu sejenak disini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Yourself : YEONBIN
FanfictionChoi Yeonjun adalah mahasiswa psikologi yang tinggal sendiri di Seoul. Sejak usia 7 tahun, ayahnya meninggal dunia. Sehingga ia tumbuh dan dibesarkan oleh ibunya seorang diri. Namun, ibunya juga tak bisa mengurusnya sepenuh waktu. Dikarenakan ibunya...