Syifa menahan sedihnya saat Rizky lebih dulu melaksanakan solat isya tanpa menunggunya. Ini adalah kali pertama, keduanya tidak berjamaah melaksanakan solat di rumah sejak menjadi pasangan suami istri. Syifa tidak bisa membiarkan kemarahan suaminya berlarut hingga besok. Apalagi karena masalah kecil semacam undangan.
Usai melafadzkan doa, dengan mukena yang masih dikenakan, Syifa mendekati Rizky yang sudah lebih dulu naik ke tempat tidur dengan buku di tangannya. Dengan masih duduk di kursi roda Syifa meraih tangan suaminya dan diciumnya, rutinitas yang selalu ia lakukan setiap kali selesai melaksanakan solat. Biasanya Rizky akan membalasnya dengan memberikan kecupan di pucuk kepala Syifa tapi kali ini ia bersikap bodo amat.
"Abang masih marah?"
Hening!
Sekali lagi Syifa mencium punggung tangan Rizky.
"Syifa minta maaf atas kejadian tadi sore. Syifa bener-bener gak bermaksud untuk nyakitin hati Abang. Syifa cuma berpikir kalau Ilham adalah sahabat kita dan itu wajar. Sangat wajar kalau ada sahabat yang mau mengundang sahabat dekatnya di hari istimewa. Waallohi! Demi Allah! Gak ada sedikit pun terbesit niat yang seperti abang tuduhkan ke Syifa."
Rizky lemah. Penjelasan Syifa terlihat tulus dari hatinya. Meski masih ada rasa cemburu menggerogotinya.
Rizky menghapus jejak air mata di pipi halus istrinya. Matanya merah. Ia pun membawa Syifa ke dalam pelukannya.
"Maafin Syifa. Aku gak mungkin bisa tidur tanpa maaf dan ridho dari abang," ujar Syifa yang membuat Rizky semakin merasa bersalah.
Rizky semakin menguatkan pelukannya. Tiba-tiba ia merasa bersalah atas perilakunya yang tidak dewasa.
"Abang yang minta maaf karena sikap egois dan cemburu buta kaya tadi. Gak seharusnya aku meragukan ketulusan kamu. Maaf karena hari ini abang kekanakan dan menyakiti hati Syifa."
Senyuman Syifa mengembang. Ada perasaan lega menyusup dalam hatinya.
"Bang, boleh Syifa minta satu permintaan?"
Rizky melepaskan pelukannya dan menatap istrinya dalam.
"Apa?"
"Semarah apa pun kita. Mau kita gak saling bicara sekali pun, jangan pernah satu kali pun berhenti untuk mengimami Syifa untuk solat. Syifa gak mau rumah tangga kita goyah karena pondasi yang gak kuat."
Rizky semakin merasa bersalah, Syetan telah berhasil menggoda imannya.
**********
Annisa memarkirkan mobilnya di halaman rumah keluarga Ilyas. Malam ini ia berniat untuk menginap di rumah orangtua Ilham untuk menemani Ummi Khadijah. Sejak Ilham pergi, wanita senja itu sering meminta Annisa datang untuk menemaninya di rumah jika ada waktu kosong. Sekedar ngobrol atau membuat kue.
Ketika hubungan persahabatan mereka masih baik, Syifa juga sering datang ke rumah ini. Ikut menemani Ummi Khadijah memasak. Salah satu makanan andalan Syifa adalah rendang. Ini juga salah satu hal yang membuat Ilham semakin mantap mengkhitbah Syifa, karena kedewasaan dan jiwa keibuannya.
"Alhamdulillah, akhirnya datang juga. Ayo masuk. Ummi udah tunggu Nisa dari tadi loh."
Ummi Khadijah langsung menyambut Annisa antusias sesaat ketika gadis tersebut keluar dari mobil dan mengambil beberapa barang bawaannya.
"Assalamu'alaikum, Ummi. Gimana kabarnya? 'Afwan yaa, Nisa baru bisa main ke rumah sekarang."
Setiap kali Annisa datang, suasana berubah ceria. Rumah yang biasanya sepi kini sedikit ramai dengan tawa renyah yang Annisa ciptakan bersama Ummi Khadijah. Ditemani teh panas dan cookies yang dibeli gadis riang tersebut, malam semakin terasa hangat. Perbincangan mereka tidak jauh dari fashion dan makananan. Memiliki anak tunggal laki-laki membuat Ummi Khadijah merindukan sosok anak perempuan yang bisa diajak sharing tentang berbagai hal seputar wanita.
Dulu saat Ilham masih bersamanya di rumah ini, anak laki-lakinya itu setia mendengarkan ocehan umminya tentang dunia kuliner. Ilham memang tipe anak penurut dan menyayangi orangtuanya. Ummi mengajaknya memasak di rumah pun ia luangkan waktu bahkan ia membuat suasana memasak semakin asyik dan ramai dengan mengundang sahabatnya seperti Rizky, Brayn, Syifa dan lainnya untuk ikut memasak bersama di rumahnya.
"Ummi kangen jalan pagi bareng Ilham. Jadi Ummi mau ajak Nisa jalan pagi besok. Nisa mau kan?" pinta Ummi Khadijah penuh harap.
Annisa bisa merasakan bagaimana Ummi Khadijah sangat kehilangan Ilham karena ia pun merasakan apa yang wanita senja itu rasakan.
"Mau dong. Setelah itu kita cari kue pasar yaa. Nisa lagi mau makan kue pancong. Kayanya enak dimakan panas-panas dengan teh anget. Hmmmm yummy."
Ummi Khadijah mencubit dua pipi Annisa gemas. Niatnya untuk menjodohkan gadis di sampingnya dengan putra semata wayangnya semakin kuat.
"Semoga kalian berjodoh, Nak. Ummi ridho."
***********
Rizky keluar dari kamar. Mencari udara segar di depan balkon kamarnya. Sesekali ia mengingat kejadian hari ini sejak dari pagi hingga tengah malam. Banyak kejadian beragam telah ia lewati. Menghidupkan fajar dengan istrinya dan menghabiskan pagi bersama para sahabatnya hingga siang. Pertengkaran karena hal sepele hingga akhirnya Syifa terlelap.
"Maafkan kecerobohan hamba ya Allah. Hamba khilaf. Terbawa emosi dengan sikap egois sendiri."
Rizky meraih ponselnya di saku celana batas lutut. Mencari nama seseorang yang sudah lama tidak bertemu sejak kejadian dua bulan lalu.
Terbesit keraguan menelpon tengah malam karena pasti ia mengganggu waktu istirahat orang lain. Tapi rasa bersalahnya membuat Rizky tidak bisa tidur dengan nyenyak.
"Sorry, Bro, gue telpon malam-malam gini. Lo pasti lagi tidur ya?" Rizky memulai percakapan saat telpon tersambung.
"He he he, enggak. Gue masih melek. Biasa, nonton bola," ujar lawan bicaranya disebrang telepon, "segitu kangennya lo sampe gak bisa nunggu besok? Ha ha ha," tambahnya.
Rizky tersenyum getir.
"Gimana kabar lo di Padang? Sehat?"
"Alhamdulillah."
Puas mengajak lawan bicaranya ngarol-ngidul, Rizky pun membulatkan tekad akan tujuannya menelpon Ilham tengah malam. Ia sudah siap jika dinilai teman makan teman atau sahabat munafik dan sejenisnya. Ia hanya ingin menjaga cinta yang selama ini pernah lepas dari genggamannya.
"Gue ngundang lo ke Jakarta untuk hadir di acara pernikahan gue dua minggu lagi."
"Lo nikah? Wah, gue dilangkahin nih. Selamat yaa, Bro. Ternyata lo duluan yang lepas status jomblo. Ha ha ha."
"Iya, alhamdulillah. Undangan fisiknya gue anter besok ke rumah ya sekalian undangan buat Ummi sama Abah."
"Oke siap. Tiga hari sebelum acara, insyaAllah gue udah tiba di Jakarta. Gue mau nemenin sahabat gue dihari terakhirnya jadi jomblo."
"Tapi, Ham, gue udah nikah. Baru akad ajah, resepsinya yang nyusul."
"Lah? Jadi lo udah nikah? Waah, parah! Sahabat macama apa lu, Bro?"
"Hehehe, ya sorry. Gue niat mau ngundang lo, tapi keadaan hati lo kan lagi kurang sehat jadi...,"
"Iya iya, gue ngerti."
Ketegangan Rizky sedikit mencair dengan sikap Ilham yang terdengar santai. Rizky masih belum berani jujur jika istrinya adalah Syifa, mantan tunangan sahabatnya sendiri. Ia masih tidak bisa membayangkan apa jadinya jika Ilham tau tentang ini semua. Apa ia masih menganggap Rizky sebagai sahabatnya?
"Btw, kalau gue boleh tau. Siapa perempuan beruntung yang berhasil menaklukan hati batu seorang Rizky Nazar?"
- Bersambung -
KAMU SEDANG MEMBACA
Indahkan AkunDalam Takdir Mu (Season 2)
Fiksi RemajaCerita cinta segitiga Syifa, Rizky dan Ilham belum selesai. Hingga ada satu cinta lagi yang dimiliki oleh Annisa untuk laki-laki yang dikaguminya sejak lama. Kelanjutan dari season pertama, namun dengan konflik batin yang melibatkan lebih banyak hat...