Satu ..... Lembaran Cerita Baru

729 69 2
                                    

Cahaya mentari merangsek masuk dari balik tirai. Tidak ketinggalan ciutan burung yang bersaut-sautan di dahan pohon. Pagi pertama dengan status baru bagi dua sejoli yang baru saja melepas masa lajang.

"Kenapa ngeliatinnya kaya gitu? Ada yang salah di wajahku?" tanya Syifa yang melepas spons bedak dan menatap Rizky balik.

Yang ditanya tidak langsung menjawab. Ia justru menatap Syifa semakin dalam dan membelai pipi mulus wanita yang kini telah halal baginya.

"Aku ngerasa bersyukur banget sama Allah. Dipersatukan dengan perempuan yang selama ini selalu kudoakan di setiap malam. Masih terasa mimpi, akhirnya aku bisa menatap kamu kaya gini dengan berpahala. Dulu, jangankan menatap, mikirin kamu ajah udah dosa kan?"

Syifa mengambil tangan suaminya yang berada di pipinya dan di ciumnya. Cukup lama hingga terasa basah karena air mata yang menetes di mata bulatnya.

"Terimakasih karena kamu setia menungguku. Bahkan ikhlas melepasku demi Ilham. Menerima segala kekuranganku dan keterbatasanku. Maaf, aku gak seperti istri-istri di luaran sana. Yang memiliki kesempurnaan fisik. Aku .....,"

"Ssht! Di mataku, kamu sempurna. Kekuranganmu adalah kelebihanku. Begitu pun sebaliknya. Itulah kenapa kita dipersatukan. Untuk saling melengkapi bukan saling menghitung kekurangan."

Rizky membawa Syifa kedalam pelukannya. Pagi pertama di hari senin. Hangat dan haru.

******

Hari ini Rizky dan Syifa menjemput Annisa dan Ersya yang sedang melakukan bimbingan di kampus. Bersama Brayn, ketiganya menunggu di taman sekitar kampus. Dibantu Rizky, Syifa ikut duduk lesehan di atas rerumputan. Posisi kumpul-kumpul yang menjadi faforit saat diskusi hal apapun.

Walaupun beda fakultas, tapi mereka selalu menyempatkan untuk bertemu di tempat ini. Sekedar bersenda gurau atau diskusi isu hangat di negara ini.

"Penganten baru gimana kabarnya? Beda emang yaa auranya kalau udah nikah. Kaya ada seger-segernya gitu. Ha ha ha,"

"Apaan seger? Es jeruk?" Rizky menimpali candaan Brayn.

"Gimana, Syif, rasanya jadi istri si makhluk kebo ini? Pasti susah kan banguninnya. Apalagi waktu malam pertama."

Pletak!

"Gak sopan, Sayang, masa ngomongnya gitu," sanggah Ersya yang baru datang seraya memukul Brayn dengan buku di tangannya lembut.

Mereka masih ngobrol ngalor-ngidul membahas pernikahan sederhana yang dilaksanakan Rizky dan Syifa. Pasalnya pernikahan mereka memang terbilang cukup singkat dan sederhana. Karena Syifa seolah trauma dengan persiapan lama yang justru akan mengembalikannya pada kenangan kelam bersama Ilham.

"Syarat pernikahan itu kan gak susah. Cukup ada dua mempelai, wali nikah, dua orang saksi, dan ijab qobul. Juga mahar. He he he. Dan yang selama ini ada di negara kita, cuma hal-hal pelengkap yang sebenarnya gak wajib. Kalau memang mampu yaa silahkan. Kalau enggak yaa, jangan memaksakan."

"Betul tuh kata bini gue, jangan sampai gara-gara kemakan gengsi, kita justru ngutang sana-sani cuma untuk pesta satu malam. Padahal, pernikahan sesungguhnya itu adalah setelah ijab qobul atau resepsi."

Brayn dan Ersya manggut-manggut mendengarkan ilmu cara mewujudkan pernikahan sederhana. Pasalnya, mereka juga ingin melanjutkan hubungan kejenjang yang lebih serius setelah wisuda nanti.

"Tapi ya, kalau pernikahan resepsinya sederhana, nanti dicibir orang lagi. Tau lah, generasi +62 gimana kan?"

Rizky dan Syifa menanggapi santai pertanyaan Ersya. Memang, hal ini pun sempat menjadi kebimbangan keduanya. Maka dari itu, Syifa dan Rizky menunda acara resepsi pernikahan mereka hingga beberapa bulan kedepan.

"Mau sampi kapan dengerin kata orang? Pesta kita cuma satu hari. Penilaian mereka juga paling cuma satu hari ajah. Yaa, mentok-mentok tiga hari lah .....,"

"Atau bisa juga satu minggu sih, By, kalau mereka gak ada kerjaan selain julid, hi hi hi," sambar Syifa.

"Nah, itu. Omongan orang gak bertahan lama, paling cuma satu minggu, tapi kalau sampai ngutang cuma buat agar dinilai wow sama orang-orang, apa bisa jamin kita balikin uang itu dalam satu minggu juga?"

"Padahal kita punya kehidupan baru yang cukup panjang dan memakan biaya yang tentunya gak sedikit."

Pemikiran suami-istri yang sejalan membuat Syifa dan Rizky terlihat kompak dalam mengatur budget dan konsep pernikahan mereka. Walaupun akad terkesan mendadak, namun untuk resepsi, mereka cukup matang memikirkannya.

Sebagai seorang rantau, Rizky memang harus pandai mengatur keuangan. Bahkan saat akad nikah pun, ia harus rela tidak ditemani oleh ibu dan adiknya. Hanya ditemani oleh kerabat dekat yang tinggal di Jakarta. Itu karena pertimbangan biaya yang cukup menguras tabungannya. Jadi, lebih baik ia ditemani saat resepsi saja.

Sedih?
Sudah pasti.

Tapi ia cukup tegar. Ada banyak hal yang harus ia syukuri dari takdir yang telah ia terima. Salah satunya adalah memperistri sahabatnya, Cut Syifa.

Ditengah obrolan mereka, Annisa datang dengan membawa plastik besar berisikan cemilan dan minuman kotak untuk para sahabatnya. Dari kejauhan, Syifa bisa melihat ada kegamangan di wajah teduh Annisa.

"Kenapa akhir-akhir ini wajah Annisa kaya sedih gitu ya. Apa dia nyembunyiin sesuatu dari aku?" gumam Syifa penasaran.

Semakin dekat, wajah Annisa dipaksa bahagia. Hingga sahabatnya hanpor tertipu dengan wajah cerianya.

"Aassalamu'alaikum, Sahabat sesyurgaku. Maaf yaa lama. Dosennya ngaret tadi."

Annisa pun menyalami Syifa dan Ersya yang duduk berdampingan dengan pasangannya.

Perkumpulan mereka adalah untuk membantu acara Rizky dan Syifa agar berjalan lancar dan sukses. Annisa yang semula sudah bersemangat tiba-tiba murung.

"Haruskah aku bahagia?"

Bersambung .....

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Assalamu'alaikum wr.wb

Mohon maaf sekali, baru bisa upload sekarang. Ternyata harus molor berminggu-minggu dari yang seharusnya dijadwalkan. Semoga masih berkenan mampir dan membacanya. Jangan lupa dengan membubuhkan komentar dalam postingan ini. Hehehe....

Salam manis dan sayang 😘

Indahkan AkunDalam Takdir Mu (Season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang